Monday, April 18, 2011

Anak Jakarta

Musim pertandingan sepakbola seperti ini, saya dan adik saya akan menjadi lawan. Saya selalu mendukung Persija, sedangkan dia mendukung Persib. Saya heran sama dia. Padahal toh dia juga 'anak Jakarta', dibesarkan di Jakarta, bersekolah sampai tamat di Jakarta, bisa bahasa Sunda belakangan setelah kuliah di Bandung. Tapi hatinya memilih Persib.

Kami akan saling mengejek dan meleletkan lidah. Untungnya tidak sampai gontok-gontokan seperti Bobotoh dan Jakmania. Hahaha. Tidak perlu juga mengikutsertakan kakak kami, Usi, yang juga suka sepakbola. Kesebelasan kesayangannya berganti-ganti setiap musim. Bikin pusing! :)

Meski saya bukan Jakmania, tapi saya cinta Jakarta. Entah kenapa. Kemanapun saya pergi, dimanapun saya berada dan berdiam, saya selalu mengaku 'anak Jakarta.' Lihat domisili di profil blog ini? Enno, Jakarta. Padahal saat ini sudah lebih dari setahun saya tidak tinggal di sana.

Bagi saya kota itu penuh dengan nostalgia zaman dahulu kala. Penuh kisah masa lalu ketika noni-noni Belanda duduk diatas perahu yang hilir mudik di sepanjang kanal Batavia, menikmati angin sore. Terasa penuh misteri dan rahasia saat mendengar kisah-kisah gedung peninggalan VOC dan bunker-bunkernya yang tak pernah ditemukan lagi. Terasa mendebarkan mendengar kisah-kisah legenda tentang Si Manis Jembatan Ancol, atau Nyai Dasima, atau Si Pitung dan Si Jampang. Bagi saya, kota ini penuh dengan petualangan yang tak kasat mata.

Saya teringat perjalanan saya berlayar mengelilingi Kepulauan Seribu. Orang-orang lain pergi ke sana untuk menikmati resort dan pantainya yang indah, saya tidak. Saya 'mblusukan' di antara puing-puing bekas benteng dan markas VOC. Mengorek cerita dari setiap bongkahan tembok yang diruntuhkan oleh waktu.

"Dulu Hotel Shangrilla itu kampungnya engkong gue, No," kata Mami Wati, salah satu kolega senior saya. Ia, orang Betawi asli, sudah berusia limapuluhan, sehingga kolega yang lebih muda memanggilnya mami. "Yang jadi restorannya entu tuh bekas kamar nyokap gue. Dulu waktu Mami kecil suka berenang di anak kali Ciliwung yang seberangan sama hotel itu."

Bapak kost saya yang orang Betawi juga sering menceritakan masa kecilnya dulu di daerah Blok M. "Bekas kampung Bapak itu yang sekarang jadi terminal dan mall Blok M, Neng," katanya sambil senyum-senyum. "Waktu pemerintah mau ngebangunin terminal, semua kena gusur dan dikasih ganti rugi. Keluarga Bapak akhirnya pindah ke Jakarta Timur."

Satu lagi yang sering bercerita tentang Jakarta tempo dulu adalah kolega senior saya, Abah Alwi. Alwi Shahab, wartawan senior, yang sampai sekarang masih suka menulis tentang Jakarta tempo dulu di harian Republika. Kumpulan artikelnya diterbitkan di website "Jakarta Tempo Doeloe," yang saya link dan saya baca setiap hari.

Orang-orang Betawi yang saya kenal selalu bercerita pada saya karena tahu saya selalu tertarik pada hal-hal yang berbau sejarah dan nostalgia tentang Jakarta. Dari Abah Alwi, saya tahu bahwa dulu kawasan Harmoni adalah kawasan orang-orang Perancis di Batavia. Masa itu, orang-orang pergi ke Harmoni untuk membeli makanan, sepatu dan barang-barang yang berasal dari Perancis. Dari Abah juga saya tahu, mesjid Istiqlal dibangun di atas bekas benteng Belanda, yang konon di bawahnya terdapat bunker dan lorong rahasia sampai ke Pasar Ikan.

Tidak seperti orang lain, yang nyaris membenci kota itu karena banjir, macet, biaya hidup yang mahal dan tingkat kriminalitas yang tinggi, saya mencintai Jakarta karena ia adalah saksi sebuah zaman. Petualangan tak kasat mata yang menunggu untuk dijelajahi, rahasia-rahasia yang menunggu untuk ditemukan. Membuat khayalan saya membumbung sampai ke tingkat tertinggi dan adrenalin saya naik seperti habis jogging lima putaran di Gelora Bung Karno.

Jakarta yang kini kusut masai adalah kota yang akan selalu saya cintai.
Tempat kemana saya pasti kembali.
Di mana sejarah hidup saya dan sejarah hidup banyak orang sampai ratusan tahun kebelakang disimpan zaman.

Kawasan Kota Tua yang masih dilestarikan hingga kini

Jembatan Ancol tempo dulu, tempat legenda Si Manis Jembatan Ancol

Gedung Koninklike Paaketvard Mastchappij (KPM) terletak di ujung Jl Medan Merdeka Timur (dulu Koningsplein Oost) No 5, Jakarta Pusat. Tempat tinggal Nyai Dasima saat menjadi gundik Meneer Willem.



