Kau masih melacak jejakku? Masih menyuruh seseorang menerjemahkan setiap kata hatiku untuk ditulis ulang ke dalam bahasa batinmu? Masihkah? Atau kau sudah bosan dan memilih memandangi salju di luar jendelamu?
Musim dingin ini begitu parah. Di sana sudah jelas. Aku melihat segalanya putih dalam foto-foto yang dikirimkan temanku. Tapi terpikirkah olehmu tentang musim dingin di sini? Yang kualami sendirian di gubuk kosong kita, yang kau biarkan tanpa lentera? Mungkin hatimu yang hangat itu sudah membeku sedingin salju. Kurasa begitu.
Suatu hari, ingatlah, mungkin aku akan pergi. Kutinggalkan gubuk ini dengan pintu-pintu terkunci. Kubuat jalan setapak menerobos ilalang menuju dunia luar. Aku mungkin tak akan menoleh lagi. Meski kau memanggil-manggil aku kembali.
Sungguh. Aku mencintaimu dengan debar-debar yang sama seperti dulu. Menulis bait-bait untukmu masih saja membuat aku merindukanmu. Masih saja membuatku merasa dunia begitu indah.
Tapi sepertinya itu tak pernah cukup bagimu. Kau bergeming di sana. Bahkan di saat hal yang paling menyedihkan bagiku, kau bergeming saja. Kau ini sungguh egois. Kejam. Jadi kenapa aku juga tidak bisa? Dengarkanlah detak waktu membunuh hari. Di batas kesabaran yang lenteranya semakin redup.
Bagaimana pun selamat tahun baru.
Kau boleh saja menyiksaku dengan bermain petak umpet seperti tahun lalu. Kau boleh saja sembunyi seperti biasa. Meskipun harusnya kau bilang terus terang kalau ini sudah berakhir. Apa yang kau takutkan?
Aku hanya ingin mengirimimu satu pertanyaan penting. Kau, masihkah musim semiku?
I did not know what to say,
my mouth had no way with names
my eyes were blind,
and something started in my soul,
fever or forgotten wings,
and I made my own way,
deciphering that fire
and I wrote the first faint line, faint,
without substance,
pure nonsense,
pure wisdom
of someone who knows nothing,
and suddenly
I saw the heavens unfastened and open,
planets,
palpitating plantations,
shadow perforated,
riddled with arrows, fire and flowers,
the winding night, the universe. *
-dari Poetry, Pablo Neruda-
foto dari sini
8 comments:
selamat tahun baru~~~ ^^
Mungkin emang udh saatnya meninggalkan gubuk itu dan menguncinya rapat2 tanpa perlu menengok lagi.
Musim semi toh pasti akan datang tanpa atau dengan dia. Musim semi juga akan tetap indah dan mungkin akan lebih indah kalo sudah ada ruang untuk yang lain.
Halah. Apa coba. Hahaha.
Selamat tahun baru ya no!! Semoga tahun 2011 membawa banyak kebahagiaan buat lu...
wah mbak, aku tercekat membacanya. betapa, sepi rasanya ditinggalkan dalam diam, tanpa kata dan tanpa jawaban.
semoga di tahun baru ini, sebuah jawaban darimu bisa mencairkan salju yg membeku dimusimmu...ya, semoga.
selamat tahun baru...
:)
mbak enno..taun baruan jangan posting yang sedih-sedih donk, mulai segalanya dengan positif :)
happy new year dear.. ;)
@ra-kun: met taun baru jugaaa :)
@arman: usulnya dipertimbangkan kok hehe thx ya maaan... I know you do care about me :)
@wiwit: amiiin.... thx wit, met taun baru juga ya :)
@tha: aduh maap... terpengaruh cuaca mendung kayaknya hahaha... met taun baru dear :)
Selamat tahun baru juga ya TAnte Ennooo
met taun baru juga sayang... makasih yaaa :)
awww.....keren mba enno :) tulisannya :)
Post a Comment