Karavan

1.
Tadinya kau adalah bayang-bayang pudar ketika matahari di atas kepala, memunculkan warna-warna. Kemudian aku bertemu gemuruh laut dan ombak menghanyutkan mimpi sebelum petang.

Ketika air pasang melontarkan banyak harapan padaku, masih saja kutangisi masa lalu. Tiba-tiba jiwamu menawarkan mimpi-mimpi lain, yang aneh dan tak kumengerti.

Phoebus, tiba-tiba laut bicara padaku tentang warna birunya. Biru itu rindu. Dan aku, Esmeralda, tenggelam dalam birumu.

2.
Aku gadis gipsi yang datang dari balik cakrawala.
Menari untukmu di atas kuda yang berlari melintasi padang bunga-bunga.

Saat kau hanyut dalam pusaran waktu, masihkah kau mengenang kisah tentang suatu pagi yang hilang dari kehidupan kita sekarang?

Karavanku menggelindingkan percintaan yang berlumut oleh rindu. Dari suatu masa ketika kau membuaiku dengan janji matahari.

3.
Namamu abadi dalam irama tarianku.
Aku, Esmeralda, gadis gipsi. Dan kau, Phoebus, prajurit pemberani. Kita jalani pengembaraan itu, sementara angin membisikkan puisi mesra di telingaku.

4.
Lalu kau pergi.
Di saat roda karavan mulai berderak dan tak bisa membawa kita mengembara. Badai merasuk padamu, mengubahmu menjadi kuda liar di padang rumput tak bertepi. Dan saat kau kembali, kau bukan prajuritku lagi.

Phoebus, tataplah mataku yang tak lagi sejernih bola kristal itu. Ada perih dan rindu. Cintaku melebur bersama pilu.

5.
Aku, Esmeralda, gadis gipsi.
Dan kau, Phoebus, nyala di jiwa yang hampir padam.




___________

Alda, sudahlah. Lupakan saja....