Friday, June 20, 2008

Kutu Busuk (My Cursed Day)

Dia muncul di kantor nyaris setiap malam. Seekor kutu busuk betina*. Gemuk, berbau busuk dan haus darah. Ia menyelinap di antara kami yang hendak beranjak pulang. Bertengger di salah satu komputer, berceloteh tidak penting dan sering merayap ke lantai dua. Di lantai itu ada sebuah ruangan berpintu kaca yang ditempeli tulisan besar-besar: "YANG TIDAK BERKEPENTINGAN DILARANG MASUK." Sebuah ruangan dimana orang-orang paling penting di kantorku bersemayam dan bekerja. Ruangan sejuk dengan dua pendingin berkekuatan 2 PK dan kubikel-kubikel dengan komputer-komputer terbaru.

Sementara setiap penghuni lantai bawah hanya datang ke lantai atas jika ada keperluan, si kutu betina dengan santai menyelinap masuk, menghampiri meja orang paling berkuasa di ruangan itu dan mengisap darahnya tanpa ragu. Meski saat itu kami sedang genting berpacu dengan waktu deadline yang alarmnya sudah berdering-dering.

Kami sudah lama ingin menghantamnya dengan telapak tangan, sandal atau sepatu, bahkan sapu. Seperti halnya kami menghantam seekor kecoa kesasar yang merayap di kolong meja atau bertengger di dinding kamar mandi. Tetapi ia bukan serangga tanpa pemilik. Jadi terpaksa kami biarkan ia berkeliaran sesuka hati, selama yang diisapnya hanya pemiliknya.

Tetapi rupanya malam itu kesabaranku sudah mencapai batas. Kuhantam ia karena sudah mulai mengganggu kehidupan profesionalitas kami.

Malam yang sial itu aku sudah berpesan pada seorang reporter untuk menunggu aku. Beberapa naskah harus dikoreksi ulang sebelum naik cetak. Aku harus bekerja sampai dini hari dan butuh tumpangan untuk pulang. Tetapi pemilik kutu malah menyuruh reporter itu mengantar kutu busuknya pulang.

"Siapa yang harus saya antar?" Reporter itu kebingungan.

"Dia," sahut si pemilik kutu, tanpa tedeng aling-aling menunjuk ke lantai bawah, tempat si kutu busuk betina menunggu.

Aku terbelalak. Sungguh, aku baru tahu kalau ternyata seekor kutu busuk pengisap darah dan bau itu lebih berharga keselamatannya daripada seorang pekerja profesional yang mengabdikan dirinya demi kualitas produk, kemajuan perusahaan dan kejayaan kolektif. Seorang pegawai yang memutuskan pulang pagi demi tugas ternyata tak ada apa-apanya dibandingkan seorang pelacur yang pulang pagi demi syahwat!

Jadi, saat itu juga aku berkemas. Tak ada gunanya berjibaku jika tak dihargai. Dimana rupanya ia taruh rasa hormat terhadap sesama kolega?!

"Mau kemana?" Kolega di kubikel sebelah bertanya.

"Pulang," sahutku tanpa menoleh.

"Naskah-naskah ini bagaimana?"

Aku angkat bahu. Berlalu tanpa pamit.

Di bawah, si kutu busuk sedang bertengger di salah satu komputer. Ia berseru sok akrab padaku. "Mbak! Aku sedang chatting. Pinjam namamu nih! Aku bilang, aku wartawan!"

Aku langsung menghampirinya. "Jangan sekali-sekali memakai namaku tanpa izin. Ganti segera," ujarku dengan nada tajam.

"Aku tidak akan menyalahgunakannya kok," cicitnya takut. "Tuh, ada yang minta nomor HP."

"Ganti namaku sekarang!" Sentakku. "Dan jangan berani-beraninya memberikan nomor HPku pada orang lain! Ganti sekarang atau kamu akan tahu akibatnya. Kamu mestinya mengerti sopan santun, tidak memakai nama orang lain tanpa izin, dan tidak merepotkan kami dengan datang ke kantor ini setiap hari, bahkan ketika kami sedang deadline begini. Apa kamu tidak punya kehidupan sosial lain, Lusia? Tidak punya kegiatan lain selain membuat sepat mata kami di kantor ini?"

Ia mengkerut ketakutan di kursi itu. Aku meninggalkannya. Tak peduli bila ia mau mengadu pada majikannya. Kutinggalkan kantor dengan bantingan keras pintu di belakangku. Aku yang membantingnya. Seekor kutu busuk tidak akan berani melakukan itu.

__________________

*kutu busuk atau bedbug (Cimex lectularius), kutu yang biasa ditemukan di lipatan tempat tidur atau sofa. Parasit yang mengisap darah manusia.

12 comments:

Teuku Zulfikar Amin said...

wah gw suka nih cerita yang ini !!!
Yeah!!

Klo butuh bantuan saya siap menyingsingkan lengan baju nih...
hehehehe
Gebuk aja no!
Hajar !
Tendang !

Tapi ntar jangan lupa minta maaf pas lebaran yah...

Enno said...

tenang jul, kalo cuma kutu masih bisa dihadepin sendiri lah :)

Anonymous said...

Yang ini lebih cerdas dan tandas, ketimbang judul di bawahnya. Saya suka.

hari Lazuardi said...

mengingat seringnya ia merayap di ruangan berpintu kaca maka si kutu kupret ini adalah tamu penting yang datang tak dipanggil pulang tak diantar, ketemu dihantam dan dipites...:)

Enno said...

firhanusa: mas arief gak suka sm yg sebelumnya krn merasa tersindir tuh... weks!

hari lazuardi: hahaha dia tdk sepenting itu. Hanya seorang pacar gelap seseorg di ktr ini :p (kalo saya bilang pelacur berarti memang begitu. bukankah di blog ini saya selalu jujur?)

Anonymous said...

jadi kutunya itu arif tah?

Antown said...

mbak enno itu fotonya ambil dimana? kayak di tamnasari jogja :D

Enno said...

blue: bukan, bukan mas arief... hehehe... teganya nuduh :P

ntown: Foto profil? iyaaa... itu di taman sari yogya... kenapa? keren ya angle-nya? angle-nya apa orangnya? huehehehe *GR mode on*

Anonymous said...

Waduh, sisi lain dirimu muncul nih, hehehehe...
Kok tumben galak bener mbak? :P

Enno said...

hanny, aku emang galak hehehe :D

Anonymous said...

kalo di tempatku banyak banget kecoa kecil-kecil mbak, suka nemenin kalo kerja ampe malem, tapi kalo lagi kesel ada sasaran buat melampiaskannya, hiyaaa, deziggg :)

cheers!

Enno said...

haha..gitu ya? kecoa beneran bukan? :P

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...