Wednesday, April 6, 2011

[Kisah Abe] Rahasia

Kalau kalian mengira saya dan Fara akan selamanya menjadi dua orang dalam kutub berlawanan, itu anggapan yang salah. Kami, setelah menjadi dua orang dewasa, berteman cukup baik. Tidak akrab, tapi setidaknya kami saling bertegur sapa di dunia nyata dan dunia maya.

Sayangnya, Fara juga tidak tahu jejak Abe. Setidaknya itulah kesan yang saya dapatkan setiap kami bertukar kabar. Saya tidak pernah bertanya tentang Abe, dia juga. Meski pernah setahun lalu, ketika kami tidak sengaja bertemu di sebuah mall, kami membicarakan Abe.

Hari itu, beberapa hari setelah acara reuni yang digagas Fara dan tidak saya hadiri, kami duduk di McDonald, makan burger dan es krim. Fara bertanya kenapa saya tidak datang ke reuni, dan saya mengulangi alasan saya: dikejar deadline. Saya tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya, bahwa saya masih merasa malas bertemu dengan geng mereka. Bukan karena dendam atau apa. Tapi dengan mereka saya tidak punya nostalgia apa-apa. Saya tidak mungkin mempermalukan mereka dengan mengumbar kisah betapa dulu mereka sangat mengganggu saya dan membuat saya sebal, kan?

Tapi ternyata Fara yang menggulirkan topik masa lalu itu duluan.
"Masih ingat Nina, kan?" Tanyanya. "Nina Adriana, yang mantannya Abe di kelas dua?"
"Oh, iya. Nina yang itu." Saya mengangguk.
"Sekarang dia kerja di bank, di Manado."
"Oh ya?"
"Dulu dia cemburu banget sama elu."
"He?" Saya hampir tersedak burger yang saya kunyah. Dulu Nina selalu bersikap seolah-olah saya tidak ada, meskipun saat itu saya sedang ada di dekatnya. Ehm, di dekat Abe sih sebenarnya :)
"Abe suka ngomongin elu, katanya. Ngelarang Nina nggak main sama gue. Nyuruh dia supaya kayak elu."
"He?" Saya buru-buru minum, takut tersedak lagi. "Supaya kayak gue gimana?"
Saya membayangkan Nina yang manis, bersepatu dan tas bagus, selalu memakai bando-bando lucu. Tak bisa dibandingkan dengan saya yang tomboi, memakai sepatu dan tas lama yang baru akan diganti nanti kalau sudah sobek.
"Elu itu dulu apa ya namanya?" Fara berpikir sejenak. "Kalo menurut gue sih, lu keliatan bebas dan cuek gitu. Nggak pernah gabung sama kumpulan yang sama. Selalu pindah dari kelompok satu ke kelompok lain. Nggak terikat, tapi anehnya anak-anak semuanya akrab sama elu."

Saya menatap Fara. Tidak mengira dia dulu memperhatikan saya. Dan apa yang dia katakan benar. Dari dulu sampai sekarang saya tidak suka bikin kelompok atau menjadi bagian dari kelompok tertentu. Saya selalu soliter. Tapi bukan berarti saya mengasingkan diri dari teman-teman. Saya mengobrol dengan mereka, tapi tidak selalu dengan orang-orang yang sama. Kalau beberapa orang sudah mulai mengitari saya setiap waktu, setiap hari dan terkesan mulai membentuk grup, saya akan segera menjauh, menjaga jarak. Entahlah, saya tidak suka bikin geng, grup, kelompok, atau apapun namanya. Itu membuat saya terikat dan sesak napas. Dan muak, ketika mereka lalu mulai melakukan sesuatu yang eksklusif seperti mengganggu atau menggosipkan seseorang.

Saya mungkin hanya punya satu teman akrab dalam setiap periode. Biasanya teman sebangku.

"Gue mau nanya boleh?"
"Please," sahut saya.
"Lu dulu suka sama Abe nggak sih?"
"Enggak. Kok lu nanya kayak gitu, Far?"
"Masa sih? Soalnya dulu lu sering keliatan bareng-bareng dia. Itu sebabnya Nina cemburu. Kayaknya dulu ada beberapa temen cewek yang juga nyangkain elu sama Abe jadian. Termasuk gue..." Fara nyengir. "Gue juga sempet naksir Abe tau..."
Kali ini saya benar-benar tersedak dengan sukses.
"Habis pas kelas dua dia keliatan lebih keren gitu, dan basketnya jago banget." Fara tertawa.

...............

