Monday, May 9, 2011

Selamat Datang di Vredeburg

Dulu prajurit Belanda totok yang berpatroli di pelataran atas itu. Bukan anak-anak abege yang sibuk berfoto dalam berbagai gaya sambil menjerit-jerit dan tertawa. Suasana pasti hening dan tegang. Ini benteng pertahanan militer, bukan arena piknik.

Saya berdiri sendirian di pelataran atas benteng Vredeburg. Ari mengantar saya ke sini setelah mampir pagi-pagi untuk mengantarkan laptop saya. Lalu ia langsung berangkat ke kantor. Hari Selasa, bahkan hari kerja yang mana saja, Ari memang selalu sibuk.

Saya cuma punya waktu tiga jam sebelum ke stasiun, mengejar kereta api jam 12 siang. Saat itu sudah jam setengah sembilan. Setidaknya setengah dua belas saya sudah harus menuju stasiun. Kebiasaan lama saya yang konyol kalau sedang bingung pun kumat: garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

Tiket masuknya cuma dua ribu rupiah ternyata. Saya langsung belok ke bangunan di sebelah kanan. Di dalamnya terdapat diorama dalam ceruk-ceruk berkaca. Semuanya tentang kisah perjuangan sultan dan rakyat Jogja melawan penjajah Belanda maupun Jepang.

Belanda mulai membangun benteng ini tahun 1767 di dekat Kraton ketika melihat perkembangan Kraton Jogja yang amat pesat setelah Perjanjian Giyanti yang membagi dua Mataram Islam. Sultan Hamengkubuwono I memberi izin pembangunan tersebut karena Belanda memakai dalih untuk melindungi Kraton.

Awalnya benteng itu masih sangat sederhana. Temboknya dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang. Tadinya dinamai Rustenburg atau 'Benteng Peristirahatan'. Lalu setelah dibangun kembali diganti menjadi Vredeburg atau 'Benteng Perdamaian.'

Benteng ini dikelilingi oleh parit yang sampai sekarang masih terlihat bekasnya. Di dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen.

Ketika Inggris berkuasa di Indonesia 1811 – 1816, untuk sementara benteng dikuasai Inggris dibawah Gubernur Jenderal Rafles. Di masa penjajahan Jepang, Benteng Vredeburg menjadi markas Kempeitai, polisi militer yang terkenal kejam. Jepang menggunakannya juga sebagai tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap. Juga kaum politisi Indonesia yang mengadakan gerakan menentang Jepang.

Guna mencukupi kebutuhan senjata, tentara Jepang mendatangkan persenjataan dari Semarang. Sebelum dibagikan ke pos-pos yang memerlukan terlebih dulu di simpan di Benteng Vredeburg.

Setelah Proklamasi 1945, benteng ini diambil alih TNI dan dijadikan markas pasukan dan perbekalan militer.

Waktu mengelilingi kompleks ini sendirian, aura sejarah itu nyaris hilang. Memang nuansa milternya masih terasa. Tapi rasanya seperti ketika saya berkeliling di kompleks Mabes TNI atau kompleks markas batalyon ayah saya. Pengelola museum memperdengarkan lagu-lagu perjuangan dengan speaker, berkumandang di seantero halaman. Sambil memotret, saya ikut menyanyikan lagu 'Maju Tak Gentar' lho. Hahaha.

Praktis saya tidak bisa berkhayal (baca: merekonstruksi peristiwa) seperti ketika saya mengunjungi Candi Ratuboko bersama Ari. Yang membuat saya tambah kecewa, bangunan yang awalnya adalah deretan sel-sel tahanan malah difungsikan sebagai mushola, dapur dan warung minuman. Jeruji besi di jendelanya sebagian besar diganti dengan kisi-kisi dari kayu. Yaaaah..... Saya langsung manyun. Nggak seru!

Tapi satu yang paling saya sukai di kompleks bangunan ini adalah bentuk jendela dan pintunya, yang untungnya masih asli dan hanya dicat ulang saja. Jendela dan pintu dari kayu tebal dengan model dua daun. Seperti jendela Perancis. Beberapa ruangannya dijadikan kantor administrasi museum, beberapa lagi dikunci. Secara keseluruhan kompleks ini telah ditata ulang dengan rapi dan sangat baik. Bahkan meriam yang ada di halaman depan tampak terawat.

Kompleks ini saking teduh dan nyamannya sampai bikin saya kepingin duduk lesehan di salah satu pojokan terasnya lalu mungkin ketiduran hehehe. Beberapa anak sekolah yang sedang study tour kesini juga lesehan sambil mengobrol. Sementara teman-temannya yang lain masih sibuk berfoto kian kemari untuk dipajang di fesbuk. Ckckck :))

"Mbak, boleh minta tolong fotoin kita nggak?" Seorang gadis abege dan tiga temannya tahu-tahu sudah berdiri di belakang saya sambil tersenyum sopan.
Tentu saja saya tidak tega menolak. Apa susahnya memotret. Masalahnya setelah itu saya jadi prihatin sendiri. Bagi mereka sepertinya benteng bersejarah ini cuma dianggap tempat yang punya scene bagus untuk foto narsis. Sigh!

