Thursday, March 7, 2013

Rain Journey: Hotel Ganefo dan Buaya Kapasan

Jadi begini...

Saya menemukan hotel tua itu nggak sengaja. Sepulang melintasi Jembatan Suramadu, si pacar membawa saya keliling kota mencari obyek foto. Lewatlah kami ke Jalan Kapasan di kawasan Pecinan Surabaya (dikenal juga dengan sebutan Kya Kya). Mata saya tiba-tiba tertumbuk pada sebuah jalan masuk yang diujungnya menampakkan sebuah beranda luas ala zaman dulu. Sekilas, saya melihat patung singa di depan undakannya, dan pinggiran atap kayu yang berupa renda-renda berlubang.

Saya memohon si pacar untuk putar balik dan mengintip dari jalan masuk. Maafkan kesoktahuan saya karena saya memang bukan arsitek. Tetapi, menurut saya, itu model yang sama dengan rumah-rumah Betawi, yang memang dipengaruhi kebudayaan Cina.

Bangunan hotel itu benar-benar bergaya kolonial dan dibiarkan seperti aslinya. Masuk ke dalamnya, saya seolah-olah terlempar ke zaman VOC. Hahaha. Iya lah, lebay. Zaman VOC nggak ada yang nenteng kamera digital kayak kami berdua. Dan nggak ada mas-mas dan bapak-bapak berkemeja santai yang menyambut kami di meja resepsionis yang di atasnya ada mesin tik dan pesawat telepon kuno.

Saya, seperti usul si pacar plus insting wartawan investigasi yang masih tersisa, pura-pura menanyakan harga kamar untuk serombongan teman yang berniat liburan di Surabaya. Lalu, masih dengan alasan yang sama, saya minta izin melihat-lihat kamar. Kamar di sana ternyata murah. Kamar dengan kipas angin Rp 135 ribu per malam. Yang ber-AC juga cuma Rp 165 ribu per malam.

Kami masuk ke dalam. Suhu terasa sejuk karena konstruksi bangunan khas kolonial adalah langit-langit yang tinggi dan lubang angin di plafon dan pintu. Jendelanya model Perancis yang punya dua daun jendela dibuka lebar, terentang ke kiri dan kanan.

Kamar yang saya lihat adalah yang berkipas angin. Kamarnya... alamaaak! Besar, dengan dua tempat tidur yang besar juga (queen size). Selain dua tempat tidur kayu (kuno juga lho) dan kipas angin, di langit-langit, ada juga seperangkat meja tulis dan kursinya. Ruang kosongnya masih lega, masih bisa dipakai lari-lari kecil bolak balik.

Ubinnya sepertinya masih asli. Di ruang tamu, ubinnya bahkan bercorak, bagus sekali. Saya menyerahkan Oly ke tangan pacar, supaya dia bisa mengambil gambar, sementara saya bertanya dan melihat-lihat ditemani si mas resepsionis.

Belakangan, saya menyesal nggak mblusukan sampai ke dalam gang-gang di kawasan Kapasan Dalam. Ternyata Kapasan adalah kawasan bersejarah, pusat pergerakan orang-orang keturunanTionghoa menentang pemerintah kolonial.

Hotel Ganefo tadinya adalah rumah kapitan Cina yang diangkat Belanda untuk mengawasi kawasan itu demi kepentingan kolonial. Dulu, Kapasan dikenal memiliki pendekar-pendekar kungfu yang berjiwa nasionalis dan anti kolonial. Mereka dijuluki 'Buaya Kapasan.' Ada sebuah klenteng di dekat Hotel Ganefo bernama Boen Bio, yang sampai sekarang masih berdiri. Dari klenteng inilah mereka menghimpun kekuatan politik dan kemanusiaan.

Di abad 17, kawasan Kapasan menjadi pusat perlawanan keturunan Tionghoa yang terbesar di Hindia Belanda, dan sulit ditundukkan. Orang-orang Tionghoa di Kapasan bukan dari golongan pedagang, meskipun begitu mereka mampu mempelopori pemboikotan perniagaan dengan Belanda, sehingga pasokan logistik Belanda pun kritis.

Karena kawasan ini dianggap sebagai ancaman dan bahaya besar bagi pemerintah kolonial di Surabaya, Belanda kemudian mengangkat seorang kapitan/kapten (pimpinan distrik) untuk mengawasi orang-orang Tionghoa di Kapasan. Secara pribadi, saya yakin banget, orang Tionghoa yang diangkat sebagai kapitan untuk Kapasan itu pasti orang Tionghoa dari daerah lain, yang bisa dibujuk untuk pro Belanda.

