Jogja, Backpack & A Torn Jeans

Saya penasaran ingin melongok ke dalam benak Ari, ketika dia melihat seorang cewek berambut pendek coklat mahogany, ransel besar di punggung dan jeans yang robek lututnya, berlari ke arahnya sambil nyengir lebar.

"Jemputnya lama banget!" Dia langsung disemprot.
"Kamu jijay nggak sih, kita kayak di sinetron-sinetron tv itu. Cowok kampung jemput cewek kota yang lagi liburan."
"Iyaaa... hiii jijik!"
Si Ari menatap dari atas ke bawah, lalu geleng-geleng kepala. "Kamu beneran jadi backpacker ya."
"Hoho... Iya dong!" Lutut jeans yang robek diangkat tinggi-tinggi.
"Eh, bener kan apa yang kubilang dari dulu. Semakin dilihat kamu semakin mirip Mrs Mariko, bossku di Jepang dulu."
"Cih! Jadi maksud lo gue mirip turis Jepang?"
"Mirip."
"Hmm...mau gimana lagi. Emang tampangku kayak gini." Nyengir pasrah.


............

Yup. Saya sedang di Jogja. Menulis ini di sebuah kafe internet di dalam gang kecil di Sosrowijayan Wetan. Sebuah kampung turis, hampir sama seperti kampung turis satunya lagi di Prawirotaman. Di sini banyak penginapan murah, seharga 65 ribu sampai 100 ribu. Semua kebutuhan bagi traveler tersedia. Ada toko buku, warung internet, biro travel, penjual gudeg, coffee shop dan penyelenggara paket tur. Banyak bule berseliweran. Beberapa ganteng, beberapa jelek. Ada yang mirip Pierce Brosnan lho di kafe tempat saya makan dengan Ari semalam (dia melirik-lirik saya terus lagi). Hahaha.

Saya sudah pernah menginap di Prawirotaman. Tapi ternyata saya lebih suka Sosrowijayan. Letaknya di pusat kota, di belakang Malioboro. Penginapan saya hanya sebuah rumah kecil tanpa halaman, di pinggir jalan utama Sosrowijayan. Jalan sedikit, belok, langsung terhampar jalan Malioboro yang terkenal dengan penjaja cenderamata khas Jogjanya.

Penginapan saya 85 ribu semalam. Hanya sebuah springbed, sebuah kipas angin, cermin dan meja rias, gantungan handuk dan kamar mandi sempit. Bagi saya itu sudah cukup. Toh cuma untuk menumpang tidur. Semalam saja, begitu tiba saya langsung kelayapan sampai tengah malam.

Saya mau mengaku, kenapa memilih tanggal 14 Januari berangkat ke kota leluhur saya ini. Saya mau mengerjai adik saya, Ridwan. Dia juga punya rencana liburan ke Jogja dengan teman perempuannya. Masalahnya, dia melarang saya menguntitnya kali ini. Saya tahu, siapa sih yang mau bawa kakak yang bawel saat sedang liburan dengan cewek.

Tapi bukan saya kalau tidak jahil. Jadi diam-diam saya berangkat di hari yang sama. Begitu tiba di Jogja, saya telpon dia. "Hey, gue di Jogja juga, nyuk!" Indah rasanya setelah membuatnya kaget dan gondok setengah mati. Hahaha.

Jadi tadi malam, ada kumpul blogger. Saya, Ridwan, Ari dan Thya, teman Ridwan. Ini kopi darat yang tidak disengaja. Kebetulan saja kami berempat penulis blog. Kami menghabiskan malam di karaoke. Ari yang punya ide. Dasar pernah tinggal lama di Jepang. Ide nongkrongnya jadi mengikuti orang sana. Tapi asyik juga sih, lagipula saya sudah lama tidak nyanyi keras-keras. Kami nyanyi sampai puas dan baru pulangg tengah malam. Semua lagu dijajal. Dari pop, rock, jadul, ballad, dangdut sampai lagu religi. Tapi usul saya menyanyikan Shalawat Badar-nya Hadad Alwi tidak digubris. Sigh!

Hari ini Ridwan dan Thya memutuskan untuk caving. Saya kepingin ikut sebetulnya. Kangen menyusur gua lagi. Tapi kakak yang baik tidak boleh egois kan. Jadi saya tidak jadi ikut. Hari ini mau ke candi Ratuboko saja dengan Ari.

Ya, guys. Saya sedang di Jogja. Tunggu cerita selanjutnya ya! See ya!

________________

PS: Sepanjang perjalanan naik kereta ekonomi yang penuh sesak kemarin, orang-orang yang mengajak saya mengobrol mengira saya masih kuliah. Ohohoho....^^

Gang Sosrowijayan Wetan (foto koleksi pribadi)