Saturday, March 2, 2013

Rain Journey: Di Cangar, Dua Sejoli

"Tungguin aku!" Saya terengah-engah. Benci pada berat badan yang meroket belakangan ini, justru pada  saat saya mulai kerap traveling.
"Sini!" Tangannya terulur. Menggenggam erat, menghela saya ke arahnya.

Jalan setapak yang kami lalui tidak terlalu becek, tidak juga licin. Beralas batu-batu yang terserak tanpa disengaja, jalanan itu semakin menanjak ke atas mengarah ke lereng Gunung Welirang.

Saya berjalan di belakang pacar saya. Meski agak terengah, saya semangat banget naik terus ke atas. Mencari gua Jepang yang katanya berjarak 600 meter di atas sana. Semakin ke atas, jalan setapak menghilang di balik rimbun vegetasi sesemakan gunung. Saya pikir cuma ada kami berdua. Oh saya salah.

Di tengah pendakian, kami bertemu dua pasang sejoli sedang duduk mengobrol. Masing-masing di lokasi berbeda. Jujur ya, saya agak nggak ngerti kenapa mereka milih mojok di tengah jalan setapak rimbun gitu sih? Apa nggak takut? Masalahnya, saya yang terus mendaki ke atas, semakin merasa aura yang tidak enak di hutan itu. Seperti ada yang tidak suka. Terusik. Tapi karena saya masih pengen melihat gua Jepang itu, maka saya meneruskan langkah.

Di sebuah belokan, pacar saya berhenti. Membiarkan saya melewatinya dan terus naik. Sebuah ceruk lebar tampak menganga. Saya mencoba mendekat, lalu mendadak berhenti.

Itukah yang namanya Gua Jepang seperti termaktub di papan penunjuk arah di bawah sana? Yang kata seseorang tadi 600 meter ke atas. Cih! Ini paliing juga baru 200 meteran. Tapi... tapi perasaan saya nggak enak melihat ceruk besar itu.

(Belakangan saya tahu, gua Jepangnya ada beberapa. Dan yang saya lihat ini cuma salah satu dan sepertinya yang terdekat. Dia kelihatan berbentuk ceruk atau rongga karena bagian dalamnya sudah runtuh. Yang masih utuh di atas, ada yang lorongnya masih bisa ditelusuri)

Ceruk besar yang menganga itu seolah-olah menatap saya, dan saya balas menatapnya. Saya nggak perlu bilang apa yang kemudian saya lihat, oke. Pokoknya saya langsung balik badan, turun menghampiri pacar saya yang berdiri menunggu.

"Ayo turun!" Saya mendahului melangkah.
"Kamu lihat apa?"
"Udahlah, pokoknya kita turun." Saya terus berjalan sampai agak jauh dari gua dan perasaan saya mulai tenang lagi.
"Kamu lihat sesuatu, ya?"
"Ada deh..."
"Ah, kamu!" Ia mengeluh kesal, karena sebenarnya berharap saya menjawab 'tidak ada apa-apa.' Hahaha...

Pernah dengar Taman Hutan Rakyat (Tahura) R. Suryo - Cangar? Letaknya sekitar 18 Km dari kota Batu. Ke sanalah kami pergi.
Itu adalah lokasi hutan dan pemandian air panas di kaki Gunung Welirang. Ada track untuk lintas alamnya juga (beberapa jalur bisa membawa kita ke puncak Welirang), dan di sana ada beberapa gua Jepang.

Begitu saya dengar dari si pacar, bahwa di Cangar ada pemandian sumber air panas, saya membayangkan pemandian seperti di Cipanas, Garut. Semacam kolam renang, lalu deretan boutique hotel dan penginapan yang menyediakan bak rendam air hangat di kamarnya. Sebuah kampung turis yang kecil dan asri, berudara sejuk di kaki gunung.

Ternyata Cangar berbeda.

Ini benar-benar lokasi sumber air panas yang masih alami, yang dikelola oleh Dinas Kehutanan setempat. Terletak di tepi hutan lereng gunung. Memiliki beberapa kolam renang berair hangat.

Perjalanan kami dari kota Batu menuju Cangar, menyenangkan banget lho. Hampir sama dengan perjalanan kami saat menjelajah Gunung Bromo. Jalanan naik turun di lereng perbukitan dengan pemandangan puncak bukit dan gunung berlapis-lapis di kejauhan (pemandangan yang sama saat saya dan Wuri menuju Ranca Buaya tempo hari), di mana lereng-lereng itu menghijau karena ditanami sayuran.
Bedanya, menuju Cangar, kami juga melewati beberapa bangunan tempat bertani jamur. Daerah ini sepertinya terkenal sebagai tempat budidaya jamur.

Turun dari lokasi Gua Jepang, si pacar mendengar gemericik air dan tampaklah di antara rerimbunan semak belukar, aliran kali kecil dengan air yang mengepul tanda bersuhu tinggi. Saya yang sudah mengeluarkan Oly, kamera saya, sejak tadi, mulai mencari obyek untuk difoto. Pacar saya akhirnya mengeluarkan Canon kesayangannya juga. Jadilah kami latihan fotografi disitu. Ehm... saya sih yang sebenarnya masih latihan. Dia mah memang sudah jago hehehe....

Tahu nggak, ada yang kocak. Jadi, salah satu pasangan sejoli yang kami lewati saat mendaki ke gua Jepang itu ternyata sedang duduk di bawah shelter beratap genteng tak jauh dari tempat kami memotret. Saya menyenggol si pacar sambil ketawa-ketawa.