Image and video hosting by TinyPic

17 comments:

TS Frima said...

sayang sekali, saya tak suka bola :)

Lia said...

mbak kalo mau touring keliling jakarta, mau ke museum kek, atau tmpt bersejarah lain, ikut nyooo :D

dari dlu pengen jalan2 keliling tmpt sejarah di jkt cuman ga smpet, plus takut juga nyasar kayak anak ilang, hihi :D

Apisindica said...

kok samaaaa...saya juga suka banget sama jakarta selain bandung tentu sajah.

bedanya, saya nggak tertarik dengan sejarahnya. Saya tertarik dengan dunia pergaulannya, mall nya, sosialitanya. Lucu aja kalau diamati.

*budak gelo

sayamaya said...

dan ane selalu ogah klo disuruh ke jkt sm ortu n sodara2. hmm kurasa ekosistem ku di jogja ini sih ya. sempat 2 thn di jkt no, tp ane memutuskan utk meninggalkan kota itu.

tp aku suka kota, februari kmren singgah ke sana, syg pas lg tutup >o<

Anonymous said...

saya tidak suka bola
saya tidak jatuh cinta pada Jakarta

tapi saya juga suka ngikuti tulisan Abah Alwi di harian Republika.

Mungkin saya menyukai Jakarta tempo doloe. :) . Mungkin. saya juga tidak tahu. *loh

Nufri L Sang Nila said...

waaaa....bagus tulisannya...saya suka sejarah...saya juga suka mengunjungi museum...tapi saya gak suka sepakbola lokal heheee...maaf yaaa....terima kasih infonya...

salam :)

Adhi Glory said...

jakarta oh jakarta...
seru juga mengenal jakarta dari sudut pandang posting ini, selama ini yg saya banyak baca adalah tentang orang2 yg mengeluhkan jakarta :)

I really love this quote, anyway:
"saya mencintai Jakarta karena ia adalah saksi sebuah zaman. Petualangan tak kasat mata yang menunggu untuk dijelajahi, rahasia-rahasia yang menunggu untuk ditemukan..."

perasaan serasa dibuai membacanya, hehe... gak maksud lebay! :p

Arman said...

gua juga cinta jakarta. walaupun banjir dan macet, tapi tetep cinta. :D

banyak kenangan banget soalnya disana. dan rasanya gua tetep merasa paling berasa nyaman di jakarta. udah tau seluk beluknya soalnya ya... :D soalnya kota yang paling lama gua tinggali ya di jakarta itu kali ya...

Gloria Putri said...

wahhhh....jadi kangen Jakarta...memang itu kota bersejarah bgt....papa mama ku bertemu diJakarta...aq lahir n besar di Jakarta :( terakhir kesana februari lalu...hectic bgt skrng....ckckckck....

Enno said...

@ra-kun: sayang sekali :)

@lia: di jakarta kalo nyasar gampang, cari aja terminal bus terdekat, cari rute yg plg dkt dgn tujuanmu, beres deh :D

@apis: hahaha... dasar anak dugem! :))

@maya: haha daerah Kota emang termasuk jakarta lama... asik di sana :)

@vanilaeru: tulisannya Abah emang asik buat bernostalgia :)

@nufri: makasih yaa.. di jakarta byk museum bagus kan :)

@adhi: nah itu dia, drpd ngeluh, mendingan dinikmati dari sudut pdg yang laen, supaya ga setres hehehe... thx adhi :)

@arman: nah mungkin krn byk kenangannya kali ya man, dah udah kenal seluk beluknya ehehe sama kitaaa :)

@gloria: oh kamu ternyata numpang lahir disana ya? hihihi...

Gloria Putri said...

wokokokoko...numpang lahir oq ya bahasanya...hahhaha...ngga mba...aq sempet sekolah sampe SMP juga koq di jakarta....dl ngimpi jd "pasukan jas kuning" (baca anak UI) tp gag kesampaian...hahahhaha

Rtp Farra Arisha said...

jakarta, the best historical places! nice and great! :)

Ceritaeka said...

Kirain kalo Jakarta tuh kangen ama gue gitu No :D
ah jadi pengen kesini lagi naik sepeda ;) hehehe

Selfish Jean said...

Eh, anak Jakarta juga ternyata ya No? Saya anak Jakarta, tapi pengetahuan tentang Jakarta masih butut banget.

Gimana kalo kita tur Jakarta No? Sambil wisata kuliner? Mau mau mau?

Enno said...

@gloria: wah dulu di SMP mana tuh? jgn2 adik kelasku hahaha

@farra: yes, absolutely! :)

@eka: haha ... kangen pengen ngejitak lu sih iya... :P

@jean: hoho... emang dikira anak mana eike? yuk yuk kita keliling jakarta.. skrg bisa pake busway, rutenya kan dah lengkap haha...

Selfish Jean said...

Tapi plus makan ya No. Pokoknya isi perut itu wajib (gimana nggak gendut?)

Enno said...

hehehe ya iyalaah... wisata kuliner tempat makan yg antik2 kayaknya asik ya mon? :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...