Come Sleep O Sleep

Mata yang membandel, tak mau terpejam. Telinga yang nakal tak mau menulikan diri, dari gemericik air gunung di selokan belakang rumah. Tubuh yang tak mau melunglai. Tangan dan kaki yang masih saja ingin bergerak. Hilir mudik di sekeliling kamar.

Wahai kemana perginya peri tidur yang membawa mimpi-mimpi? Ia melarikan diri, meninggalkan aku di malam sepi.

Pesan pendek.
"Jangan menangis. Cobalah untuk tidur. Jakarta selalu panas. Bersyukurlah di sana sejuk. Tidak perlu AC. Ada gemercik air gunung. Ada wangi kabut yang mendekap malam."

Balasan.
"Aku kehilangan lagu nina boboku."

Dibalas lagi.
"Hujan belum turun ya? Besok. Mungkin besok."

Balasan.
"Semoga."

Satu jam kemudian.
"Lagu nina bobomu ada disini, Retno. Di luar gerimis."

Balasan.
"Alhamdulillah. Mas, kamu tidur saja sana. Besok kan harus kerja."

Dibalas.
"Tapi kamu jangan menangis terus. Ayo tidur!"

......

O soft embalmer of the still midnight,
Shutting, with careful fingers and benign,
Our gloom-pleas'd eyes, embower'd from the light,
Enshaded in forgetfulness divine:
O soothest Sleep! if so it please thee, close
In midst of this thine hymn my willing eyes,
Or wait the "Amen," ere thy poppy throws
Around my bed its lulling charities.
Then save me, or the passed day will shine
Upon my pillow, breeding many woes,--
Save me from curious Conscience, that still lords
Its strength for darkness, burrowing like a mole;
Turn the key deftly in the oiled wards,
And seal the hushed Casket of my Soul.

.....

Zzzzzzzzzzz........