Friday, August 26, 2011

Selusin Kerudung di Lemari Ibu

Berhijab seolah-olah keputusan yang tiba-tiba saya ambil, padahal tidak. Saya sudah menyiapkan diri sejak empat tahun lalu. Tidak mengatakannya pada siapa-siapa. Diam-diam mengumpulkan jilbab dan kerudung satu demi satu dan masih bungkam sampai lebaran tahun lalu, lebaran terakhir bersama Ibu.

Hari itu sebelum acara sungkeman keluarga besar, saya muncul dari kamar dengan pakaian muslim. Ibu tampak senang, lalu bertanya, "Kamu sekarang mau berjilbab?"
Saya menggeleng. "Enggak. Ini cuma sekarang aja."
Saya melihat wajah Ibu tampak agak kecewa.

Waktu itu saya belum siap. Saya mengenal diri saya dengan baik, jika belum siap maka jangan memaksakan diri. Nanti saya bosan dan kembali melepasnya. Itu akan menjadi sebuah preseden buruk dan pasti akan menjadi bahan gunjingan.

Sejak hari lebaran itu soal memakai jilbab tidak pernah lagi dibicarakan, meskipun keinginan saya berhijab tetap ada. Saya tahu, suatu hari saya akan memakai semua jilbab dan kerudung yang saya kumpulkan itu. Nanti. Menunggu kata hati saya mewujudkan niat.

Suatu hari sebulan setelah kepergian Ibu, saya membereskan lemari Ibu. Berniat menyumbangkan pakaian-pakaiannya untuk orang-orang yang membutuhkan dan saudara-saudara yang menginginkan kenang-kenangan. Kaki saya berjinjit untuk menjangkau rak paling atas di dalam lemari. Teraba oleh saya sebuah bungkusan plastik menggembung. Saya menariknya keluar, bersamaan dengan berjatuhannya lembaran merah uang seratus ribuan.

Bungkusan itu berisi kerudung-kerudung cantik segi empat yang masih baru. Masih ada labelnya, dan bukan kerudung murah. Jumlahnya selusin. Saya memunguti lima lembar seratusan ribu yang berceceran itu selagi sebuah kesadaran menghantam saya telak. Saya terduduk di lantai, di depan lemari itu. Menangis sesenggukan sambil memeluk bungkusan kerudung dan lima lembar seratus ribuan. Ibu telah menyiapkan ini untuk saya. Bekal saya jika berhijab. Seolah-olah tahu tak akan sempat melihat saya memakainya. Tak akan sempat memberikan sendiri uangnya untuk saya belikan perlengkapan yang belum saya punya.

Sehari sebelumnya saya memang sedang berpikir untuk membeli beberapa manset, kaos kaki dan lain-lain. Dan hari itu, ketika saya menemukan apa yang disimpan Ibu untuk saya, rasanya seperti sebuah keajaiban.

Tetapi tetap saja, saya belum tahu kapan mulai berhijab. Meski keinginan itu semakin menggebu. Saya tidak punya pembimbing yang menyemangati saya, menghapus keraguan saya. Jadi yang bisa saya lakukan hanya menunggu hati saya meletuskan pistol start.

Saya baru berani memakai jilbab ketika melayat orang meninggal atau acara keluarga. Ketika mereka bertanya apakah saya sudah berhijab, saya selalu menjawab 'belum. Insya Allah sehabis lebaran. Itu juga belum pasti ya.'

Saya tahu mereka juga sangsi. Lihatlah saya yang dulu. Tomboy dengan rambut pendek, jins robek dan sepatu keds. Saya yang kemana-mana dengan gerombolan teman pria dan suka tertawa terbahak-bahak seperti mereka. Saya yang masih suka memanjat pohon dan makan es krim sambil jalan-jalan di pertokoan. Cuek, bebas, dan kekanak-kanakan.

Lalu saya bertemu dia. Hanya bertemu dan mengobrolkan hal-hal tidak penting. Bahkan belum jatuh cinta. Saya hanya berpikir bahwa dia lelaki yang baik, jenis yang belum pernah saya temui di antara rekan-rekan pria saya selama ini.

Hanya itu. Pikiran yang anehnya membuat hati saya melembut. Sesuatu yang selama ini saya minta kepada Allah dalam doa sehabis sholat, karena saya tahu saya ini sangat keras kepala. "Ya Allah, lembutkanlah hati saya."

Pagi itu, hati saya meletuskan pistol start-nya. Saya pergi keluar memakai jilbab dan baju panjang, dengan niat tak akan melepasnya lagi.

Hidayah bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dan melalui siapa saja. Saya bersyukur bertemu dia, yang kemudian mencintai saya dengan caranya yang menenangkan jiwa. Saya tidak tahu apakah saya berhijab karena dia, tapi rasanya tidak. Karena jikapun dia pergi, saya tetap berhijab.

Selusin kerudung di lemari Ibu. Bukankah itu doa untukku, Bu?

.........................

Kamu... I love you :)

pict from here


Image and video hosting by TinyPic

25 comments:

Batzsurya said...

suatu keputusan besar untuk diri kita memang harus diambil dari keinginan hati yang kuat ..

Arman said...

once again.. good for you!
and im happy for you with your decision! your mom will be very proud of you! :)

ammie said...

Subhanallah,,,,aku salu sama mba Enno...:) kisah kita hampir sama mba, aku berhijab pas puasa tahun lalu, tapi kisahnya kebalikan, aku sempat patah hati lalu ingin mendekatkan diri dan menjaga tingkah laku serta hati, yah,,walaupun kemajuan itu tak signifikan , tapi aku bersyukur,,, :)
Semangat ya mba,,,jangan di lepas ya:)

Rona Nauli said...

