Halo 'ikhwan religius' yang dicintai Allah,
Mengajak perang dingin terbuka denganku?
Kau kekanak-kanakan sekali ternyata ya. Masih ingat kau bilang pernah menulis apa waktu memutuskan hubungan kita secara pengecut via e-mail?
Kau berharap kita masih tetap berteman, bersilaturahmi. Kau berharap suatu saat aku akan memaafkanmu, mengampunimu. Kau tidak memberiku alasan kenapa kau ingin kita berpisah, padahal tak ada pertengkaran. Bahkan terakhir bertemu di danau itu kau tak mengatakan apa-apa, seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Tapi lihatlah dirimu itu.
Setelah kau menendangku dari hidupmu, kau dengan berlebihan mulai bercengkrama lagi dengan perempuan yang dulu kau sukai sebelum aku. Di depan mataku. Di akunmu, yang terhubung dengan akunku. Padahal dulu saat masih bersamaku, kau menyindirnya melulu. Dalam bahasa Prancis, ingat? Kau mengatai dia pembohong, pendusta, orang yang memalukan, dan sebagainya. Sampai aku menegurmu untuk tidak berbuat itu.
Apa yang kau harapkan, wahai lelaki yang mengaku ikhwan?
Aku cemburu? Terbakar? Panas hati?
Haha. Kau bercanda ya?
Kau di posisi yang mana sih? Kenapa jadi kau yang ingin memanas-manasi aku? Kan aku yang kau buang itu. Harusnya aku yang menunjukkan padamu bahwa aku bisa hidup tanpamu, dan masih banyak lelaki lain yang menginginkan aku. Tetapi tak kulakukan trik murahan itu. Malah kamu yang begitu. Aneh sekali.
Atau kau memutuskan aku karena kau masih suka dia?
Kau tidak akan mengaku, aku tahu. Kau berjanji dalam e-mail-mu akan memberitahuku alasannya kenapa kau menginginkan perpisahan. Tetapi sampai detik ini, kau tak membayar utang janji itu. Kau malah bergenit-genit dengan perempuan itu. Itukah jawabanmu?
Oh well, baiklah. Kalau begitu benar, bahwa kau menipuku.
Waktu dulu aku yang mau pergi dari hidupmu, kau yang memohon-mohon. Please, please, please, jangan pergi.
Kau bahkan berjanji melupakan perempuan itu. Katamu, aku berusaha. Aku berusaha. Aku mencintaimu.
Itu drama yang kau cuplik dari FTV yang suka kau tonton ya?
Hari ini aku sesungguhnya hanya ingin berterima kasih padamu. Kamu sudah membloking akun kicauku. Wow! Hebat! Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu tiba! Aku memang berharap kau akhirnya membuka topengmu dengan terang-terangan. Dengan membloking akunku, artinya sudah jelas bahwa sejak awal kau yang duluan memutuskan tali silaturahmi.
Aku masih menyapamu sesekali, tapi kau memberi jarak. Aku memberimu kesempatan berteman seperti sebelum kita pacaran, tapi kau sibuk bergenit-genit dengan perempuan lain. Aku bilang aku memaafkanmu, kau seolah-olah tak mendengar. Jangan salahkan kalau aku jadi jengkel dan akhirnya menyindirmu sesekali.
Kau membloking akunku! Wow!
Akhirnya linimasaku bersih dari kemunafikan. Sudah lama aku ingin membersihkannya, tapi aku tak mau memutuskan tali silaturahmi, karena kau memohonnya untuk tetap menyambungnya.
You did it! Finally!
By the way, boy. You are not ikhwan at all.
Seorang saudara laki-laki tidak akan menyakiti saudara perempuannya. Tidak akan menyakiti saudara seimannya. Tidak akan menyalahi komitmen ta'arufnya.
Tapi catat ini. Aku tidak menyalahkanmu. Aku yang bersalah. Tak waspada pada kebohonganmu.
______________________
PS: Kalau ada yang beranggapan saya yang salah sehingga kami putus, kesalahan saya cuma satu. Percaya pada pembohong, yang menyembunyikan isi hatinya dari saya. Yang tak bisa menakar perasaannya sendiri pada dua perempuan. Yang mengagungkan ego. Yang mengaku-aku ikhwan, tapi tak selaras dengan sikap.