Dia Minta Maaf

“You can't undo anything you've already done, but you can face up to it. You can tell the truth. You can seek forgiveness. And then let God do the rest.”

-unknown quote-


Kami sudah bercakap-cakap malam ini. Saya dan Dee Farista. Melalui kurir pesan milik Yahoo. Dan itu adalah percakapan yang jauh dari emosi seperti saat kasus ini bermula.

Ia yang menghubungi saya duluan, lewat pesan offline di YM saya. Mau minta maaf, katanya. Saya berpikir: 'Wow!'
Saya tahu sekali bahwa pasti tidak mudah baginya melakukan itu. Meminta waktu untuk minta maaf secara langsung. Itu butuh keberanian yang sangat besar di antara rasa malu dan syok akibat ulahnya sendiri. Saya salut, menghargai itu dan menerima ajakannya.

Kalimat pertamanya adalah maaf, karena sudah membuat saya tersinggung atas jawaban via fesbuk tempo hari. Ia bilang seharusnya tidak menjawab seperti itu. Ia tahu itu jawaban yang 'tidak berotak'. Yang (sepertinya) ia tulis dengan spontan.

Ia juga minta maaf karena sudah menyalin tulisan-tulisan saya sebanyak itu. Tidak mengira dampaknya akan sebesar ini. Penyesalannya tampaknya sungguh-sungguh. Ia mengaku jera dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Menyalin secara ilegal blog saya, maupun blog orang lain.

Satu hal yang paling membuatnya khawatir adalah bahwa nama-nama yang dipakainya untuk gonta-ganti blog itu adalah nama yang dipakainya sebagai web designer. Ia takut ulahnya berdampak pada pekerjaannya.

Saya rasa ini juga menjadi pembelajaran buat yang lain, para plagiator di luar sana yang belum insyaf. Bahwa apa yang kalian lakukan tanpa berpikir panjang dan 'iseng' itu bisa berdampak besar merugikan banyak aspek hidupmu, termasuk karir dan nama baik.

Well, saya bukan polisi. Saya juga tidak pernah bermaksud main polisi-polisian ketika men-tracking para copycat tulisan saya. Meminjam istilah Tisa, saya hanya sedang memperjuangkan karya saya untuk dihargai dan dihormati sebagai milik pribadi saya sendiri. Maka, berjanjilah pada Tuhan dan pada dirimu sendiri.

Don’t say your sorry when you don’t mean it, prove that you mean it...

Kami bicara banyak malam ini. Cukup banyak untuk membuat daftar kata 'maaf' yang berulang-ulang dia ucapkan dengan nelangsa. Teguran saya itu sangat keras, katanya. Membuat ia merasa dilempar tinggi ke atas lalu dibanting keras-keras. Membuatnya kepikiran dan meminta saya menghapus posting yang sebelumnya itu.

Tapi maaf ya, Dee. Saya tidak bisa. Karena itu harus menjadi pembelajaran buat yang lain. Karena kampanye anti copas ini sudah terlanjur bergaung. Karena toh sudah terlanjur ratusan orang membacanya. Dan bukan berarti setelah memaafkan kamu, saya jadi mentolerir plagiarisme yang dilakukan kamu dan yang lainnya itu.

Tapi saya sudah menutup komentar untuk tulisan yang kemarin. Saya hapus screenshot akun-akun pribadi kamu (yang bukan blog), karena sebenarnya saya tidak bermaksud menghancurkan seluruh duniamu. Kemarin terpaksa saya lakukan beberapa hal karena kamu menunjukkan sikap yang tidak bersahabat. Sudah saya hapus pula kata-kata kasar saya dan saya sudah minta maaf padamu untuk hal itu.

Saya yakin kamu mendapat pelajaran dari ini semua, bahkan kami semua juga. Saya cuma berharap suatu hari, setelah tidak merasa malu lagi, kamu kembali menulis. Buktikan pada orang-orang bahwa kamu sudah lebih baik dari kemarin. Sehingga orang-orang mempercayaimu lagi. Saya sudah membaca tulisan aslimu tadi, dan ternyata itu bagus. Dan hey, kenapa tidak belajar menulis bersama-sama? :)

Guys, saya sudah memaafkan Dee. Sepenuh hati saya dan disertai rasa hormat atas keberaniannya mengakui kesalahannya. Maukah kalian memaafkannya juga? Karena seperti Mahatma Gandhi bilang, 'kalau kita hidup dengan cara mata dibayar mata, maka seluruh dunia akan buta.'

Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future.
-Paul Boese

CASE CLOSED

..........................


PS: terima kasih untuk Desti yang sudah menghapus posting copas dari tulisan saya di blognya. Kami malah jadi berteman, dan dia sebenarnya juga penulis yang baik.

Terima kasih untuk Kartika Sari alias Tyka yang sudah menghapus copas tulisan saya di blog posterous-nya, meskipun tak ada sepatah katapun permintaan maaf atas perbuatannya.

Dan saya masih menunggu jawaban dari Henny R alias Refa Zahra Balqhiz yang belum mengindahkan permohonan saya menghapus tulisan copasnya, padahal justru saya yg lebih dulu minta maaf kalau-kalau mengganggu waktunya. Tolong jangan meremehkan.

Saya sudah meminta secara baik-baik pada Nona Henny ini untuk segera menghapus/memberi link blog saya di tulisan jiplakannya via dua alamat Twitternya di atas, silakan baca di timeline Twitter saya. Saya juga menulis komentar di bawah tulisan hasil copasnya.Tapi yang bersangkutan tidak menggubris. Sorry darling, saya terpaksa membuat teguran terbuka ini.

Buat yang lainnya, yang tidak bisa saya sebut dalam daftar tracking saya karena cukup banyak, jadilah diri sendiri, please...

Tulisan saya yang dicopas. Saya sudah mengingatkan di kolom komentarnya, dan  dua twitternya (yang memang aktif). Tapi tidak kunjung ada tanggapan.