If you know someone is already taken, please respect their relationship. Don't be the reason they end up single.
-unknown quote-
................
Cewek-cewek yang berdiri di sudut itu memandangi saya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Tatapan mereka campuran antara benci, segan, dan penasaran. Saya menyingkirkan map berisi draft skripsi saya dari pangkuan dan menunduk, memandangi diri saya sendiri.
Ada apa sih? Kancing kemeja saya terbuka, jins saya robek atau sepatu saya tertukar sebelah? Tapi sepertinya saya baik-baik saja.
Saya menunggu. Barangkali mereka akhirnya akan mengatakan sesuatu. Tapi setengah jam sudah berlalu dan mereka tak kunjung menghampiri. Baiklah. Cukup. Enough. Saya ini senior, mereka hanya anak-anak tingkat satu dan sudah memperlakukan saya dengan sangat tidak sopan. Apa-apaan memandangi saya dengan sewot seperti itu sambil berbisik-bisik!
Saya menghampiri mereka. "Ya? Ada apa, dek? Ada yang mau diomongin sama aku?"
Mereka kelihatan kaget. Anehnya tak satupun menyahut, malah semuanya melengos.
Saya menghela napas. "Ada apa sih ngeliatin aku kayak gitu? Mau ngomong apa?"
"Enggak, Mbak," sahut salah seorang dari mereka, lirih.
"Kalo gitu nggak usah ngeliatin kayak tadi dan pake bisik-bisik. Bikin orang nggak nyaman. Nggak sopan sama orang yang lebih tua, tau nggak."
Mereka menunduk, lalu pelan-pelan beranjak. Saling menggamit dan kabur dari depan muka saya. Menyisakan tanda tanya.
"Oh, yang itu? Itu sih pacarnya Anwar," kata Yani, teman saya, beberapa hari kemudian. "Dia cemburu kali sama elu."
"Lho emang gue kenapa? Kenal juga kagak sama dia."
"Lu suka kirim-kiriman makanan sama si Anwar kan?"
Saya tertegun. "Iya sih."
"Kayaknya ada yang bilang ke ceweknya tentang itu. Trus dia jadi cemburu deh..."
"Idih! Kalo gue kirim-kiriman makanan, itu kan cuma iseng. Bukan berarti gue doyan sama si Anwar kali!" Saya cemberut.
Saya dan Anwar. Rumah kost kami hanya dipisahkan pertigaan. Satu cabang jalan menuju ke kampus, satu lagi menuju ke kawasan wisata, dan yang satunya menuju ke stasiun. Kami satu fakultas, satu kelas juga. Kami suka pulang kuliah bareng. Berjalan kaki sama-sama lalu berpisah di pertigaan. Kadang-kadang Anwar mengantar saya sampai dekat rumah kost sekalian membeli makan siang di warung dekat situ. Perasaan saya pada Anwar? Biasa saja. Begitu juga sebaliknya.
Saya ini kan memang cenderung bergaul dengan teman laki-laki, Anwar adalah salah satu diantaranya. Ia juga tidak merasa ada yang salah berteman akrab dengan saya.
Anwar itu jenis laki-laki yang sopan santun. Memperlakukan perempuan dengan baik sekali. Kalau berjalan dengan perempuan, ia mengambil posisi di sisi luar. Seringkali mengantar sampai depan kost yang bersangkutan. Siap melindungi. Siap mengulurkan bantuan, dari memfotokopikan catatan sampai mengantar belanja bulanan. Gratis, ikhlas lahir batin.
Saya sayang dia sebagai teman. Teman favorit, karena kebaikan hatinya itu.
Karena rumah kost kami berdekatan, penjual sarapan pagi (tenongan) langganan kami juga sama. Yuk Ginah berjualan dari rumah ke rumah. Biasanya habis dari kost saya dia langsung ke kost Anwar. Kadang-kadang saya iseng mendeposit sejumlah uang pada Yuk Ginah.
"Yuk, ini lima ribu. Bilang ke Anwar, hari ini sarapannya udah aku bayarin ya. Habiskan aja semuanya."
Biasanya di kampus saat kami bertemu di koridor atau di kelas, kami tertawa-tawa. Anwar bilang terima kasih, dan lusanya ia yang mendeposit uang di Yuk Ginah untuk saya. Itu cuma keisengan dua orang sahabat. Buat saya tidak ada yang salah.
Tapi ternyata ada pengadu. Dan akhirnya ada yang cemburu.
Sudah pernahkah saya bilang kalau saya ini paling tidak suka orang lain IKUT CAMPUR urusan saya dengan teman saya? Saya tidak peduli siapa, entah pacarnya, entah saudaranya, apalagi cuma teman saya, teman dia atau teman kami. Apalagi kalau mereka itu hadir dalam hidupnya belakangan, sementara saya lebih dulu mengenal teman saya itu jauh sebelum mereka berseliweran di depan hidung saya.