Abe dulu pernah bilang Fara bersikap tidak ramah pada saya karena ia iri. "Iri tanda tak mampu," katanya dengan nada sok tahu. Saat itu jam istirahat, kami ada di pinggir lapangan basket.
"Kok bisa dia iri sama gue? Yang cakep kan dia. Yang kaya juga dia. Yang ngetop dikejar-kejar cowok-cowok juga dia. Kalo dibilang pinter, dia juga pinter kok."
"Karena dia cuma bisa ngandelin orangtuanya. Sedangkan elu ngandelin diri lu sendiri."
"Gue nggak ngerti."
"Ya. Elu kan emang bodoh." Abe menyundul kepala saya. "Maksud gue.... lu inget nggak kejadian waktu lu ngelawan Hedy pas Ospek? Fara nggak akan berani kayak gitu. Lu juga sering ngalahin nilai-nilai dia di kelas satu. Fara ngerasa otak lu lebih jago. Dan ada satu lagi yang bikin dia masih terus iri sama elu..."
"Apaan?"
"Ntar aja gue ceritain. Gue main dulu!" Ia berlari ke lapangan, meninggalkan saya bengong.
"Abeee, apaan?"
"Ntaaar, gue main dulu!" Ia nyengir dari tengah lapangan.

Abe tidak pernah mengatakannya, bahkan ketika kami bertemu lagi di periode kuliah. Karena saya menganggapnya percakapan tidak penting dan melupakannya. Saya baru mengingat percakapan itu setelah bertemu Fara, dan mulai merangkai fakta.

Fara naksir Abe. Fara tidak pernah menyukai saya, bahkan sampai kami kelas tiga. Abe menyukai saya sampai kelas tiga.

"Far, lu suka sama Abe sampe kapan?"
Fara tertawa. "Sampe kelas tiga. Bego banget ya gue. Pungguk merindukan bulan. Si Abenya malah cuek banget."
Sebetulnya saya ingin bertanya apakah itu yang menyebabkan dia terus tidak menyukai saya sampai kelas tiga? Karena selain dia tidak suka nilainya disaingi, juga karena dia tahu Abe menyukai saya sampai kelas tiga? Tapi dia tahu darimana?

Di luar semua itu, apapun yang terjadi diantara kami dulu kini sudah mencair. Saya segan mengungkit kisah lama yang bikin kami tidak nyaman nantinya. Jadi saya memutuskan tidak bertanya.

.............

Sebuah ingatan melintas. Suatu hari sebelum Abe bilang bahwa Fara iri.

"Lu tau nggak, Andi nembak Fara malem minggu kemaren."
"Tau. Dia ditolak kan?"
"Lho? Tau dari mana lu?"
"Dari Fara."
"Fara cerita sama elu?" Saya melotot tak percaya. Abe yang tidak suka pada Fara demi membela saya kok jadi mengobrol dengan Fara? "Lu ngobrol sama dia kapan, Be? Kok bisa? Dia cerita apa?"
Abe tersenyum. "Ya cerita gitu doang." Ia seperti biasa berlari ke tengah lapangan basket dan merebut bola yang sedang didribble temannya.

Sepertinya Fara tahu perasaan Abe pada saya dari Abe sendiri, ya kan? Ketika mereka bicara diam-diam setelah Fara ditembak Andi. Mungkin Fara menyatakan perasaannya pada Abe, dan mungkin Abe bilang ia menyukai saya. Yang terjadi kemudian dua orang itu merahasiakannya dari saya, sampai Abe mengatakannya pada saya ketika kami sudah dewasa.

"Gue mau ngaku," katanya hari itu. "Tiga tahun gue suka sama elu. Tapi elunya nggak ngerti-ngerti."
Satu hal yang tidak akan pernah saya lakukan pada Abe adalah melukai perasaannya. Hari itu, dengan tangan saya dalam genggamannya, kalau boleh jujur saya merasa bersalah telah mengabaikannya begitu parah.



Yoo Ah-in seperti biasa ;)



Image and video hosting by TinyPic

19 comments:

UNEJ said...

Sabar n sabar...Enjoy in your way...
nice 2 meet U UNEJ Jember.

http://www.nathansaputra.org said...

Bagus juga nech artikle, btw dari kisah nyata kayaknya nech...
salam kenal dari : SEO Services

Gloria Putri said...

wahhhhh....abe oh abe.....
masa Fara jg gag tau jejaknya Abe? boong kali tuhhh.....haduhhhh....dirimu nge grab foto nya yoo ah in lg buat describe abe....jd tambah ngiler pengen liat yg namanya Abe.....

Unknown said...

Hari itu, beberapa setelah acara reuni yang digagas Fara dan tidak saya hadiri, kami duduk di McDonald, makan burger dan es krim

ada yg aneh dengan kalimat ini, mbak..kata "beberapa" mungkin harus dihilangkan kali yaa..?

btw,salam kenal :)
jadi curious dengan cerita2 selanjutnya ttg Abe, mbak Enno ceritanya bisa ngalir banget.
salut!!..

