Friday, May 20, 2011

Jangan Tunggu Aku

"Aku membayangkan kamu itu cantik, mungil dan kekanak-kanakan waktu mendengar suaramu di telepon.”
“Really? Lalu?”
“Kamu tidak secantik itu, tidak semungil itu dan tidak sepolos itu…”
 Saya tergelak. “Dan apa artinya itu? Bahwa dugaanmu meleset jauh, begitu? Ternyata aku jelek, gendut dan bergaya preman?”
“Enggak, kamu nggak gitu…” Ia terkekeh. “Tapi aku lebih suka kamu yang ini daripada bayanganku sebelumnya. Kamu lebih… lebih apa ya? Lebih hidup.”
“Aku kan memang belum mati!”
“Penuh daya hidup, maksudku.”
“Kamu sedang ngegombal kan ini?”
“Enggak. Kayak kamu gampang digombali aja. Mana mempan kamu dirayu.”
“Mempan aja, asal tau caranya.”
“Oh ya? Wah, kasih tau dong!”
“Hahaha enak aja!”

………………..

Itu percakapan kita bertahun-tahun lalu.

Kau tidak usah menunggu aku, Gas. Karena perasaanku padamu tidak akan berubah menjadi seperti yang kau mau. Meski kau bilang suatu hari aku akan menyadari ketulusanmu, aku tak ingin berandai-andai. Bagiku sudah final. Aku tak mencintaimu, sekarang maupun nanti. Karena sudah kulihat sejak mula bahwa kita tak akan sejalan.

Kadang-kadang apa yang telah nyaman kita jalani tidak akan sama jika kita mengubahnya menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih. Aku sudah menyadari beberapa bulan setelah kita berteman.

Ya, Gas. Intuisi yang terlalu tajam bisa merepotkan, ya kan? Mungkin lebih mudah hanya menjalani saja tanpa prasangka. Tapi aku dilahirkan seperti ini, Gas. Dan jika itu membuatmu merasa kehilangan kesempatan untuk membuatku mencintaimu, maafkanlah. Aku benar-benar tidak bisa lebih dari itu ketika melihat seperti apa dirimu. Seperti apa kita nanti. Kau dan aku seperti air dan api. Itulah kenyataannya. Tanpa harus dengan intuisi pun kita bisa melihatnya kasat mata. Jadi buat apa mencoba jika nantinya malah akan membuat kita terluka, atau lebih parah lagi, bermusuhan?

Aku peduli padamu tentu saja. Kau adalah salah satu teman terbaikku. Lingkaran dalamku. Aku selalu bisa mengandalkanmu untuk apapun. Dan kamu bisa mengandalkanku untuk banyak hal sejauh yang kumampu.

“Bagas masih nungguin kamu tuh.”
“Bilang sama dia, jangan gitu. Aku nggak punya perasaan apa-apa sama dia.”
“Tapi dia ngotot.”
“Mendingan kamu kenalin sama cewek lain deh. Siapalah gitu.”
“Emang kamu nggak suka apanya sih dari dia?”
“Mau jawaban jujur atau bohong?”
“Ya yang jujurlaaah!”

Bagas, aku tidak suka mendengarmu selalu menghina pemerintah dan mengatai pengelola negara ini bodoh. Kau tidak akan tahu betapa beratnya membereskan semua persoalan ini, apalagi jika rakyatnya apatis sepertimu. Masuklah ke sana, bertukar pikiranlah dengan mereka seperti aku. Bertahun-tahun di lapangan aku tahu betapa banyak yang harus dibenahi, betapa berat tantangan yang harus dihadapi. Semuanya tidak semudah yang kau bayangkan, karena kau awam.

Tidak semua pejabat itu bejat dan korup. Masih banyak yang tulus dan benar-benar berusaha menguraikan benang kusut yang ada. Tidak cukup hanya bilang: negara ini hancur, kacau atau sudah mati, tapi kau sendiri tak berbuat apa-apa untuk membantu. Kau belum pernah duduk di kursi mereka, Gas. Jadi kau tak tahu apa-apa.

