Hari ini saya sedang kangen. Sama kamu, babe? Tentu saja. Itu sudah sangat jelas, bukan?
Tapi ada satu orang yang juga sedang saya kangeni. Mahluk bertubuh mungil yang mata, hidung dan bibirnya juga mungil. Warna kulitnya bening. Kaki-kaki kecilnya kurus dan kelihatan akan tumbuh panjang kelak 10 tahun lagi. Dan senyumnya polos seperti wajah malaikat di dinding katedral. Menyejukkan dunia saya yang hiruk pikuk dan banyak beban.
Kata orang, wajahnya mirip saya ketika masih kecil dulu. Tapi saya selalu menyangkal. "Enggaklah. Cantikan dia kali. Bulu matanya panjang dan lentik, sementara bulu mataku harus selalu dijepit tiap hari supaya nggak merunduk. Dia juga punya lesung pipi, aku enggak punya."
Tapi saya akui, memang ada beberapa kemiripan sifat antara saya dan ia. Ia periang dan suka tertawa. Ia juga senang membaca, menyanyi dan mengocehkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya yang penuh kegembiraan itu. Oh, tetapi ia juga suka merajuk. Ya. Benar-benar mirip saya hahaha.
Saya bermain dengannya sejak ia bayi. Waktu baru lahir, kulitnya merah sekali dan ia sering menangis manja. Tidak mau ditinggal. Ibunya tidak bisa memberinya ASI karena entah kenapa tak mau keluar. Jadi saya sering kebagian tugas membuatkan ia susu botol dan memegangi botolnya sementara ia minum dengan lahap sambil memejamkan matanya yang kecil sampai tertidur. Saya juga mengganti popoknya yang basah sambil mengajaknya mengobrol tentang apa saja, meskipun saya tahu ia tak mengerti. Mata sipitnya akan menatap saya lama sekali, lalu terpejam setelah popoknya sudah diganti. Saya akan menyenandungkan lagu 'Nenek Moyangku Seorang Pelaut' agar ia lelap lagi. Itu lagu pengantar tidur yang biasa dinyanyikan ibu saya untuk saya waktu kecil dulu.
Waktu ia sudah agak besar, ia selalu menempel kemanapun saya pergi. Ia menangis kalau saya tinggal pergi bekerja. Dan senyumnyalah yang menyambut saya di depan pintu ketika saya pulang kembali ke rumah dalam keadaan lelah. Ia akan bertanya, "Bude Retno capek ya?"
Hari sabtu dan minggu ketika saya libur bekerja, tugas rutin saya adalah mencuci pakaian saya selama seminggu itu. Ia akan ada di sana. Telanjang dan merengek minta dimandikan. "Aku mau mandi sama Bude..."
Lalu setelah itu, ia akan membantu (sebenarnya mengganggu) acara saya mencuci baju. Mencemplungkan tangannya ke air sabun dan mulai ikut membilas dan mengucek-ngucek tak jelas. "Nanti masuk angin. Ayo pakai baju dulu sana!" Kata saya.
"Nggak mau, aku mau bantuin Bude nyuci," sahutnya bandel.
Siangnya, ketika tiba waktunya saya menyeterika pakaian-pakaian yang sudah kering, ia duduk di sudut ruang setrika. Mengajak saya bermain 'toko pakaian.' Ia menjadi penjual pakaian dan saya (sambil menyetrika) menjadi pembelinya. Maka akan muncullah percakapan seperti ini:
"Bu, beli baju bu. Ini bagus-bagus lho."
"Oh iya, beli ya. Mahal nggak?"
"Enggak, murah kok Bu. Ibu mau beli yang mana?" Ia menunjuk pakaian-pakaian yang digantung sehabis disetrika. "Yang ini?"
"Boleh. Itu berapa?"
"Cuma lima ribu."
"Tiga ribu ya."
"Oke."
Saya akan pura-pura mengulurkan uang padanya dan ia pura-pura membungkus baju itu.
