Monday, September 19, 2011

Sceptic

Itu rasanya seperti ingin teriak marah dan menyuruh mereka tutup mulut.
Tapi saya tahu akan sia-sia.
Jadi saya diam saja dan berjanji pada diri sendiri.
Bersabar, menjadi orang yang sabar, adalah termasuk metamorfosa ini.

................

Saya baru menyadarinya kemarin, ketika saya sedang bercakap-cakap dengannya sehabis makan siang. Ketika topiknya mengalir acak, karena lagi-lagi selalu saya yang ia biarkan bercerita, sementara ia hanya menimpali singkat-singkat saja.

Saya menyadarinya, ketika melihat seorang perempuan muda memakai dress terusan mini. Mengalirlah dengan deras segala ingatan tentang reaksi orang-orang ketika tahu saya berhijab.

Dulu gaya saya mirip seperti perempuan itu. Tidak selalu dress mini sih, kadang-kadang bercelana pendek, lebih sering celana jins, tshirt, dan keds. Tengkuk yang terbuka, dan tato temporer kupu-kupu. Saya suka kemeja longgar yang tangan digulung sesiku. Tas ransel, sepatu model boot dan jam tangan Swiss Army. Meskipun semua modelnya tetap untuk perempuan.

Dan ketika mereka melihat saya berbeda seratus delapan puluh derajat sekarang, saya menyadari ada yang diam-diam menunjukkan bahasa tubuh yang artinya 'sangsi.'
Saya cuma tertawa.
Mereka bilang mereka merasa apatis.
Saya mulai mengernyitkan dahi.
"Coba kita lihat sampai kapan lu bertahan. Nanti juga bosen dan perilaku lu kembali ke asal."
Dan saya berang.

"Maksud lu?" Itu pertanyaan paling berbahaya yang pernah saya lontarkan pada seseorang karena diam-diam saya menyiapkan golok (meskipun cuma dalam benak) untuk jawaban yang tidak mengenakkan. "Apa maksud perilaku gue kembali ke asal?"
Yang ditanya tidak menjawab. Atau masih mencari kata-kata yang tepat.
"Lu pikir waktu gue belum pake jilbab, perilaku gue bebas, gitu?"
"Nggak gitu juga maksud gue."
"Terus?"
"Lu kan agak tomboy sebelumnya dan main sama temen-temen cowok,"
Saya nggak suka nada bicaranya. "Kalau main sama temen-temen cowok kenapa? Itu artinya gue keganjenan gitu?"

Dear kalian yang masih menyangsikan saya. Anggap saja ini surat terbuka bagi kalian. Saya yang dulu dan saya yang sekarang tidak pernah berubah untuk hal yang satu itu. "Lu pegang, gue gampar" itu masih prinsip saya. Ketika saya berpakaian mirip laki-laki itu karena tuntutan pekerjaan, karena mayoritas kolega saya itu kaum adam dan memakai rok hanya akan memancing pelecehan seksual. Pernahkah kalian melihat saya memakai rok pendek ke kantor atau saat bepergian sendiri? Saya cuma memakainya kalau sedang bepergian dengan sepupu-sepupu saya. Ke tempat-tempat makan favorit kami. Modis sedikit (menurut standar saya waktu itu) tidak bolehkah? Toh saya aman berada di antara saudara-saudara saya.

Ketika saya bergaul dengan teman-teman pria, itu benar-benar persahabatan yang sesungguhnya. Karena sejak kecil saya terbiasa main dengan teman lelaki, dan entah karena apa alam bawah sadar saya membuat saya selektif berteman dengan perempuan.

Apakah saat belum berjilbab saya kelihatan begitu bebas, sampai kalian menghakimi saya akan 'kembali ke perilaku asal'? Perilaku yang mana? Coba sebutkan! Saya kok jadi curiga kalian telah berprasangka buruk terhadap saya selama ini. Kalau benar, justru saya lebih bersyukur sudah memutuskan berhijab sehingga kalian tidak lagi berprasangka yang tidak-tidak.

Saya ini berhijab karena ingin menjadi perempuan yang lebih baik. Tidak bisakah kalian mendoakan saya saja ketimbang menjadikannya taruhan?

.......................

"Pake rok juga ya sekarang?"
"Dari dulu juga kaliii... bedanya dulu rok pendek, sekarang rok panjang."
Pake rok pun dikomentari. Sigh!


pict from here



Image and video hosting by TinyPic

9 comments:

putuindarmeilita.blogspot.com said...

sabaaaaarrrrr. Biasa itu, Mbak. Mereka pikir Hijab, hanya untuk perempuan yang lemah lembut. Tapi gak juga, aku punya temen tomboy abisssss. Jangkung, cantik. But now, she's with Hijab. She's pretty and nice. Dan dari dulu pun dia pretty and nice. Gak ada yang berubah dari dia... tetep cablak dan konyol. Hanya saja, penampilannya yang sekarang lebih feminin karena pakai baju panjang terus dan rok.

So dont be disturbed by that silly opinions, Mbak. Support you lots.

Arman said...

sabar no... kan anjing menggonggong khafilah tetep berlalu... :D

dinar said...

hehehe...iya mbak , serba repot ya kalo ngadepin sesama manusia...jekekeke....gini dikomen gitu dikomen , jadi enaknya gimana?

Rona Nauli said...

setidaknya, sekarang kau tahu kan, No. mana yang benar-benar teman dan mana yang bukan. teman sebenarnya akan support kamu setiap melangkah ke arah yang benar, mengingatkan ketika arah menyimpang :).

sabar, bu.....*peluk*

Gloria Putri said...

sabar mbaaaa
lg di uji kesabarannya tuhhh :)

May said...

selama ini selalu jadi silent reader yang setia, mo komen malu :") tapi kali ini ga tahan, salam kenal ya Mbak :)
Semoga selalu diberi kemudahan dalam bermetamorfosa menjadi yang lebih baik, termasuk kemudahan menghadapi orang-orang semacam ini.
btw saya suka bagian ini : Bersabar, menjadi orang yang sabar, adalah termasuk metamorfosa ini

Hans Febrian said...

see? judgement wont make this world better.
dont give a damn for sumthing unimportant like this.
go your own way and let the dogs bark

Anonymous said...

di bawah sadar, kita-kita hanya kuatir kehilangan enno seperti yang selama ini dikenal.....

Enno said...

@all: thank uuu... *hugs*

@arman: asal jgn digigit deh :P

@dinar: enaknya disumpel aja :D

@rona: trus apakah obrolan kita yg ala tante girang itu termasuk menyimpang? *curious sangat* :))

@gloria: oh sabar udah sepabriiik :)

@may: eh salam kenal jeng may... aku jg suka ngintipin blogmu sejak tau dr rona :P makasih supportnya *hug*

@hans: I will, thx brotha :)

@anonim: oh klo yg dimaksud berubah itu jd jaim dan sok alim pake dakwah2 sih kyknya enggak deh... dijamin... :P

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...