Alhamdulillahi...:)

butuh empat tahun untukmu ya, No. aku butuh waktu enam tahun sebelum hidayah itu datang dengan alasan yg sungguh menampar hehehe...#drama metromini 02 senen-muara karang#

Keep Istiqomah, sis. Jangan kuatir, akan banyak ujian di depan ;;)

misfah said...

Subhanallah Enno, dulu juga aku tomboy, cuek, ngejins, rambut cepak, dengerin musik rock, sebelum nikah calonku yg sekarang hubby bilang aku makin cantik kalo berjilbab, tapi aku ngga maksa, terserah kamu saja kapan siapnya...setelah menikah aku masih belum pake, kesadaran itu datang sendirinya, bukan karena hubby, semuanya hidayah Allah. ternyata setelah berhijab, aku ngga harus jadi orang lain kok, tapi lebih damai saja rasanya, berhijab juga tidak lantas membuat kita jadi kumuh dan lusuh sekarang banyak baju-baju dan kerudung yang tertutup tapi juga modis, dan aku ngga perlu repot lagi ngurusin rambut kriboku yg agak susah diatur ini, tinggal pake jilbab aja :)

Ms Mushroom said...

pengen senyum aja baca postingan ini :)

Cindikya said...

alhamdulillah,,!:)

Senja Di Batas Cakrawala said...

niatkan semua karena Allah, insyaallah langkah akan semakin ringan sob.

Anonymous said...

semoga tetap istiqomah..kalau niatan sudah dari hati..insya Allah istiqomah...

JejakShally said...

ibunya mba En pasti senyum senyum disana :)
aku pake jilbab karena alesan dunia perkuliahan yang baru aku ambil yang juga ngeharusin aku pake jilbab mba, tapi kesehariannya aku masih melepasnya mba...

oh ya makasih banyak ya mba sharenya di postingan sebelum ini :)

putuindarmeilita.blogspot.com said...

Hope u're doing well there, Mbak...
And this decision... is the one of grand finally-choices in your life.

Hang in there...

De said...

Alhamdulillah...

hiks...saya menangis membacanya, mbak. dulu, sebelum berjilbab saya jg kayak gitu. penuh dengan keraguan. takut, saya bisa berubah sewaktu2 dan melepaskan kembali jilbab saya. tapi alhamdulillah, awal ramdhan tahun kemarin (2010) saya memantapkan hati utk memakainya. berharap, jilbab saya semakin hari semakin sempurna begitu jg dengan iman saya. Amiin...

Semoga, mbak enno juga yah. :)

Wuri SweetY said...

Tulari akyu dong!!!kapan yach giliranku?

Moga selalu Istiqomah mbak, dan semoga jg hidayahnya cepet mampir padaku.

Wahhh dah lop2an mulu nichhh...bikin iri aja.

I lop u to dachhh :P

Apisindica said...

alhamdulillah...

percayalah hal itu akan meringankan suamimu ketika nanti di hisan di akhirat.

(berat yah komennya?! bae we ah. kumaha urang ieuh :P )

Nur said...

awohhhhhhhhhhhhhhhhhh

alhamdulillah!!!!

:D :D :D

dan siapa pacar mu ini? adakah dia yang dri tanah japan, atau inggeris?

hahahahahah...maaf, begitu lancang sekali pertanyaan ku ini! :)

Gloria Putri said...

mbaaaa.....seneng deh bacanya :)
aq bukan muslim, tp aq seneng tmn2 ku berjilbab...apalagi jilbabnya bener2 pake hati (kan ada banyak tuh yg jilbab-an tp pakaiannya malah ketat2 gt, ga pake hati kalo kataku)

dan sahabat2ku jaman SMP semuanya berjilbab :)

selamat menjalani hari2 baru ya mba :)
Tuhan memberkati mba Enno :)

Hans Febrian said...

COOL! udah yakin banget ya sekarang enn? go for it. :)
hijab pasti bikin tambah cantik :D

mataminus said...

keep it up...

Enno said...

@all: makasih supportnya ya guys! beruntung banget aku pny temen2 spt kaliaaan!

:)

Anonymous said...

Alhamdulillah, engkau adalah bagian dari orang-orang yang beruntung saudaraku. :)Alhamdulillah, engkau adalah bagian dari orang-orang yang beruntung saudaraku. :)

Anonymous said...

Alhamdulillah, engkau termasuk dalam orang-orang yang beruntung saudaraku. :)

Enny Law said...

Wah selamat ya akhir'a berhilbab juga..
well, aku juga baru berjilbab mulai bulan romadhon ini dan seterus'a insya Alloh bakal pake terus karena ternyata lebih nyaman..

semoga gak dilepas lagi..biasa'a cwe berjilbab makin cantik lho ^_^

Asop said...

Alhamdulillah... saya ikut senang dengan keputusan berhijab Enno. :)

Kalo dipadu dengan rok, alangkah manisnya. ^^

Rakyan Widhowati Tanjung said...

terharu banget saya mbak bacanya :)
oya, berhijab bukanlah persoalan kesiapan hati mbak, tapi kewajiban diri :)
alhamdulillah sekarang mbak sudah berhijab :)

subhanallah, saya kagum sekali dengan ibu mbak:)
semoga di sana beliau tenang di sisi-Nya, aamiin :)

Della said...

Subhanallah.. insya Alloh istiqomah kok kalo udah mantep :>
Salam kenal ;>

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...