Gas, kau masih tercatat sebagai WNI dan mencari makan di negara ini. Kalau kau berpikir negara ini sudah mati, silakan kau pindah ke negara lain dan mencari makan di sana.

“Jadi cuma gara-gara itu kamu nolak dia dulu? Ya ampun, No! Semua orang bebas berpendapat. Ini negara demokrasi!”
“Ini memang negara demokrasi, tapi aku nggak suka orang munafik. Menghina negara sendiri, tapi masih memanfaatkan semua fasilitas pemerintah dan memakai sistemnya untuk mencari nafkah.”
“Astaga, pengertian kemunafikanmu sampe kesitu! Kamu itu! Aku sampai nepok jidat!”

Gas, jangan tunggu aku. Kau suka mencerca pemerintah habis-habisan dengan kosakata ‘bodoh, kacau, hancur, dan mati’ favoritmu itu ketika aku mengajakmu mengobrol ringan tentang sebuah topik hangat di berita petang.

Aku ini, bagaimana pun pernah menjadi wartawan desk politik dan terbiasa hidup dengan segala persoalan tentang itu. Terbiasa berdiskusi, berdebat, mengomentari dan menulis tentang hal-hal seperti itu. Tak semua orang mengerti politik, aku tahu. Tak semua orang menyukainya, aku paham. Tapi dorongan untuk mengomentari suatu kasus sering datang tiba-tiba. Apalagi aku tumbuh di tengah keluarga yang suka mengikuti perkembangan politik.

Beberapa sepupu di Jakarta adalah teman diskusi yang hangat setiap kami selesai membaca koran pagi. Seorang tanteku, ibu rumah tangga, suatu hari mematikan kompor dan meninggalkan dapur sejenak hanya untuk mendengarkan pidato Obama di televisi. Beberapa paman sering bertanya tentang kasus-kasus yang kuliput. Ayah dan mendiang Ibu juga senang menonton berita di televisi, mengomentarinya, dan sangat gembira jika dibelikan beberapa koran nasional. Meskipun kami bukan keluarga politikus, setidaknya sebagian dari kami melek politik.

Aku ingin orang yang ada di sisiku bisa memahami itu. Menanggapi dengan senyum dan komentar ringan ketika aku tiba-tiba berceloteh tentang berita yang sedang hangat, itu sudah cukup. Atau lebih baik bilang tak mengerti lalu diam. Bukannya memberiku senyum sinis lantas mengatai pemerintah yang membuatku jengkel, menimbulkan perselisihan-perselisihan sepanjang hayat.

Aku tidak mau orang yang seperti itu. Aku tidak mau hidup yang seperti itu. Jadi jangan tunggu aku.


pict from here





Image and video hosting by TinyPic

12 comments:

Gloria Putri said...

cieeeeee....ditungguuinn nihh yeeeeee...ati2..tar ktinggalan kereta lagiii...hahahahhaha....kidding...aq gag ngerti politik mbaa :) tp aq pengen bs hengkang dr sini tuhhh...bukan krn aq gag suka sama politikusnya ato sok ngerti politik...tp krn aq maw mengembangkan sayapku lbh lebar :)
anyway...tulisannya bagus mba :)
"Gas" itu panggilang dari "BAGAS" atao "GASDOM" (Gas Domestik, salah 1 divisi dikantorku) hahhahahahaha

ika puspita said...

Mbak enno lg produktif nich kayaknya
Postingannya emang patut ditunggu
Aku selalu mempertanyakan betapa beraninya mbak enno menceritakan suatu kisah yg menyangkut org lain...
Apakah ga pernah takut org yg dimaksud bakal marah krn jd obyek cerita mbak?
Aku pengen belajar lebih berani jujur dalam menulis...
Untuk ceritanya klo boleh komen...
Aku banyak mbak temen kayak gitu yg bisanya ngritik...
Coba klo dia yg ada dlm posisi pemerintah,blm tentu jg mampu berbuat banyak...
Alangkah baiknya klo berkomentar jgn asal ngomong liat proporsi dari semua sudut pandang
Xixiixix maaf ya mbak klo komennya panjang...

