Tuesday, March 6, 2012

Kepada Mama

23.28 WIB

Saya menulis ini di ruang duduk sendirian, Ma. Menjelang tengah malam dan tak seorang pun di rumah. Mata saya banjir, merah dan sembab. Menulis ini sambil menunggu subuh tiba.

Teganya Mama meninggalkan kami. Mendadak sekali. Tadi sore, saat saya menengokmu, saya berharap Mama segera sembuh, meskipun firasat buruk meraja dalam hati. Mata yang teus berkedut selama seminggu, dua gelas pecah tanpa sebab. Saya, memang paling pandai menepis firasat. Dasar bodoh.

Tadi saya berpikir, ini harinya tiba. Auramu sudah tak sama, Ma. Lalu saya pura-pura tidak peduli semua itu dan menggenggam tanganmu yang tetap hangat seperti selalu. "Ma, ini Retno." Dan engkau mengangguk seraya tersengal dalam sesak napasmu.

Oksigen, penguapan, dan segala suntikan itu, menimbulkan lintasan pikiran 'itu akan sia-sia.' Tetapi seperti di hari kepergian Ibu, saya menepisnya. Saya bilang pada semua orang, "Mama akan baik-baik saja."
Dasar sok tahu.

Mama tidak pernah tahu saya menyayangimu, iya kan? Mama yang selalu mengulurkan tangan untuk membelai saya setiap kali saya terluka.
"Kasihan sekali kamu, Nak. Mama sudah tua, sudah tak bisa berbuat banyak. Yang sabar ya. Mama doakan hidupmu kelak bahagia."

Setelah tak ada Ibu, Mama adalah tempat mengadu. Tempat meminta nasehat dan kasih sayang yang biasanya diberikan Ibu. Sekarang, pada siapa saya harus bersandar, Ma? Bukankah saya pernah bilang, "Mama, yang sehat ya. Retno cuma punya Mama pengganti Ibu." Lalu Mama tersenyum. Senyum yang lembut, yang sesungguhnya tidak mirip dengan senyum adikmu, ibuku. Senyum Mama lembut, senyum Ibu riang. Tetapi sama-sama menimbulkan rasa tentram.

Dua jam yang lalu ketika saya mendengar kabar Mama pergi, rasanya seperti didorong ke jurang yang dalam. Sakit. Remuk. Berongga. Terulang lagi segala kekosongan itu.

Kalau saya ingin menangis, harus ke pangkuan siapa membenamkan kepala ini, Ma?

Jangan pergi. Seandainya tadi saya sempat mengatakannya padamu, meski Tuhan telah mentakdirkan itu. Jangan pergi. Dan saya tahu engkau hanya akan tersenyum dan membelai kepala saya.

Malam ini sungguh sepi, Ma. Saya sendirian di rumah, menangisimu. Menangisi perpisahan yang tak terelakkan. Inalillahi wa inailaihi rojiun.

...................

Mama adalah panggilan untuk kakak Ibu yang tertua. Beliau meninggal jam 21.00 WIB. Setelah saya sempat mengantarnya ke rumah sakit dalam keadaan kritis, lalu saya pulang dulu karena maag saya mendadak kambuh.


Sepupu saya menelepon kemudian, memberitahu kepergian Mama. Saya tak bisa segera meninggalkan rumah menuju rumah duka karena benar-benar tak bisa bangun gara-gara maag kambuh.


Maka saya menulis ini, kata perpisahan untuknya. Untuk mengenangnya.


Image and video hosting by TinyPic

15 comments:

Arman said...

ikut berduka cita ya no....

Gloria Putri said...

ikut berduka mba.....aq tau rasanya....krn aq kg barusan ditinggal pergi pakde yang uda aq anggep kayak papa...

caiyo...dan cpt sembuh maag nya

aisha said...

Innalillahi wa innailaihi rajiuun..turut berduka cita ya,mba

Anonymous said...

yang sabar ya Kak, yang kuat, Mamaku juga pergi duluan Kak. Sedihnya seperti masuk jurang, ditinggal sendirian di tempat gelap, lupa-bingung-kesepian, semuanya campur aduk. tapi mau gimana ya Kak, percaya aja Tuhan punya tempat lebih baik buat mereka di sana. Doakan mereka sedang bahagia di sana. amin. Semoga diberi ketabahan untuk yg ditinggalkan. :)

Mevi said...

ikut berduka mbak.. sama kayak aku kok ya punya ibu, juga punya mama..

Suci Mine said...

innalillahi
yang sabar yah mbak... yang tabah...jangan putuskan doa buat orang-orang yang mbak sayangi walaupun mereka telah meninggalkan dunia... ada Allah mbak

owly said...

Turut berduka cita, Enno...

May said...

Innalillahi wainnaillaihi rajiun, ikut berdukacita ya Mbak, semoga beliau selalu dirahmati Allah SWT, amin

Mayya said...

Innalilahi wainna ilaihi rojiun

Mudah2an beliau mendapatkan tempat yang terbaik disisiNya ya...

Enno tabah dan jalani hidup seperti yang selalu mama inginkan...

Chici said...

Innalillahi wainnailaihi rojiun, turut berduka ya mbak...
Moga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT (J^o^)J
Yg tabah ya mbak
*hug

fika said...

innalilahi wainnailahi rojiun,turut berduka cita mbak..

Anonymous said...

Turut berduka cita Mbak..
semoga dilapangkan semua jalan almarhumah disisi-Nya..
Aminnnn

Enno said...

dear all...

makasih ucapan duka citanya ya. semoga bude saya mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.

aamiin.

:)

Hans Febrian said...

turut berduka cita enn.
semangat ya :)

Enno said...

makasih hans :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...