Monday, April 13, 2009

How's Your Day?


"How's your day?" Tanyaku.
"Hampa," jawabmu.

-----

Kemarilah. Akan kuceritakan padamu sepenggal ingatan dalam benakku. Tajam, masih sejelas kemarin. Entah mengapa tak pernah terlupa.

Aku dalam angkutan umum, melewati rumahmu. Dan kamu berdiri di sana, sedang tertawa. Masih dengan seragam putih biru kita.
"Itu si mata coklat," pikirku. "Dia sudah sampai di rumah duluan."

Aku dalam angkutan umum, rute yang sama, melewati rumahmu. Kulihat kamu berdiri di sana, sedang tersenyum ceria. Seragam kita putih abu-abu.
"Hey, itu si mata coklat," pikirku. "Selalu kelihatan gembira seperti dulu."

Aku dalam angkutan umum, lagi-lagi melewati rumahmu. Dalam taksi yang membawaku dari stasiun kereta. Aku baru saja tiba untuk menghabiskan liburan semester di Jakarta.
Aku melihatmu. Lebih jangkung dari yang pernah kuingat.
"Apakah matanya masih coklat?" Pikirku. Kulihat wajahmu tetap ceria, tapi tampak lebih serius. Kita sudah lebih dewasa.

Lalu aku melihatmu menungguku di tepi jalan itu. Tersenyum ragu padaku.
"Halo," kuabaikan keinginanku menyelidiki matamu. Karena wajahmu muram. Senyummu muram.
"Sudah lama tidak bertemu ya?"
Kulihat kamu mengangguk.

Aku selalu melihatmu dalam fase-fase itu. Tumbuh dewasa bersama meski saling berjauhan dan tanpa tegur sapa. Aku pernah berharap melihatmu di rute yang sama dalam fase-fase berikutnya. Tetapi aku keburu pindah kota.

Sekali itu, di tepi jalan itu, aku berharap akan selalu melihatmu seperti dulu. Si mata coklat yang tak pernah berubah. Tetapi kamu sendiri yang bilang padaku, "Enno, waktu mengubah segalanya."

Ya, barangkali kamu benar. Dan kamu berhasil mengecewakanku.

"How's your day?" Tanyaku.
"Hampa," jawabmu.

Mengapa harus hampa? Bukankah tanganku terulur kepadamu?

9 comments:

sintingmaut said...

Kita punya cerita yang sedikit sama tentang rasa yang terpendam

Disuatu tempat yang sedikit kelam
Seorang pria berparas manis berdiri dalam diam

Selalu bungkam hingga ada orang yang datang untuk sekedar memesan roti bakar nikmat yang dijualnya..
Aku selalu ada disana untuk menikmati hidangannya
Roti Bakar nikmat nya
Dan paras manis nya

Aku tak akan pernah sedia untuk bertanya padanya, "mengapa kau selalu diam hai jejaka?"
Karena aku takut dia juga tidak lagi sedia menanti kedatanganku ketika tahu siapa aku sebenarnya...

Yang aku mau, aku akan selalu menjadi pelanggan terbaiknya... itu saja...

Kini dia tak lagi berjualan disana...
Entah kemana perginya...
Aku tak lagi bisa bertemu dengannya...

Dia hilang
Hatiku pun hilang...

buakakakakak....
nora banget ga sih...

Enno said...

hahaha....

makanya lain kali nih kalo ada tukang roti bakar manis, langsung ajak kenalan aja.

pembelajaran buat dirimu yak ;D

Anonymous said...

gue yang lemot ato gimana ya? kow gue gak ngerti (garuk2 kepala)

novnov said...

matanya udah gak coklat lagi no, berubah jadi ijo karna udah kenal duit huahuahuahua

sintingmaut said...

takusnya abis kenalan dia ga mau jualan disitu lagi....


huahau... sayang no, belom gw nikmatin dah ngabur duluan, hahaha...

ijal said...

aih.. aih... mb enno, nulis posting yang seneng2 dong..

Enno said...

@eka: aih pdhl udah ngerumpi di telepon... ck ck... emang lemot :P

@novnov: ehehe.. kebaca lho sm dia, tar dia protes dikira matre kekekek

@sintingmaut: yaaa tapi seenggaknya roti bakarnya dah loe nikmati kan bro hehehe..

@ijal: moodnya lagi gak dpt sih jal, gimana dong :)

mr.snugglemars said...

mataku itam kok mok...

Elsa said...

so hows your day?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...