Arman said...

cieee.. ciee.. kayaknya yang naksir enno banyak lhooo... :D

eh gua juga suka memaki2 pemerintah indo nih. hihihihi. tapi emang pemerintah indo suka kebangetan sih no, jadi kitanya mau gak mau jadi maki2. yah walaupun pasti ada sih yang baik2. tapi yang jelek2 itu yang bikin jelek nama pemerintahan kan. gara2 nila setitik, rusak susu sebelanga...

@adarmawans said...

eh, aku setuju sama mbak enno. paling ngga suka kalo ngeliat temen-temen yg tiap hari denger dikit aja berita miring tentang pemerintahan, pasti jadinya ngomong ngalor ngidul nyalahin pemerintahan, presiden dan lain lain tanpa sadar

mereka ngga pernah sadar, mereka juga orang indonesai juga kan? sama aja dong jelek2in diri sendiri.

kalo saya, saya percaya pada bangsa ini. suatu saat nanti bakal jadi yg lebih baik. pasti.

jadi daripada ngomong sana sini ngga jelas, buang-buang tenaga, mending tenaganya di alokasiin ke sesuatu yg lebih berguna buat kemajuan bangsa ini.

apapun caramu, buat indonesia yg lebih baik. :)

huahahhahahaha. panjang banget yakk. :D

Si Belo said...

Prikitieww... bagas masiih setie menunggu, susah emang ngejalaninnye kalo kaga sejalan dan sefaham..

aye kaga ngerti politik mpok,, tapi jujur.. aye suka ma mpok enno yang melek banget ma begituan..

sukses terus buat mpok..:)

sayamaya said...

astaga.. kok hampir sama ya. mksdku tema cerita, tentang org dari masa lalu. hihihi..
happy weekend ya no. dan kurasa bayanganku tentangmu sama dgn bayangan awal si GAS :D

Enno said...

@glo: mengembangkan sayap? kamu sejenis burung ya? :P

@ika: hahaha.. ga tau ya, aku brani2 aja tuh, lagian biasanya isinya pesan buat yg bersangkutan, bknnya menghina ato memaki2 kan... yg kutulis buat mrk biasanya masukan. coba deh kamu cek... thx ya komen yg pjg ga mslh kok hehehe

@arman: ya ga usah memaki kali man, mengkritik biasa aja... santai kyk dipantai getoh :P tp yg model elo sih ga bikin gw bete man, kan elo kerja di luar hahaha...

@mr Gigh: hihihi aku setuju banget sama kamu! aku jg percaya sm bangsa ini. suatu saat pasti akan lbh baik.merdeka!!! :))

@belo: iye nih ditungguin sembari ngarep kayak antrian ngambil gaji hehe...

@maya: hahaha... makasih sdh membayangkan aku seimut itu may! ckckck :))

Wuri SweetY said...

Bagi yang pernah atau masih tinggal diluar pasti kerasa banget sich ruwetnya pemerintahan Indonesia, tapi walaupun kacau balau kayak apapun aku tetep cinta Indonesia, tetep kangen setengah mati ma alam Indonesia.

Enno said...

he eh ri... kata temen2 bule, alam kita is the best!

:)

Arman said...

hahaha iya ya.. :P

btw postingan baru gak bisa dikomen ya no?
yah namanya ama sodara... kadang perlu no kudu basa basi dikit. nyebelin sometimes, tapi ya gimana lagi ya...

Enno said...

hehe sengaja ga pake komen man,, iya sih basabasi perlu, tapi nuduh2 yg ga berdasar itu yg bikin pgn murka,,, mana pake nuding2 jari pula

:)

Gloria Putri said...

ehhh....dasar....nyelimur iq :p
hahahahahahha

bahas komennya kak maya : km? imut? cih...hahahhahahahahaaa......... piss

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...