Masalahnya nih, yang bikin saya kepengin jitak kepala sendiri, saya tahu sejarah Kapasan ini justru setelah pulang dari Surabaya, setelah saya mencari informasi tambahan tentang Hotel Ganefo. Jadi waktu dolan ke Kapasan kemarin, saya cuma menelusuri bagian luar kawasannya saja. Saya cuma punya foto Hotel Ganefo dan Gapura Kya Kya. Padahal si pacar udah nawarin motret Klenteng Boen Bio dan kantor Polresta Surabaya Timur yang dulunya ternyata adalah kantor polisi Sectie V van Kapasan Soerbaia yang khusus didirikan untuk mengawasi kawasan Kapasan ini (abis baca ini dia pasti ngomong, 'Kan, apa kubilang?')

Huaaa! Saya kepengin nangis! Pokoknya harus balik lagi ke sana! Menginap di Hotel Ganefo dan mblusukan ke gang-gang Kapasan Dalam. Katanya, di bagian belakang Klenteng Boen Bio, masih banyak rumah-rumah bandar yang belum dipugar. Trus, kalau beruntung mungkin bisa lihat orang-orang yang latihan kungfu dengan jurus asli Kapasan tempo dulu yang terkenal itu. Huaaa! Bruce Lee, Jacky Chan, lewaaat! Jurus mereka sih memang asli, tapi kan mereka berantemnya di film. Kalau pendekar-pendekar Kapasan asli menerjang peluru dan bayonet beneran!

Ya ampun! Dipikir-pikir, saya ini bener-bener tergila-gila sama hal-hal yang berbau heritage, ya? Hehehe... Untungnya, pacar saya pengertian.

Darling, kita mblusukan Kapasan lagi ya entar? *kedipkedip manja*

Well, saya masih punya banyak cerita tentang journey ini. Misalnya bahwa hostel tempat saya menginap juga merupakan bangunan heritage yang dibangun tahun 1917. Atau cerita tentang pergi nonton di bioskop yang spooky abis (ini juga bangunan heritage awalnya). Atau kunjungan ke Museum Santet. Malahan, perjalanan kami ke Bromo pun belum ditulis kan?

Sabar ya. Ini catatan yang tergantung mood sih ;)


Papan nama hotel. Ini yang motret si patjar ^^


Ruang tamu. Lihat ubinnya keren!
Yang motret si patjar juga ^^
Patung Singa yang dipotret sama  patjar akyu! :))
Berandanya ini saya yang motret

.........................................


Note:

Cuma mau bilang, bahwa hatiku masih terasa hangat seperti di hari itu, waktu kamu membawaku keliling sudut Surabaya pagi-pagi sekali.
Padahal aku nggak pernah bilang terang-terangan kepengin berburu foto di kawasan heritage, tetapi tahu-tahu kamu membawaku keliling kawasan-kawasan itu.

Kamu...
Sampai hari itu, aku nggak pernah mengira sebesar itu pemahamanmu tentang aku.

Thank you so very much. Aku sayang kamu, Beb.
Ah, kamu pasti sudah tahu ;)


Image and video hosting by TinyPic

8 comments:

Farrel Fortunatus said...

Wah jalan-jalan seru, kaya bertualang dengan mesin waktu :) hotelnya keren, jadi pengen coba kesana he he he...

daun sirsak ace max said...

ajak2 donk kalo berpetualang hehe

cara mengobati kelenjar tiroid said...

penginapannya sangat unik ya

Arman said...

lucu ya hotelnya no... tapi lu gak dikasih penampakan apa2 no?

Enno said...

@farel: hayo jalan2 hunting heritage things rel! Aku jg mau nginep do ganefo kpn2 hehe

@arman: hotelnya masih asli jaman dulu, man. Ciyus! Btw lo kan org surabaya ya? Pernah dgr ttg Buaya2 Kapasan ini gak? Btw kmrn siy kesini gak liat apa2. Mo nyoba nginep? Hehe

TS Frima said...

keren tempatnya, vintage :D
di sini gak ada deh.

Enno said...

Kalo gitu ke Surabaya aja, Rian... :P

Rona Nauli said...

ayoooo nginep di situ. aku mau. tapi kapan? hehehe

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...