(ssstt..Yoo Ah In nya juga keren,xixi)

Cindikya said...

baru sekali nongol nih!
salam kenal ya!:)

De said...

woooh...jadi kecanduan baca kisah abe...keren mbak.. :)

De said...

woooh...jadi kecanduan baca kisah abe...keren mbak.. :)

nataya, chacha, nchan said...

iya, saya suka males membaca tapi kisah abe enak dibacanya ya...salam kenal deh

Mi said...

Hi Enno! :D
Asyikk akhirnya ngepost tulisan tentang Abe lagiii...tulisannya asyik bgt, bikin yang baca deg2an, penasaran, dan setelah selesai baca jadi mengkhayal sendiri..wkwkw..

*Bikin Abe fans club ah ^^ atau Yoo Ah in fans club ya? hahaha*

Ngomong2 awal paragraf ketiga maksudnya "beberapa hari" kali ya?^^ Kalau aq yang salah nangkep maksud kalimatnya mohon dimaafkeun :D

Bikin pr dulu ah..besok aq ngeronda kesini lagi ya..sapa tau ada tulisan lagi tentang Abe..hihihi..*ngarep* ^^

Mei said...

Hi Enno! :D
Asyikk akhirnya ngepost tulisan tentang Abe lagiii...tulisannya asyik bgt, bikin yang baca deg2an, penasaran, dan setelah selesai baca jadi mengkhayal sendiri..wkwkw..

*Bikin Abe fans club ah ^^ atau Yoo Ah in fans club ya? hahaha*

Ngomong2 awal paragraf ketiga maksudnya "beberapa hari" kali ya?^^ Kalau aq yang salah nangkep maksud kalimatnya mohon dimaafkeun :D

Bikin pr dulu ah..besok aq ngeronda kesini lagi ya..sapa tau ada tulisan lagi tentang Abe..hihihi..*ngarep* ^^

Arman said...

eh sama lho ama gua... gua juga dari dulu gak pernah punya kelompok tertentu. gua main ama semua kelompok. ntar main ama kelompok itu, ntar jalan ama kelompok yang lain, ngobrol ama kelompok yang lain lagi. malah lebih asik ya, temennya jadi lebih banyak... :D

Anonymous said...

Hahaha... Mbak Eno parah!
Eh tapi, biasanya memang orang ketiga lebih bisa ngeliat sinyal-sinyal cinta (wuih, bahasanya). Soalnya, orang yang mengalami kan gak mau kege-eran. Ditambah lagi, karena terlalu dekat jadinya lebih gak sensitif. huahaha...

sayamaya said...

wah.. ni klo dibikin jd drama korea bakal seru deh. no, sambil nyari abe, ni cerita sekalian disodorin ke produser aja, cucok difilmkan. tp jangan sinetron ya :)

Enno said...

@Unej % nathan: salam kenal

@gloria: kayaknya sih beneran dia ga tau, soalnya lingkungan mrk aja udah beda... ya silakan ngiler, emang sengaja haha

@erni: hai makasih ya ralatnya, harusnya beberapa hari tuh hehe udah diralat tuh... silakan dipelototin yoo ah-in my darling... keren kan? :))

@cindikya: salam kenal juga :)

@desfirawita: tp jangan sampe sakaw ya wit hehe...

@nataya: makasih ya dah nyempetin baca... :)

@mi: hai mi... iya bener aku lupa ngetiknya, thx ya udah direvisi tuh hehe... bikin yoo ah-in fans club ajalah... lbh ngetop kan? tar ya, aku semedi dulu buat bikin kisah berikutnya haha

@arman: ah, arman ternyata kita punya banyak kesamaan, lu yakin dikehidupan sebelumnya kita bkn anak kembar? hahaha

@mirna: hehe soalnya aku klo udah nganggep temen, ya jd kayak sodara, memang jd ga peka... parah emang :P

@maya: hihihi... bikin film oke, may. bikin sinetron, liat dulu nilai kontraknya wkwkwkwk

chiekebvo said...

abeee............
mbak, mbok abe dicari jejaknya..ditelpon gitu..penasaran sumpah.. :P

Mei said...

Wah sorry ya, aq gak sengaja double comment, salah ketik nama lagi. Dihapus aja salah satu commentku di atas itu. Thanks ya^^

Enno said...

@chie: lha, mesti nyari kemana wong ga ada jejaknya :P

@mei: oh iya.. kmrn juga baru nyadar klo itu kamu haha... gpp, biarin aja :)

Hans Febrian said...

enn, gimana jadinya ya kalo ternyata abe baca blog ini. hehehe :B
suruh baca deh.. siapa tau 'masih'
jodoh, nikah deh. aseek hehehe.

Enno said...

hehehe.... biar dia baca trus nongol disini... trus ce2 reader yg jd ngefans pd histeris hahaha....

nikah? jauh amat mikirnya ih! :))

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...