Tuesday, April 7, 2009

Biar Saja Hujan


: my spring


Seharusnya bulan ini tak ada hujan, kata temanku.
Seharusnya ia bisa berdansa bersama angin dan bunga-bunga di udara yang basa.
Tapi aku menghendaki hujan datang. Digiring awan-awan dan angin selatan.
Biar saja hujan, agar air mataku tersamar.

Jangan kamu tanya kenapa. Karena tanganku pun bahkan tak pernah kamu genggam.
Teruskan saja apa yang sedang kamu lakukan. Aku sudah terbiasa sendirian.
Aku masih akan tetap duduk di halte ini. Menunggu seseorang lewat menawarkan tumpangan.

Hujan tak kunjung turun.
"Ini sudah jam berapa?"
"Pukul lima seperempat," sahut seseorang.
"Ada kabar dari hujan? Jadi datang atau tidak?"
"Awannya belum gelap. Laut masih terlalu jauh jaraknya. Sungai-sungai sudah kehabisan air. Dari sumur tidak cukup untuk volume curah yang kamu minta."
"Meskipun sekedar menyamarkan tangisku?"
"Ya. Sayang sekali bukan?"

Kalau begitu aku masih akan menunggu. Meski tangisku tak lagi bisa kutahan.
Tak ada yang menawarkan tumpangan, meski sebentar. Untuk aku sembunyi dari orang-orang yang menawarkan sapu tangan.

Temanku tersenyum. Menari di antara bunga-bunga dan udara basa.
Aku berdoa hujan segera datang. Biar saja hujan. Agar tersamar air mataku.

5 comments:

Anonymous said...

What's up djeung ?
Menangislah yang kencang jangan ditahan, biar jiwamu sehat karena ada penyaluran

Enno said...

biar paru2 gue juga jadi kuat ya ka? emang bayi? :-P

Andrei B. said...

Hiks...daleem
No, dikau knapa c? it's not recovery yet?

C'mon Siz...

Astrid Achied said...

aku berdoa agar hujan segera datang..biar tersamar air mata ku...*aku pinjem kata2 itu ya* nice one also !!

Enno said...

@achied: ambiiil... tp nangisnya jgn banyak2, tar jkt banjir :P

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...