Ada apa sih? Toh kamu tidak tahu urusannya apa. Toh saya tidak pacaran dengan pacarmu. Saya tidak merugikan saudaramu. Saya tidak mengganggu pertemananmu dengan dia. Silakan mengomel di belakang saya, tapi jangan 'menyentuh' saya. Jadi ketika pacar Anwar sewot dengan caranya yang mengganggu kenyamanan hidup saya di kampus, saya jauh lebih sewot.
Siapa elu! Gue udah jadi temennya dia sejak empat tahun yang lalu. Nah elu baru nongol dalam hidupnya kemaren-kemaren. Emangnya salah apa gue? Kok elu protes dengan cara pertemanan kami? Lu kira gue cewek gatel yang suka naksir pacar orang? Cih! Pergi sana lu jauh-jauh!
Itu omelan saya dalam hati.
Masalah itu tidak pernah clear sampai saya dan Anwar lulus dan diwisuda. Sampai detik terakhir keberadaan saya di kampus, si yunior pencemburu masih menganggap saya saingannya. Ya ampun, bikin saya kepingin menyuruh dia mengaca bersama saya.
Kalo gue mau naksir si Anwar, dari dulu aja kali. Dari tingkat satu. Dia pasti mau sama gue. Lu nggak bakal bisa bersaing sama gue. Anak ingusan, bau kencur. Ngaca tuh. Punya modal apa? Cakep juga enggak, pinter juga enggak. Dan attitude lu jelek begitu.
Lagi-lagi itu cuma dalam hati.
"No, maafin pacarku ya."
"It's okay," sahut saya, padahal masih gondok setengah mati.
Anwar bilang, pacarnya memang pencemburu. Itu bukan curhatnya yang pertama. Ia memang sering curhat tentang pacarnya pada saya. Dan saya berusaha untuk memberi advis sebaik-baiknya.
Anwar itu lumayan manis. Tinggi, punya lesung pipi dan kalau tertawa kelihatan sangat menarik. Waktu kami tingkat satu ia pernah naksir saya, tapi saya sudah punya pujaan hati yang lain. Kami menjadi akrab seiring waktu, karena sama-sama tertarik pada hukum pidana dan sering mengambil mata kuliah yang sama.
Saya tidak naksir Anwar, tapi kalau mau, saya bisa membuat dia naksir saya. Terlalu pede, eh? Ah, tidak. Saya cukup mengenal dia selama empat tahun dan saya tahu bagaimana dia.
Tapi dia sudah ada yang punya. Saya tidak akan pernah menjadikan diri saya alasan dia untuk memutuskan pacarnya.
Mestinya lu berterima kasih sama gue. Pacar lu selalu gue kasih semangat supaya lebih memahami elu. Bisa aja gue nyuruh pacar lu mutusin elu. Bisa aja gue ambil pacar lu buat diri gue sendiri. Lu ga pernah baca puisi cinta yang dia tulis buat gue di tingkat satu kan? Sementara selama ini ga ada sebiji pun dia bikinin puisi buat elu.
Seperti biasa. Itu omelan yang disimpan sendiri.
"War, kamu itu udah nggak naksir aku lagi kan?"
"Enggaklah. Kok nanyanya gitu? Kamu takut aku temenan sama kamu karena ada udang di balik bakwan ya?"
"Ya gitu deh. Kasian sama pacarmu. Aku nggak mau jadi alasan kalian untuk putus."
"Aku nggak akan mutusin dia, No. Aku sayang banget sama dia. Nggak tau sih kalo dia ke aku. Habis suka nggak percayaan gitu..."
"Kalo misalnya kalian putus, misalnya ya. Aku nggak mendoakan, War. Mi-sal-nya. Aku nggak akan temenan lagi sama kamu."
"Yaaah kok gitu."
"Nanti aku disangka yang jadi gara-gara."
"Gini ya, Jeng Retno. Aku temenan sama kamu sampe sekarang bukan karena puisi cinta konyol yang dulu itu. Bukaaaan. Aku temenan sama kamu karena kamu itu temen yang lucu jadi aku ketawa terus denger lawakanmu. Temen yang rajin, jadi aku bisa pinjam catatan. Temen yang pinter, jadi aku bisa ajak diskusi. Temen yang dermawan, jadi aku sarapan pagi gratis. Temen yang setia, jadi aku punya temen curhat yang bisa dipercaya. Ngerti tho sampeyan?"
"Hihihi. Padahal aku temenan sama kamu karena suka nemenin belanja bulanan dan ngebawain jinjingannya," canda saya.
"Ya nggak apa-apa. Begitu juga kehormatan buat aku." Ia tersenyum.
Ah memang baik teman saya yang satu ini!
Saya dan Anwar masih berteman sampai sekarang. Mungkin juga ia membaca tulisan ini dan tertawa. Ia dan si gadis pencemburu itu akhirnya memang tidak berjodoh. Mereka putus karena gadis itu dijodohkan orangtuanya. Bukan karena Anwar. Bukan karena saya. Belakangan ia bahkan menyapa saya dengan ramah di fesbuk, minta maaf atas kelakuannya dulu dan bercerita sedikit tentang keluarga kecilnya. Akhir yang sangat baik,syukurlah.