Ketika ibunya melahirkan adiknya, ia sudah duduk di taman kanak-kanak. Ibunya harus tinggal di rumah sakit, dan ia ingin tidur di kamar saya. Padahal biasanya ia tidur bersama neneknya. Malam itu, ia mengigau. Memanggil-manggil saya. Saya terbangun dan membuatkannya susu, karena itu artinya ia haus. Tampaknya malam itu ia menderita karena cemburu. Ia tahu adik baru akan menjadi bintang keluarga berikutnya. Ah, padahal bagi saya, ia tetap bintang saya. Melihatnya, saya seperti melihat potret masa kecil saya :)
Ketika saya harus pindah dari rumahnya ke rumah kost, ia adalah orang yang paling sedih. Ia menatap saya ketika sedang mengepak barang-barang pribadi.
"Bude mau kemana?"
"Bude mau pindah rumah, sayang."
"Aku boleh ikut?"
"Ya, nanti kamu boleh menginap di rumah bude ya."
"Aku boleh ikut?"
"Ya, nanti kamu boleh menginap di rumah bude ya."
"Nanti aku main sama siapa?"
"Kan masih banyak yang lain. Nanti juga bude main ke sini lagi."
"Kan masih banyak yang lain. Nanti juga bude main ke sini lagi."
Ah, saya masih ingat mata yang mirip mata saya itu mengerjap sedih. Ia cemberut. Persis saya kalau kecewa dan kesal karena suatu keadaan (misalnya ketika kamu mendadak pindah ke Aussie, babe).
Ia memegangi tangan saya ketika saya keluar dari rumahnya pagi itu. Ia cukup besar untuk tidak menangis lagi kalau saya tinggal. Justru saya yang ingin menangis.
Saya kangen mahluk mungil itu sekarang. Saya kangen sekali melihatnya tersenyum dengan bibirnya yang mungil, lesung pipinya yang lucu dan matanya yang setengah terpejam itu. Saya membayangkan kaki-kakinya yang akan panjang 10 tahun lagi itu berlari menyongsong saya kalau saya datang. Ia akan melilitkan kedua tangannya di kaki saya erat-erat dan bertanya kenapa saya begitu lama tidak datang untuknya.
Ah, bagaimana saya harus menjawab. Ada beberapa hal yang tidak akan bisa dimengerti orang dewasa, apalagi seorang anak. Saat ini saya cuma bisa memandangi wajahnya dalam album digital saya. Beruntunglah saya dulu sering memotretnya.
Hari ini ia sedang apa ya? Saya ingin sekali memeluk si cantik mungil saya. Apapun yang terjadi, ia bukan hanya seorang keponakan. Ia anak saya.
8 comments:
dc mulu.... huhu...
eh bu,
btw itu babe nya dibaca as beib or emang babe betawi.. hehehhee
hahahaha
hahaha
dah ah
capek
mau makan
o ya
org batak makannya banyak
ati ati lho.
hahaha....
lucu banged fotonya..bikin gemes
hihi..selalu suka baca postingan mbak enno...
akhirnya saiah kesini lagi..hehe
eh,itu foto anak cewe ya???kirain cowo...yup..yup..kyuttt banget!!!
ckckck..tulisannya masih tetep keren untuk dibaca..
mungkinkah kamu pernah hadir datang untuk membeli kasur pada salah satu sale yang tersebar di Jakarta Raya ini?
Entah mengapa ada 1 orang yang membuat saya ingat akan dirimu :)
apa kabar, neng?
kangen ya?
tapi emang beneran dipanggil bude? bude ennoy? :p
@denny: emang dia org betawi ya? aaah brarti aku selama ini tertipu olehnya! hahaha... kau gak usah makan di rumahku lah cok. Payah kali aku hrs kasih makan dua co batak yang rakus2! *sigh*
@cisthouse: iya anaknya memang lucu. makasih (bangga sebagai budenya)
@kita: halo, memangnya kemana aja? makasih ya dah nyempetin mampir :)
@mungil: ah mei, sepasaran itukah diriku hahaha... enggak mei, ga mrs bli kasur akhir2 ini.. aku baik2 aja mei.. pa kbr juga? :)
@ifa: iya dipanggil bude... yg manggil ennoy tu cuma kamu, ipeh! hehehe
dedenya lucu dech.....
@bubble-pinkz: makasih kakak :)
Post a Comment