Maaf ya Ucup botak, 'mengurangi kegalakan' tidak termasuk resolusi saya tahun ini. Lagipula siapa suruh orang itu cari gara-gara. Dia pikir, 'kejahatannya' akan saya biarkan berlalu begitu saja? Jangan harap.
Tadinya saya mau berangkat dengan seorang teman lama. Mantan atasan di zaman dahulu kala ketika saya masih wartawan ingusan. Saya menghormatinya sebagai senior dan selama ini kadang-kadang kami masih saling kontak untuk bertukar berita tentang pekerjaan. Jadi ketika ia mengajak saya bareng pergi ke Jogja, saya bilang oke. Tidak ada salahnya punya teman di jalan. Kami bisa bertukar cerita setelah beberapa waktu tidak bertemu.
Lalu dimulailah kebrengsekannya.
Beberapa hari yang lalu ia mengirim saya pesan pendek, bertanya apakah saya jadi berangkat bareng dia. Saya bilang jadi. Lalu pesan pendek berikutnya begini.
"Nanti kita berangkat dari stasiun Bandung. Saya tunggu di Bandung. Kereta sore."
"Oke, Pak. Saya ke Bandung pagi-pagi. Menunggu dulu di rumah tante saya. Ketemu di stasiun setengah jam sebelum kereta berangkat."
"Hmm... bagaimana kalau istirahat dulu di hotel?"
Jujur, saya agak kaget membaca tulisan itu. Saya pikir salah baca. Tapi memang itu yang ia tulis.
"Pak, saya akan menunggu di RUMAH TANTE SAYA. Ketemu di stasiun setengah jam sebelum berangkat."
"Ya sudah. Tapi nanti di Jogja kan menginap. Kita satu kamar. Terserah kamu mau atau tidak."
Apa? What the hell! Hampir saya banting ponsel saya saking kagetnya. Saya baca berulang-ulang pesan pendeknya, isinya tidak berubah. Brengsek! Kura-kura buduk! Kambing bandot!
Saya langsung naik darah.
"Saya batal pergi dengan Anda. Silakan Anda berangkat sendiri!"
"Lho, Enno. Saya bercanda kok. Kita tidak akan sekamar kok. Masing-masing saja. Bagaimana, terserah kamu saja."
Bercanda katanya? Itu bukan topik yang bisa dipakai bercanda dua orang dewasa lain jenis! Saya bukan perempuan bodoh. Saya tahu ia sedang berspekulasi. Kalau saya jawab 'oke', apakah ia akan bilang bahwa itu tadi cuma bercanda? Iris sebelah kuping saya kalau ia bilang itu bercanda. Tapi tentu saja tidak. Ia tidak akan bilang begitu. Ia akan senang hati sekamar dengan saya.
Saya marah. Langsung memutar nomor ponselnya. Mengoceh tanpa lebih dulu mengucapkan salam atau halo.
"Sepertinya saya harus meluruskan satu hal nih, Pak. Kalau saya berencana berangkat ke Jogja bareng Anda bukan berarti saya berharap dibayari ongkos dan akomodasi. Bukan berarti kalau Anda berniat membayari saya, Anda bisa mengajukan klausul yang tidak-tidak pada saya.
Saya cuma menghargai ajakan teman lama. Selama ini saya menghormati Anda sebagai senior dan mantan atasan, tapi ternyata Anda menganggap saya perempuan murahan dan bermain spekulasi yang melecehkan saya. Apa karena saya seorang perempuan dewasa yang belum menikah, lalu Anda pikir saya begitu gampangan? Apa begini cara Anda memperlakukan teman lama? Anda tidak malu sama saya? Padahal saya ini kenal baik isteri Anda , anak-anak Anda dan cucu Anda. Anda itu sudah tua, Pak. Sudah bau tanah. Sebaiknya segera bertobat!"
Klik. Saya tutup sambungan dan sekalian mematikan ponsel. Saya tidak mau dengar dia memberikan pembelaan diri atau permintaan maaf. Saya tersinggung berat.
Gara-gara mood saya rusak, saya pikir sebaiknya saya bikin sendiri saja acara perjalanan yang seru. Lalu saya putuskan tidak akan pergi ke stasiun besar dan naik kereta api yang nyaman. Saya akan jadi turis gembel. Backpacker sejati, yeah!
Ada stasiun kecil di dekat rumah. Dengar-dengar ada kereta ekonomi jurusan Jawa Timur yang lewat sana. Juga beberapa kereta barang jurusan Jawa Tengah. Akan saya temui kepala stasiunnya besok untuk minta informasi.
Dan mau tahu? Berbeda dengan mendiang Ibu yang selalu khawatir, Ayah saya tidak keberatan saya backpacking. Ayah malah bilang, "Nanti Ayah tambahin ongkosnya."
Hahaha.... Yay! He is the best dad in the world!
Hey kamu.
Bhumi Sambhara Buddhara.
Yang berdiri tegak di atas bukit bak pusat semesta.
Beratus tahun menantang zaman dan peradaban.
Tunggu aku.
Akan kubelai tubuhmu yang perkasa dengan penuh cinta.
foto dari sini
15 comments:
mbak enno mau ke jogja....ikut mbak. yach andai aku ada di jogja, mau dong ketemuan. pst ada jadwal ketemu ma ari ya?
ntar kalo pas waktunya, bareng2 ma gw dehh
eh gw ada rencana februari, tapi gak ke jogja, ke pulau papa teo, mau ikut gak?
wah kurang ajar banget ya tuh bapak....
have fun ya no with your trip!
@wuri: iyaaa mau main sama ari nih, mudik dong jgn di jepang mulu :P
@empe: lo kan duluan tgl 14? have fun yaaa :P
@arman: tenang udah gw hantem mental ke timbuktu... thx ya maaan :)
perlu dilarung ke laut tuh bapak! :P
eh mbak, pas membelai tubuh sang budha, jangan lupa mengucap keinginan yah!! sapa tau kejadian :) amiiin
hahahaha...like this banget,
tulisan nya manteb banget dah..hoho
waaah galak banget ya No kamu..
jadi kapan ke jogja nih?.. saya asli jogja looh, liburan kemarin sempet pulang. beberapa review tentang jogja ada di blog saya.
bener bener....
orang itu pasti gambling juga ngomong begituan. kalo diiyakan, alhamdulillah,kalo ditolak pun alasan bercanda. emang kurang ajar yaa...
kalo dia ada di depan langsung, tonjok aja mukanya!
hehehheee
Tante... Dija ikut dong ke Jogja
Dija belom pernah kesanaaa
@apis: haha diikat dirakit dari batang pisang trus dilarung ya pis :))
@edo: like this pake jempol? makasiiih hehe
@gaphe : oh aku bisa galak kalo diperlukan haha... cah jogja tho? aku ke blogmu aaah :)
@elsa: haha ternyata elsa lbh galak dr aku! :))
@dija: ikut yuk dek, tar tante ajak ke gembiraloka naik gajah mau? :)
jangan marah2 lo mba..ntar cepat tua lo..
ikutan yaaaaaaa........
org spt itu (bapak itu) emng layak disemprot dgn kata2 spt itu...spy ga kurang ajar
ohh borobudur
kapan ya bisa kesana dan membelai stupa2 itu :D
@isti: habis kesel hehe
@menone: siniiii... :P
@depz: iya bener bgt! hayuk liburan hehe
panas nih mba baca tulisanmu yg ini....si bapak nyebelin...gn nih...ujung2 nya ngeles cm bilang, bercanda koq ...cuihhhh....bercanda koq gag ada aturan
Post a Comment