Dua jam berlalu dengan sangat cepat rupanya. Sudah tidak ada lagi yang ingin saya abadikan dengan kamera. Sepertinya saya masih sempat mampir sebentar di Mirota Batik untuk mencari tas satchel batik yang pernah saya lihat di Malioboro malam sebelumnya. Kenapa belinya di Mirota? Karena saya sedang malas tawar menawar harga. Mending yang sudah berlabel harga dan tinggal bayar. Toh selisih harga di Mirota dengan pedagang kakilima Malioboro tidak beda jauh, bahkan kadang-kadang sama.

Saya lari menyeberang ke Mirota. Menyalip sebuah delman dan sebuah becak (di jalan protokol Jakarta mana ada menyalip delman dan becak, kan? Hahaha). Untuk yang belum pernah ke Jogja, Mirota Batik itu berada di seberang Pasar Beringharjo dan Benteng Vredeburg. Nah, saya naik ke lantai atas, memilih sebuah tas dalam tempo sepuluh menit, bayar dan langsung lari sprint ke penginapan yang untungnya juga tidak jauh dari sana dan segera check out.

Saya berhasil sampai tepat waktu di stasiun, padahal dengan nekatnya saya memilih naik becak (bukannya ojek). Hahaha.

"Untung aja tu becak kagak lepas rantai di jalan. Bukannya naik ojek aja sih lu," kata teman saya Arin saat sms-an dengan saya di kereta.
"Buat apa ke Jogja kalau nggak menikmati delman dan becak. Ojek mah di mana-mana juga banyak. Nggak spesial," balas saya.

Tunai sudah 'janji bakti' saya ke Benteng Vredeburg. Saya masih punya cerita perjalanan pulang dengan kereta api itu lho. Tunggu ya!


Bekas bangunan untuk tahanan yang sekarang menjadi warung dan mushola

Pintu dan jendelanya masih asli dan kelihatan sangat tebal

Halaman tengah yang ditata asri dan teduh. Bikin ngantuk :)


Image and video hosting by TinyPic

11 comments:

Gloria Putri said...

awwww.....gag ada foto narsisnya mba Enno ya?? xixixixi....padahal kirain td ada terselip 1 fotonya mba Enno...ayo mba kita jalan2 di Lawang Sewu dan Tugu Muda Semarang sekaligus plesir Kota Lama nya Semarang :)) gak kalah Oke ketimbang Jogja deh, saya jamin :) nanti jalan kaki aja+naik becak malah asikkk :))

aq tunggu ya ke semarangnya :)

Unknown said...

kebayang serunya lokasi ini, menyimpan banyak cerita sejarah,,,, wisata beginian yang paling aku suka, pengen kesana juga Ah..

Arman said...

lho no.. jangan judgemental dong... kalo foto2 kan bukan berarti gak menghargai sejarahnya. mungkin justru saking merasa bersejarahnya makanya pengen diabadikan di foto. :)

Adhi Glory said...

dapet pelajaran sejarah nih hari ini... :D

Wuri SweetY said...

Janji bakti kepada saya taun depan jangan lupa ya!!!hehehehe
Ada yang pengen dikunjungi lagi di Jogja?

Call me Batz said...

mengunjungi tempat brsejarah..seru juga ya,,,

Enno said...

@glo: hehehe aku ga foto diriku sendiri disonoh... btw iya ke semarang trus ke ungaran. aku pengen ke candi gedong songo dan naik kuda! hahaha


@nadia: wah suka wisata sejarah juga? sama dong :)

@arman: hahaha... ga yakin gue :P

@adhi: hehehe... minggu depan ulangan ya? :P

@wury: hahaha insyaAllah mudah2an ga ada halangan ye... iya, aku dah bilang ke ari, pengen ke imogiri neh...

@batz: pasti dong :)

sayamaya said...

poto trakir, ane setuju. bener2 bikin ngantuk klo disitu. aku kunjungi tempat itu klo lg ada even2 aja no, FKY misalnya.

Enno said...

iya aku liat juga di papan pengumumannya udah byk event menanti tuh... seru kayaknya :)

Gloria Putri said...

kalo maw ke gedong songo kudu latian sering jalan dl....cape lo ntar jalannya nanjak...enak aja naik kuda...jalan kaki sehat tau...hahahhahahaha

soulful^^~ said...

fotonya bagus-bagus semua. btw itu dmn ya? :)
salam kenal~ ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...