Wednesday, December 3, 2008

Cerita Kopi dan Setangkup Roti

Saya capek. Entah kenapa. Banyak sekali yang saya pikirkan belakangan ini. Saya juga bosan. Saya bahkan takut. Lagi-lagi saya tidak tahu apa yang membuat saya bosan dan ketakutan. Pikiran saya bercabang ke sana kemari. Tiba-tiba saya jadi orang pesimis, dan ini jelas bukan saya.

(Seseorang ingin mengatakan ini pada kekasihnya
________________

Dear M,

Tulisan-tulisanku tidak tertuang begitu saja. Selalu ada proses kegelisahan, lalu perenungan. Kadang-kadang ada kegembiraan, kadang-kadang ada kesedihan (yang belakangan intensitasnya sedang meningkat), dan sering juga kegeraman. Tetapi belum pernah aku merasa sekompleks ini. Sebuah perasaan asing yang hilir mudik, naik turun seperti roll coaster di taman hiburan. Menggelitik dengan hebat rongga di hatiku, di kesadaranku.

Kamu bertanya padaku, sambil menyeruput kopi hangat itu pelan-pelan. Kopi yang terlalu kental dan terlalu manis menurutku, dan kamu tertawa mendengar komentar itu. "Ini bukan tentang kopi, dear. Mari bicara tentang dirimu sekarang. Apa yang membuatmu gelisah?"

Aku menggigit ujung rotiku pelan-pelan. Roti sisa sarapan kemarin, masih ada empat lembar lagi. Aku membuat dua tangkup sandwich isi selai kacang untuk kita berdua.
"Hmm... yang membuatku gelisah? Banyak sih."
"Misalnya?"
"Apakah aku harus pergi ke Penang?"
"Menurutmu?"
"Nanti ada seseorang yang akan kena omelan."
Kamu tertawa. "Alasan yang terlalu sepele," sergahmu. "Tak akan ada yang terluka hanya karena kamu pergi ke sana."
"Lalu bagaimana dengan kewajibanku? Masalah pelik yang sedang aku urus demi para kolegaku? Itu tidak bisa kutinggalkan."
"Nah kalau itu urusannya lain."
"Menurutmu jawabannya adalah aku tidak harus pergi? Begitu?"
"Oh my dear one, you are absolutely my stupid friend." Kamu tergelak lagi. Sungguh menyebalkan melihatmu nyaris mencipratkan kopi di atas taplak meja bordir kesayanganku.
Aku cemberut dan kamu senyum-senyum.
"Well," katamu dengan mulut penuh roti. "Just go there, dear. Fly to him. Dan lihatlah apakah memang itu yang kamu inginkan. By the way, selainya enak nih. Merek apa sih?"
Dasar tidak bisa serius!

Tapi kamu bisa mendadak serius pada saat-saat tidak terduga. "Mbak-mbak gelandangan yang biasanya stay di ujung jalan itu kemana ya? Kok tiga hari ini nggak ada ya?"
"Katanya sudah diciduk Dinsos."
"Ah kasihan ya. Paling-paling cuma dipindahkan ke daerah lain. Ditinggalkan begitu saja di pinggir jalanan Bogor atau Sukabumi."
"Ya, panti sosial sudah terlalu padat dengan gelandangan dan orang stres."
"Kamu tahu nggak jeng, harusnya kamu bersyukur atas segala yang kamu miliki, termasuk masalah-masalah ala roll coaster-mu itu. Soal pergi ke Penang saja jadi pikiran. Pernah berpikir nggak, si mbak gelandangan itu dalam otaknya blank nggak tahu harus pergi kemana?"
"Well, dia nggak punya pacar yang lagi terbaring sakit di rumah sakit kan?"
"Justru itu! Dia nggak punya siapa-siapa dalam hidupnya yang bisa dijadikan tujuan."
"Iya sih. Tapi dia nggak punya tanggung jawab atas sekian anak buah kan?"
"Ah, stubborn! Mesti deh cari alasan."

Aku menatap cangkir kopimu yang sudah kosong. "Mau kopi lagi?" Aku hanya berpura-pura mengalihkan topik. Aku memikirkan kata-katamu itu semalaman.

Saya capek. Saya bosan. Saya takut.

Lalu aku membaca sebuah posting di sebuah blog. Tentang seorang anak muda yang dengan bangganya menceritakan tentang temannya yang habis menyekap seorang gadis dan beramai-ramai memperkosanya. Berdua belas orang! Dan si penulislah yang mengeditkan rekaman video pemerkosaan yang berdurasi 4 jam itu. Sungguh ironis, ketika ia menceritakannya dengan santai sambil terkekeh. Dan lebih ironis lagi komentar-komentar pembacanya yang menganggap hal semacam itu sesepele menjahili seorang gadis kecil dengan menyenggol sepedanya sampai jatuh.

Aku marah. Sedih. Prihatin. Jijik. Bukannya lapor polisi, ia malah mau saja mengeditkan film itu sambil menikmati tayangan adegan itu sekalian. Dan posting di blognya itu ternyata hanya sekedar klarifikasi untuk tiga orang sahabat perempuan yang diperkosa itu.

