Saturday, December 1, 2012

The Gunkid Journey #2: The Mission

16 November 2012

Hari itu sepertinya teman-teman saya semuanya exciting akan masuk gua. Bukan gua yang bisa dimasuki begitu saja, karena yang akan kami telusuri adalah Gua Jomblang di Semanu, Gunungkidul.

Saya dan teman-teman menyewa mobil berikut sopir, yang ternyata adalah pemilik rentalnya sendiri. Namanya Anto. Anak muda yang awalnya tampak pendiam, tapi setelah berjalannya waktu bertualang bersama kami, baru ketahuan kalau anaknya tengil dan seru :)

Sementara itu, teman-teman dari ASC yang akan 'mentraktir' kami masuk gua memakai mobil yang dikemudikan salah satu dari mereka, Lola. Mahasiswi berbodi mungil yang selain caver juga diver bersertifikat. Keren! Kemana aja ya saya waktu masih kuliah? *sigh*

Untuk mencapai mulut gua, kami harus berjalan kaki melalui hutan jati yang meranggas karena kemarau panjang. Dan ternyata....

Simak foto-foto di bawah ini (efek malas cerita):


Soto Tan Proyek, di Wonosari, Gunungkidul.
Rombongan kami sarapan soto ayam dulu di sini. Tampilan sotonya sederhana, tapi rasanya mantap banget!  Kalau ke Gunungkidul, mampir ke sini deh, Buka dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Letaknya di Jalan Jogja-Playen. 

Menuju entrance Luweng Jomblang.
Melewati hutan jati yang meranggas karena kemarau panjang.


Entrance Luweng Jomblang. 
Perhatikan ukuran pepohonan di tepian seberang sana. Ini bukan lubang yang kecil. Diameternya sekitar 50 meter dengan kedalaman sampai 60 meter.

Sampai di Luweng Jomblang, ternyata kami disambut oleh sehelai karton atau entah papan bertuliskan 'jalur sedang direnovasi', yang disampirkan pada bentangan tali rafia di jalur VIP yang akan kami lalui.
Jalur VIP adalah jalur dengan kedalaman hanya 15 meter, dan biasanya dipilih oleh para caver amatir. Para caver pro akan memilih jalur 40 meter atau jalur 60 meter.

Dua orang teman yang satu-dua jam sebelumnya (sebelum sholat Jumat) mensurvei tempat itu dengan mengendarai motor, mengatakan bahwa saat mereka datang, beberapa orang yang ada di tempat itu sempat bertanya dan teman-teman saya menjawab mereka akan caving bersama 'tamu' dari Jakarta. Orang-orang itu sama sekali tidak memberitahu soal renovasi jalur VIP. Nah, setelah sholat Jumat, kami tiba... ternyata di atas jalur itu dipasangi karton dengan tulisan 'sedang direnovasi. Agak heran lho, kenapa orang-orang itu nggak kasih tahu teman saya saat itu.

Tadinya sempat terpikir, tulisan itu dipasang mendadak. Tapi siapa tahu memang pengumuman itu sudah terpasang di sana sejak seabad lalu. Iya kan? Hehe..

Ya sudahlah. Masih ada lain waktu untuk menjelajah Gua Jomblang, selama hayat masih dikandung badan. Selama teman-teman ASC nggak keberatan 'mentraktir tamu dari Jakarta.'

Akhirnya, kami beralih ke Gua Cokro di desa Umbulrejo, kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Jaraknya jauh dari Semanu. Kayaknya dari ujung ke ujung deh.

Setelah makan siang di pinggir hutan, kami harus trekking untuk sampai ke gua itu. Jalan menuju ke sana menanjak, dan seandainya saya sedang tidak kelebihan berat lima kilo, saya pasti sudah lari-lari *gaya*.
Lagi-lagi guanya ada di tengah hutan jati.

Gua Cokro juga gua vertikal, tapi jauh beda dengan Gua Jomblang. Entrance-nya sempit seperti sumur atau lubang biasa, terletak di tengah bongkahan batu kapur.

Entrance Gua Cokro. Sempit kan ya?
Memiliki dua mulut berbentuk sumuran. Pada gambar adalah mulut pertama, dengan kedalaman sekitar 18 meter. Diamater sekitar 1,5 meter x 0,8 meter. Mulut sumuran kedua berukuran setengahnya, berjarak 8 meter dari sumuran pertama.

Teman-teman ASC membuat bivak di dekat entrance.
Tiga orang di sebelah kiri foto adalah Dita, Wuri dan Rio.
Ridwan-Tya. Memasang sit harness.

Sayang sekali, karena hujan, teman-teman yang turun ke gua tidak bisa saya foto. Saya sendiri akhirnya tidak ikut turun. Selain karena hari sudah terlalu gelap, hujan, penglihatan saya yang terbatas karena minus dan silindris dua (kacamata saya tinggal di mobil), lubang turun yang sempit, berat badan yang bikin saya cepat lelah... saya juga mulai melihat penampakan yang aneh-aneh di sekitar hutan. Geez!
Seorang teman senior yang juga tidak ikut turun berkata, lebih baik tidak usah turun kalau saya tidak yakin. Karena ini menyangkut nyawa. Akhirnya saya turuti.

Pukul sebelas malam, setelah semua naik kembali ke atas, membersihkan area, mengumpulkan peralatan, dicek dan dihitung jumlahnya untuk memastikan tidak ada yang hilang, kami menuruni bukit menuju ke pinggir hutan tempat mobil-mobil kami di parkir.

Setelah makan malam bersama di kawasan kota Gunungkidul, rombongan saya dan teman-teman ASC berpisah. Mereka kembali ke Jogja, sementara kami menuju ke rumah Mbak Utik, kerabat Wuri di kawasan Wonosari, untuk numpang menginap.

Petualangan hari itu selesai.
Tunggu lanjutannya ;)


Image and video hosting by TinyPic

4 comments:

Rakyan Widhowati Tanjung said...

kalau kata guru saya memangd dari kapur mbak guanya :D
dulu berupa gunung/bukit kapur.

Arman said...

baru tau ada gua vertikal gitu no. serem juga ya masuknya...

Wuri SweetY said...

Achhhh gemes dech ma Jomblang, udah di depan mata, ga bs turun jg kita.

Enno said...

@rakyan: gunungkidul memang kawasan karst alias pegunungan kapur :)

@arman: banyak man gua vertikal itu... serem? ah sereman juga penampakan2 di luar dan dalem gua hahaha

@wuri: next time beb... makanya gebet dulu ketuanya gih! wkwkwk

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...