Thursday, March 11, 2010

Nona Pashmina

Ia berdiri di depan cermin itu, membetulkan lilitan pashmina di lehernya. Lilitannya terlalu kencang, rasanya seperti tercekik. Ia melonggarkannya. Sekarang lilitannya terlalu longgar, ia mengencangkannya lagi.

Ia mencebik dan memperhatikan wajahnya yang chubby menjadi mirip anak sekolah dasar. Ia tertawa sendiri. Menjulurkan lidah, mengejek bayangannya di cermin. Tiba-tiba ia ingat perkataan mantan boss-nya lama berselang.

"Kamu itu harusnya mengurangi kebiasaan mencebik dan menjulurkan lidah kayak gitu. Kelihatan kekanak-kanakan sekali."

Bertahun-tahun yang lalu ketika ia masih reporter baru, narasumber-narasumber yang ditemuinya sering mengira ia dari majalah kampus.

"Kamu masih kecil kok sudah jadi wartawan?" Seorang anggota DPR yang belakangan menjadi teman diskusinya bertanya.
Seorang menteri menggodanya. "Kamu berhenti saja jadi wartawan, nanti kulitmu jadi hitam lho."

Ia boleh saja kelihatan seperti anak kecil yang tersesat di ruang kerja mereka. Tapi kemudian ia membuktikan kepada narasumbernya, bahwa ia pandai berdiskusi dan menguasai kasus yang diajukannya dengan baik.

Belakangan, ia tak lagi dikira dari majalah kampus. Tetap saja teman-temannya menggodanya kalau mau berangkat liputan.
"Jangan mengernyitkan hidungmu!"
"Jangan menggigit bibir seperti anak kecil yang merasa bersalah!"
"Hey, hey! Tukar dulu sepatu keds-mu! Nih, pakai high heels-ku!"

Ia mengamati bayangannya di cermin sekali lagi. Pashmina merah dan blus putih. Kok jadi seperti bendera? Apa sebaiknya pakai pashmina parsley bunga-bunga ungu saja ya?

Beberapa helai pashmina bertebaran di atas tempat tidurnya. Gaya fesyen pribadinya akhir-akhir ini adalah memakai pashmina bersama segala macam busana. Pashmina membuatnya hangat di tengah cuaca dingin berhujan kotanya. Pashmina juga membuatnya terlihat seperti orang dewasa.

"Heh, Nona Pashmina! Sudah siap belum?" Temannya, Chris, muncul di balik kaca jendela kamarnya. Senyum lebar menghias wajahnya yang seganteng Andhika Pratama.

Ia tertawa pada Chris. Tak sadar menjulurkan lidah dan mencebik. Ups!


Image and video hosting by TinyPic

15 comments:

ceritayuda.blogspot.com said...
This comment has been removed by the author.
Apisindica said...

gilrs will be girls like boys will be boys!!!!

De said...

bilang aja, keci2 kan si cabe rawit.
jangan meremahkan anak kecil lhoo, terkadang ia lebih jeli daripada kita.
kan enak mbak, klo orang ngejek anak kecil mulu, kan jadi awed muda
hehe...

Azhar said...

mao dong jadi pashminanya

wakakakaka

TS Frima said...

size does not matter, penampilan bisa nipu.
yang penting kan isinya :)

-Gek- said...

ngomongin siapa mbak? ;)

oh ya.. katanya,

"good things always come from small packet. " ;)

Sari said...

Aku selalu merasa kalo pashmina membuatku tambah keliatan gede hehehe
Lebih suka pake jilbab praktis langsung pakai :D

dv said...

mendingan dibilang kaya anak kecil apa kaya orang tua?hayoo :D

Pohonku Sepi Sendiri said...

Nona pashmina-nya keureenn.. sekarang juga masih terjun jadi reporterkah? hehe..
eh, mencebik itu apa seh mbak enno?

Enno said...

@apis: hihihi... iya kali ya :P

@wiwit: awet muda? haha amiiiin...

@azhar: iya trus jatoh dan keinjek2.. mao? wkwkwk

@ra-kun: lagi ngomongin dompet ya? *matre mode on* hahaha

@gek: ya ngomongin aku lah hehe... pepatahmu itu sesuai lho sm akyuuu *kege-eran sendiri*

@sari: pashminanya kupakai jadi syal bkn buat kerudung :P

@dv: hmmm.... yg pertama deh :P

@pohonku: gbrnya atau akunya yg keren? hihihi... mencebik itu apa ya, semacam mencibir tapi gaya anak kecil :)

lilliperry said...

nyonya pashmina... :))

lilliperry said...

wee... salah tulis,

nona pashmina.... :))

*sungkem, takut dilempar pashmina* :D

readhermind-dy said...

menjulurkan lidah, mengigit bibir,, suka jg..
:p

Enno said...

@lilliperry: ya ya pashminanya dipake bungkus batu bata :P

@dy: hahaha tp ga pernah dibilang kayak anak kecil kyk aku kan? :D

Enno said...

@ninneta: sudah diambil, makasih ya dear

I love u too
:)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...