Apa yang kalian pikirkan? Seorang perempuan telah kehilangan masa depannya. Ia pasti trauma berat. Dan kalian tertawa-tawa gembira seolah-olah dunia tidak akan pernah kiamat. Hey kalian, apakah kalian dilahirkan dari rahim batu?

"Itu mungkin cuma kisah rekaan," ujarmu sambil mengerutkan dahi prihatin.
"Semoga begitu. Semoga itu bukan kisah nyata penulisnya," jawabku.

Dan kamu memang benar, M. Saya tidak semestinya mengeluh. Tidak semestinya merasa capek, bosan dan takut. Saya lebih beruntung dibandingkan gadis itu dan mungkin gadis-gadis lain yang punya masalah lebih berat dari ini.

(Tiba-tiba aku ingat dia. Seorang teman yang sangat ceria, yang suatu pagi membuatku menangis karena ia mengisahkan pelecehan seksual yang pernah dialaminya di masa kecil. Ia malah tersenyum. "Nggak usah nangis, No. Aku baik-baik aja kok." Betapa kuatnya ia. Betapa tegarnya)

Ya, baiklah. Aku tidak sepantasnya meributkan hal-hal kecil roll coaster itu. Hanya sebentuk mood yang aneh kukira. Aku harus kembali optimis. Dan sudah kuputuskan untuk tidak terbang ke Penang, karena di sini aku lebih dibutuhkan banyak orang. Thanks to you, M. Untuk percakapan tidak serius kita, dan untuk tidak menumpahkan kopi di taplak meja.

Dear M,
I am proud to be your friend.
_____________________________

Saya ingin berada di sana, menemanimu sampai kamu sembuh. Tapi saya tahu kamu lebih suka saya di sini bersama orang-orang yang juga sedang membutuhkan saya. Saya tahu kamu ada di tangan yang terbaik di sana.
Saya menunggu di sini, lalu kita akan menjalani semua ini bersama-sama.

(Seseorang ingin membisikkan ini kepada kekasihnya)

14 comments:

Anonymous said...

makin banyak orang sakit ya no...hhhhhhh....geram

Enno said...

iya emang sakit jiwa, nov...
btw dirimu kan juga sakit bu hehehe sakit malaria mksdnya...dah sembuh kah?

djarot sujarwo said...

belum dijawab, apa merk selainya? di penang ada jual ga? kalau ada, aku titipnya

aYme said...

hy mba enno,,,
lam knl,,,
btw aku jg br mmpir blog ny si fanoy,,,
miris bgttt aku bc postingan ny,,,
dn iy sbel sm yg komen ny jg pd nyante aj mlh tertawa trbhak2,,,
ga pd mkir, klo itu menipa dia, ade, kk, or shbt2 cewe yg laen ny,,,
thx mba enno dh blh komen disini,,, :)

Enno said...

@pay: halah jauh2 beli selai ke penang. nggak ada mereknya, belinya kiloan huehehe ;)

@aYme: salam kenal juga ayme... iya prihatin ya bacanya :)

Poppus said...

betul no! jangan cengeng ah! cuma sakit gitu doang ini hihihihihihi

Apisindica said...

@ salam kenal Mba Enno. Tulisannya mengalir indah dan sarat makna. Benar-benar indah.

Enno said...

@brokoli sehat: ahaha iya kata yg hbs diapelin sih cuma segitu doang... sirik deh gue ;p

@ceritayuda: makasih ya yuda, aku jg suka tulisan kamu :)

aYme said...

mba kmrn aku dpt mssg dr si fanoy itu di FB ku dan dia blng bgini
"hai ami..thanks buat komen lo yg "putus cinta,kekasih diperkosa"
tp gw ga bs berbuat banyak utk itu :)"
dah edan kali tuh mba, ato dy mrsa berslah ats tndkn itu jd tkut dhukum jg.
btw blh aku link blog ny mba,,, :D

Enno said...

@aYme: ami, sebenarnya byk yg bisa dia lakukan, salah satunya lapor polisi. dia bisa ikut kena delik pidana krn menutup-nutupi kejahatan. polisi gak akan terima alasan "demi persahabatan"

silakan dilink, makasih yaaa :)

Meita Win said...

hueheuhe..udah di post yah :) karena tidak terpilih, tapi seharusnya memang bisa lebih matang lagi tulisan itu :D

waahh..tulisan tentang kekerasan ini, membuatku malas berpikir dan berkomentar panjang :)

*smoga cepat sembuh, buat yang di Penang*

Enno said...

@simungil: ah mei, intinya memang ttg yg di Penang itu kok huehueheu

Anonymous said...

hah? itu posting pemerkosaan serius mb? minta link nya dong,,

Enno said...

hmm... mudah2an sih bohongan, krn aku kasian sm yg nulis, sebab dia bs dianggap bersekongkol dan ikut dipidana...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...