If I know someone is already taken, I respect their relationship.
I won't be the reason they end up single.
pict from here |
19 comments:
Ah, tulisan ini lagi-lagi sama dengan hubungan aku sama temenku -___-
hohoho...aq kehilangan 2 temen cowo mba gara2 cewenya cemburu gitu sama aq yg jelas2 uda lebih lama kenal dan aq juga yang tau detik detik mereka jadian looo...tega ya??
yang tega temenku sihh....dia gag sebaik anwar temenmu, "apapun demi cinta" itu prinsipnya..
huh...
tapi aq juga punya banyak temen2 cowo yang cewenya baik2 kalo sama aq, kadang2 malah aq diajak mereka pergi bareng, dan aq tau apa yg harus aq lakukan, bukan menjadi alasan hubungn itu berakhir, tp aq support mereka tuk jalan terus :)
koq malah curcol ya aq?
hehehehe, eh mba, betewe, puisiku bagus kan? hahahaha...sama Pak Sapardi kerenan mana? xixixixixi.....
kayaknya aq, km, dan hans, lagi sama2 punya tema besar bersama ya dalam menulis....
toss dulu...kita sehatii :D
heheheheee kocak, aku kasian sama si cewek itu mba, udah cape cape cemburu sm mba enno endingnya malah dia yg dijodohin, hadeeeh
happy ending ya... :)
yah namanya juga manusia ya no... kalo pacarnya deket2 ama cewek lain pasti kan cemburu. hihihihi.
aduuuh, gitu yaa?! aku berasa ditabok-tabokin baca tulisannya Mba Enno. Aku suka cemburuan sama pacarku, hihihi... :P
ah aku ditampar sama quote terakhirnya. Nggak suka, mbak enno tegaaa. huahahaha.
aku jug suka cemburu kalo pacarku deket banget sama temennya. Tapi kan itu wajar, namana oge bogoh! :)
klo enno sendiri, cemburuan ga?? hayooo ngaku hayooo
kamu kan possesip bgt sama aku hahahaha
@monik: mksdnya kamu yg cemburu apa yg dicemburui tuh? hehe
@glo: lho emang hans lg kenapa? bknnya dia lg sibuk belajar :P
@shally: iya bener... untungnya skrg dah baikan :)
@arman: haha... iya wajar, tp ga usah segitu annoyingnya ke aku kali, toh byk yg bersaksi bhw aku dan cowoknya ga ada apa2 :D
@meida: drpd sewot, cewek itu ajak kenalan aja... klo bnr ada apa2 kan dia pasti malu dan mundur sendiri.. klo ternyata emang sahabatan, bs sahabatan jg sm kamu. asik kan nambah temen :P
@apis: hahaha...kan udah kutulis tuh diatas, cemburu silakan, sewot boleh, ngomongin sok ajah, asal jgn 'nyentuh' gue :P
@azhar: sssst ipul, jgn buka rahasia... *winkwink* LOL
hahahhaa...lha kmrn hans lagi bahas2 kesetiaan juga loh yaaaa...kalo istilahnya band cokelat "Saat jarak Memisahkan" gitu lahhh...
xixixixixixxi
Aku yang dicemburuin. Hoah... Kaya anak SMP di FTV aja. Cemburu segala.. -_______-
waw..kisah yang lumrah terjadi tapi disini dikemas secara apik dan menarik untuk dibaca :)
met sore mba ..:)
nice...h
@glo: hoho... ini bkn soal kesetiaan yg ituuu :P
@monik: kayaknya sih ybs kebanyakan nonton sinetron hehe... kasian bener nasibmu mon... sabaaar :P
@ammie: met soreee, makasih udah baca ya mie :)
@anonim: thx :)
Untunglah aku blm prnh ngalami kayak km, atau aku lupa ya???(maklum faktor U :D)
halah wuriiii.... kesannya kayak udah menopause aja deh :))
Mungkin dia cemburu karena ga kenal sama mbak, ga tau mbak orangnya gimana.. Dalamnya hati manusia kan ga ada yang tahu mbak. Bersyukur dong mestinya, dia sayang sama temen mbak sampe perlu cemburu segitunya.. :p
ih saya boro2 bersukur, wong kelakuannya dgn gengnya bikin saya gak nyaman di kampus, bawaan pgn nendang aja tuh hahaha... lagian cemburu blm tentu krn sayang, bisa aja karena krn gak pede sm diri sendiri ;)
ini aku banget... selalu dimusuhi sama pacar temen2ku, sometimes it makes me feel like a stupid slut.
@kriww: lho ini jg bkn kasus satu2nya dlm hidupku... byk kasus2 lain yg samaaa wkwkwk
bikin bete emang ya :)
Post a Comment