Two Happy Lovers

Kamu pulang.
Dan kami berhenti berspekulasi bahwa kamu sibuk membujuk MO untuk mau datang. Aku menghentikan cemburuku yang tak jelas, sehingga tak ada alasan bagi adikku untuk menertawakanku lagi.

Kamu pulang.
Tapi aku masih dengan keseharianku disini. Aku mulai bosan, kau tahu. Berperang dengan dilema pergi atau tetap tinggal. Tekanannya masih sangat berat. Aku sudah menceritakannya padamu waktu itu.

Dan laki-laki itu masih selalu datang. Duduk di ruang tamuku dengan santai. Laki-laki yang akan kau jabat tangannya itu.

"Well, let me shake his hand," katamu waktu itu.

Sayang, aku selalu membayangkan kita sebagai dua kekasih yang bahagia. Meski saat ini saling berjauhan, mungkin nanti. Kelak kita pasti bersama. Dan saat ini harus kupikirkan cara menyingkirkan laki-laki di ruang tamuku.

"Aku punya pacar," kataku.
"Mereka bilang mereka tak tahu soal itu. Mereka belum pernah bertemu."
"Tak jadi soal kan? Yang penting adalah apa yang kubilang."
"Bagiku masih ada kesempatan."
"Well, bagiku tidak."
"Kita lihat saja nanti."
"Bisakah kamu pergi saja? Aku tak punya waktu untuk berandai-andai."
"Aku pergi, tapi besok aku datang lagi."

Aku selalu menghibur diriku bahwa ini akan berlalu. Yang penting kamu pulang. Sudah pulang. Dengan kulit yang menghitam kata adikku.

"Pacarmu jadi item, Mok. Wuih, jangan-jangan dia main di pantai sama MO. Aku jadi ngiri..."
"Tapi dia baik-baik aja kan?"
"Iya. Tapi jadi galak lagi. Hiii..."

Kamu. Ya, kamu, sayang. Jangan marah-marah melulu. Please, mereka jadi ngeri padamu.

Two happy lovers make one bread,
a single moon drop in the grass.
Walking, they cast two shadows that flow together;
waking, they leave one sun empty in their bed.
Of all the possible truths, they chose the day;

Bisakah kamu bayangkan, beberapa tahun dari sekarang. Kamu dan aku seperti gambaran Neruda itu. Tidak dengan roti, mungkin krim sup?

"Aku sedang belajar bikin krim sup. Mau?"
"Mauuuuuuu!!! Mok, aku mau!"
"Yaelah, kalo makanan aja nomor satu. Mau krim sup jagung manis atau ayam jamur?"
"Semuanyaaaa!!!"
"Yang kayak gini nih yang bakal bikin meja makanku kosong!"
"Ah pelit kali kau!"

Kamu sudah pulang. Kamu, ya kamu, sayangku. Kamu, yang kubutuhkan seperti kopi di pagi hari.

Jangan galak-galak :)