"Eh, ketemu lagi...," gumam saya.
"Hus! Biarin aja. Jangan diusilin."
Duh, nggak bisa dong. Mana tahan. Saya yang berada di belakang mereka, melihat si cowok mencium pipi ceweknya. Huh sial! Nggak keburu difoto! Hihi...
Sepertinya, mereka merasa kali ya dijadikan bahan cekikikan saya. Terus mereka beranjak pergi. Oke, good bye! Saya melambai, yang lalu dipelototin si pacar. Jiaaah! Hahaha...

Setelah cukup lama memotret di dekat kali berair panas itu, Saya melihat ada undakan dan jembatan menuju pintu masuk dan keluar lokasi bagus untuk difoto juga. Jadi kami beranjak ke sana. Duh, ternyata dua sejoli itu duduk di shelter tak jauh dari jembatan batu yang mau saya potret. Sebenarnya saya sudah tidak berniat mempedulikan mereka lagi. Saya sibuk memotret jembatan, anak tangga dan bunga-bungaan di situ. Tahu-tahu, si pacar menyenggol saya dan menunjuk ke belakang kami.
Dua sejoli itu beranjak pergi, sepertinya akan pindah mencari tempat lagi. Huahahaha....

"Kamu sih..." kata si pacar sambil nyengir.
"Apaan? Kok aku? Memangnya kenapa aku?"
"Ya kamu motret sembari ribut, dan ketawa-ketawa." Iya sih saya ketawa-ketawa. Tapi kan ngetawain hal-hal lain, bukan mereka.
"Idih, suka-suka dong. Emang ini negara dia? Salah sendiri pacarannya mojok. Pacaran itu kayak kita nih. Kreatif. Fotografi."
Pacar saya geleng-geleng.

Ngomong-ngomong, dua sejoli itu pergi ke dalam hutan lagi lho. Saya nggak ngerti. Mereka nggak punya perasaan takut atau gimana gitu? Saya sih boro-boro kepengin mojok di situ.

Acara latihan fotografi itu (beneran latihan, karena saya ditegur dan diajari sama dia) akhirnya berakhir ketika gerimis mulai turun dan menderas. Kami bergegas menuju mobil di tempat parkir dan meninggalkan Tahura S. Suryo.

Seriously, itu sebenarnya lokasi yang menarik untuk lintas alam dan mandi-mandi air belerang. Bagian mandi-mandinya buat saya sih nggak menarik, karena di kota tempat tinggal saya punya pemandian air panas juga hehe..
Buat saya pribadi, lintas alamnya itu yang menarik. Saya kepingin datang lagi dan naik terus ke atas sampai gua Jepang yang masih utuh. Tapi mungkin harus datang beramai-ramai. Soalnya, kalau cuma berdua... errrr.....


Kali kecil yang airnya hangat

Mengintip dua sejoli di balik tas si pacar. Hahaha

Jembatan

Undakan tangga menuju parkiran

..............................


Note:

Kamu pasti nggak ngerti, bahwa aku merasa beruntung punya kamu.
Di saat cowok itu cuma bisa mencium pipi ceweknya dan mengajaknya mojok di tengah gerumbulan semak hutan, kamu justru mengajariku fotografi.
Dan banyak hal lainnya tentang hidup. Yang tentunya tidak kamu sadari, karena kamu selalu rendah hati.

Kamu nggak ngerti, hal-hal kecil yang kita lakukan sangat berarti.
Ketika kamu bilang 'hus' sambil mendelik itu saja pun mengajariku untuk lebih peka pada dunia. 
Siapa bilang aku lebih dewasa? Justru kamulah yang membuat aku bertumbuh, dan mengingatkan bahwa aku tidak harus sempurna.

Dalam perjalanan pulang, ketika kamu menyetir dan menyuapimu keripik kentang, Beb, aku kepengin bilang: kamu seperti udara. Aku nggak bisa bernapas tanpa kamu... 


Image and video hosting by TinyPic

8 comments:

-Gek- said...

Jadi pengen jatuh cinta sejujur Mbak Enno, :)

Anonymous said...

duuuhhhh cangarrr..batu ...malang..sweet memories :)
mbak enno aku duluuu waktu kul dimalang pernah ke cangar naik motor,pemandangannya bagus banget
aihhh baca postingan ini bikin ingatan melayang ke waktu lampau
btw yg jembatan itu,aku pernah foto2 disana


_ika_

lely_gesta said...

mbak Enno, kalimat terakhirnya sungguh menCETARRRkan hati saya... Jadi kangen traveling berdua lagi ;)

Meisza Adilla Herssy said...

ka Eno,note dibawahnya sama banget ih.. Yes ! Kita sama-sama sedang jatuh cinta :))

chiekbvo said...

jiahh...mbak enno jatuh cinta, kata2nya etjieee... :">

Enno said...

@gek: ish! Sama sapa? Misua ntar baca lho :))

@ika: huayooo sm pcr ya? Hihi

@Lely: mencetarkan itu udah msuk kus besar bhs indo ya? Hayo sana jln2 brdua! Anak2 titip Rona haha

@meisza & chie: aku udah gak jatuh, dear... Udah cinta haha :p

jus manggis murah said...

so sweeet bangt deh asli

distributor jelly gamat said...

duh jadi ngiri nih

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...