Tuesday, November 4, 2008

Lalu Hujan

Lalu hujan menderas.
Seperti tangis langit kepada bumi yang tak kunjung terdekap.
Meski sulur-sulur ditumbuhkan matahari dan terjulur.
Menggapai tak juga sampai.
Langit menangis dalam kerinduan seabad batu yang berlumut.

Tanah menyesap air
dalam dahaga tak bertepi.
Membiarkan sisanya menjadi genangan
Memantulkan tanya
pada jejak basah di jendela

Kau akan mendengar suaraku
memanggil-manggil lewat angin yang jauh
menyeberangi selat yang ombaknya dibumbung badai
Masih utuhkah rindumu padaku?
Karena di sini hujan membawa ragu.
__________________________

"Rindu buatmu 80 persen," katamu waktu itu.

7 comments:

Anonymous said...

biar 80% toh masih rindu juga kan...
sabar.

Arief Firhanusa said...

Masih tentang hujan ya Nno? Air limpahan langit memang memberi ribuan inspirasi, tetapi jangan terhempas olehnya ...

ipam nugroho said...

indahnya suara kricik air yg jatuh ke bumi..menghanyutkan suasana hati yang lagi rindu akan belaian..wekekekkk!

Enno said...

@gundul: justru 80% itu udah byk banget mas.. iya ini juga sabar, thx ya :)

@mas arief: selalu tentang hujan mas... terhempas kalo anginnya kenceng banget hehe ;)

Enno said...

@papapam: halah si om hehehehe

adhi said...

ngomong2 tentang rindu..hemm

jadi inget lagunya dmasiv yang merindukanmu nih...hehe

Enno said...

@adhi: ahahaha... yg mana ya? soalnya saya bkn penggemar boysband hihi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...