Sunday, January 13, 2013

Jogja Kemarin

Jogja kemarin, tidak seperti Jogja yang biasanya.
Tahu kenapa? Karena saya menyusuri jalan-jalannya yang teduh bersamanya. Hari itu, melihatnya di Stasiun Tugu membalas lambaian tangan saya, seperti ada retakan hati yang kembali utuh. Melihatnya tersenyum, menggenggam tangan saya dan balas tertawa, Jogja tak lagi muram.

Tidak. Jogja memang tak pernah muram. Namun kemarin, Jogja yang biasa menjelma taman Tuileries di musim panas. Dengan bunga-bunga yang bermekaran, alih-alih kristal hujan yang menderas.

Jogja kemarin, adalah Jogja yang berwarna sehangat tanah. Bahkan ketika saya duduk di boncengan motornya saat menerobos hujan yang tak sudi berbaik hati untuk berhenti. Kehangatan yang sama mengalir dalam kebisuan di antara denting sendok dan piring berisi nasi goreng kari, atau ketika saya menatap punggungnya, sosoknya yang jangkung saat mengantri tiket bioskop Twenty One.

Jogja kemarin, adalah Jogja yang membuat saya menemukan diri sendiri. Ketika saya menjadi saya, yang pernah ada bertahun-tahun lalu, sebelum segala kesedihan yang menyebalkan itu.
Bersamanya, Jogja kemarin, melebur dalam memori hujan Januari.
Dalam ingatan tanpa jeda, tak akan pernah lagi terasa sama.

Menatap sosoknya, 22 sentimeter menjulang lebih tinggi dari saya, menunduk dan tersenyum pada saya. Bahagia itu sungguh sederhana.

..................

"Kamu tahu nggak arah jalannya?"
"Kayaknya agak lupa."
"Nah lho.. kok bisa lupa?"
"Iya. Tapi kan kalau jalan ke hatimu aku nggak lupa."
                             - E dan B, di atas motor



Image and video hosting by TinyPic

11 comments:

Selfish Jean said...

Itu potongan percakapan terakhir cetar membahana ya boooo. Asiknya boncengan hujan-hujanan ihiyyyyyyyyyyyyyyyy

Arman said...

aduh quote nya yang terakhir itu gak kuku banget no! huahaha

SoleildeLamer said...

hadeh bukan mbak enno namanya kalau radar cowok cakepnya mati. itu siapa lagi itu B?
kali aja habis ini ada labelnya, si B?
#kepobangetgue

Enno said...

@momon: asik dong.. jgn sirik yaaa haha.. cetar bgt deh pokoknya mooon! ajak pak dokter ujan2an gih hahaha

@arman: hihi itu dia yg ngomong bkn gw man...

@annesya: dia pcrku nes.. tp gak dilabelin. tar jd pd ikutan naksir :))

Lov said...

Kenapa ya setiap wanita berharap sebuah percintaan itu adalah akhir dari kisah cintanya?


Padahal jatuh cinta itu proses yang teramat sangat mengasyikkan lho! Galau, kangen, benci itu bisa menghasilkan something creatif, kan?


Enno ... jangan galau. jodohmu sudah tercatat di atas pelangi. Sabarlah menanti dan nikmati proses jatuh cinta itu, meski luka dan berdarah-darah.


Salam, Lov.



-Gek- said...

romantisss abisss.. :)
Jogja serasa Paris ya mbakkk.. :p
Selamat jatuh cinta, itu adalah rasa yang indah dan bisa buat betah di kehidupan kita yg pendek ini..
Cheers!

Meisza Adilla Herssy said...

Samaan mbak <3 Saya sedang jatuh cinta dengan dia dan Jogja. Dan rasanya jogja benar-benar istimewa <3

Anonymous said...

mbak enno...aku ikut terlarut dlm suasana jogja penuh cinta..
Jadi kangen jogja
Jogja,never ending story

-ika puspita-

Enno said...

@Lov: klo mrs menemukan yg sehati tentunya ga pgn cari lg kan? co2 jg psti begitu. btw proses jth cinta emg asik, tp klo brdarah2 mulu? hmmm.. ogah ah hehe.. tq ya komennya. kmu siapa hayo? :p

@gek: heuheu... tq mama gek.. peyuk ah! :*

@meisza: eh ada temennya! haha toss dulu! :p

@ika: nah lho.. ada kenangan apakah disana? kepokepokepo hahaha

Hans Febrian said...

ahhh, sweet banget gilak. gue jadi kepengen bunuh diri!
hahahahaha
:p

bagus banget enn, jadi kebayang..

Enno said...

hanski... jgn matiiii!!!!
*mulai drama*

:D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...