Tuesday, October 1, 2013

Hujan Semalam

Halo Nak,

Semalam akhirnya hujan.
Kebun di balik jendela kamarku, menguarkan wangi tanah basah. Hujan mengetuk-ngetuk kaca dengan irama konstan yang menentramkan. Aku terbangun, seperti biasa setiap tengah malam, dari tidurku yang sekejap.

Semalam hujan, dan aku tak bisa lagi melanjutkan mimpi anehku tentang angsa-angsa emas yang terbang ke langit, menjemputmu.
Kutinggalkan ranjangku untuk berwudhu dan sholat malam.
Kamu, Nak, selalu ada dalam pertemuanku denganNya.
Kamu dan dia, kalian berdua. Tak pernah lupa kutempatkan dalam kedua tanganku, yang menadah kepadaNya sepanjang doa-doa.

Hujan menyuruh awan menghalangi fajar yang kutunggu setiap pagi.
Tadi, tak ada semburat merah dan emas di balik bukit sana itu, Nak.
Aku mencintai fajar karenamu. Mengabadikanmu dalam setiap larik emas yang dipantulkan lereng-lereng berpohon pinus di atas sana. Mengenangmu dalam setiap hembus angin yang membelai embun. Mengingatmu dalam dekapan hangat matahari yang beranjak dari timur.

Semalam akhirnya hujan. Namun mendung menghalangi semburat fajarku.
Aku merindukanmu dan dia. Seperti pedih yang tak habis-habisnya.

- Ibu

I owe this pict from here


Image and video hosting by TinyPic
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...