Wednesday, March 30, 2011

[Kisah Abe] My Hero, Abraham

Abe, maaf.
Bahwa dulu saya tidak berusaha mengenalmu lebih dekat. Bahwa saya menyesal melewatkan banyak hal yang mungkin akan menyenangkan jika hanya kita lakukan berdua.
Semua kenakalan itu, tahukah kamu bahwa saya juga melakukannya diam-diam? Ya, kamu memberi saya pengaruh buruk. Tapi kamu teman yang baik, yang tanpa kamu sadari sudah menolong saya melewati bagian paling sulit sebagai anak sekolah.

.......

Dulu itu entah kenapa, Fara tidak menyukai saya. Ia dan gerombolan teman-temannya yang kaya dan cantik, dengan tas dan sepatu paling bagus dan mahal diantara anak-anak lain.

Fara sekelas dengan saya. Selalu marah-marah kalau nilai ulangan saya lebih bagus dari nilainya. Setiap kertas ulangan yang sudah dinilai dikembalikan guru, ia selalu lari ke bangku saya dan bertanya, "Nilai kamu berapa?" Lalu ia akan merengut dan menghentakkan kaki kalau nilai saya lebih tinggi.
Begitu juga waktu sekolah kami mengadakan tes IQ. Begitu tahu nilai IQ saya lebih tinggi 20 angka darinya, ia marah-marah. Aneh. Kalau nilai ulangan saya lebih bagus, ia bisa saja menuduh saya mencontek atau apalah. Tapi kalau IQ? Memangnya salah saya kalau ternyata otak saya lebih cerdas dari otaknya? Ini kan karunia Tuhan.

Suatu hari seorang teman iseng menyebar gosip bahwa saya naksir salah satu cowok di sekolah. Sialnya cowok itu adalah orang yang paling sering dikerubuti geng Fara. Suatu hari di jam istirahat, ketika saya melewati mereka yang sedang bergerombol, cowok itu menaburi saya dengan sobekan-sobekan kecil kertas diiringi tawa menghina Farah dan teman-temannya. Saya nyaris berbalik untuk menghajar mereka. Kalian tahu apa yang terjadi kemudian? Abe muncul entah dari mana dan mengalungkan lengannya ke pundak saya.
 

"Ke kantin yuk!" Katanya tenang. "Gue traktir deh. Gue baru dapet duit dari cici gue nih! Yuk!" Ia menarik saya berjalan menjauh dari mereka. Lalu berbisik, "Kalau lu marah, mereka seneng. Itu yang mereka mau. Jangan bego."
Saya yang gemetaran marah menjadi tenang. Meskipun nasehatnya tidak terdengar manis sama sekali, tapi saya tahu ia ingin bilang bahwa ia selalu ada, melindungi saya.

Abe yang bandel mengajari saya cara makan bakso tanpa membayar, bolos dan sembunyi di kantin saat jam pelajaran yang tidak disukai. Saya mencoba ajaran-ajaran sesatnya. Berhasil makan bakso tanpa bayar, meski besoknya saya membayar dengan alasan lupa. Bolos. Sembunyi di perpustakaan saat jam pelajaran Fisika yang saya benci. Abe tergelak setiap saya beritahu apa yang sudah saya lakukan sesuai caranya. Bahkan sampai sekarang saya masih ingat mimik mukanya penuh kebanggaan.
"Good job, girl," katanya jumawa.

Abe selalu mewanti-wanti agar saya tidak usah menghiraukan Farah dan gengnya yang menyebalkan, tapi ia sendiri ternyata tak bisa menahan diri.

Hari sabtu itu saya tahu ia pergi ke danau dekat sekolah dengan beberapa temannya, karena saya main ke rumah Dinda. Kami jalan kaki beramai-ramai sepulang sekolah karena rumah Dinda searah dengan danau itu.

Ketika saya mau pulang, kami menemukan dia duduk di undakan teras rumah Dinda. Babak belur.
"Lu kenapaaaa?" Dinda berseru. "Abe, lu berantem ya? Sampe berdarah gini. Aduuuh! Lu bandel banget sih, Be! Gue ambilin obat ya! Bentar ya!" Ia berlari ke dalam.
Saya duduk di sebelahnya. Geleng-geleng kepala. "Jadi sekarang lu mau jadi jagoan juga? Berantem sama siapa sih lu? Anak-anak yang lain mana?" Saya tahu tak ada gunanya histeris atau mengomel. Mukanya saja sudah kelihatan merah padam.
"Anak-anak udah balik. Waktu lewat sini tadi gue kayak denger suara lu di dalem, belum pulang. Makanya gue mampir."
"Jadi lu berantem sama siapa?"
"Nggak tahu. Mereka nyembelih anjing, trus dibakar dan dimakan. Gue nggak suka. Jadi gue datengin aja, gue obrak-abrik. Mereka nggak terima."
"Anjing? Disembelih?"
"Lu harus liat anjingnya, baru bisa ngerti kenapa gue marah. Anjingnya jinak dan nurut banget. Lucu, gemuk. Tadinya gue pikir mereka cuma mau nongkrong. Tapi waktu gue nengok lagi, anjingnya udah mati digorok." Ia menutup wajahnya dengan tangan. Suaranya tersendat. "Digorok... Sadis. Anjingnya baik. Kasian tau."

Saya menghela napas. Abe menyukai anjing. Dog lover. Saya ingat suatu hari ia cerita tentang Bandit, anjing ras campuran peliharaannya yang mati ditabrak mobil. Abe dan anjing itu tumbuh bersama. Seperti saya dan anjing saya Doggie. Ia menyayangi Bandit, seperti saya menyayangi Doggie. Saya mengerti perasaannya ketika ia bercerita tentang Bandit. Dan saya juga mengerti kenapa ia marah pada orang-orang itu.

"Ada beberapa orang yang memang memakan daging anjing kan, Be."
"Gue tau. Tapi jangan anjing yang kayak gitu yang dimakan! Anjing itu anjing jinak. Anjing peliharaan. Anjing rumah. Gue bisa liat bedanya, No!" Tukasnya sengit. "Lagian orang-orang itu nyembelihnya buat iseng. Mereka makan itu buat iseng. Sambil mabok tau gak. Mereka sambil minum vodka. Gue liat botolnya!"
Dinda datang membawa obat, kapas dan air di baskom kecil. "Sini, gue bersihin dulu luka lu! Bandel sih lu!"
Abe merengut.

Siang itu, saya mengantarnya pulang. Ke rumahnya yang berpagar hijau itu. Ia mengajak saya masuk, tapi saya tidak mau. Sudah sore. Ibu saya pasti sudah khawatir di rumah. Ia memandangi saya dari pintu gerbang rumahnya ketika saya melompat naik ke dalam angkot. Melambaikan tangannya yang diperban secara berlebihan oleh Dinda. Saya bahkan masih ingat senyumnya hari itu.

Senin.

Adi membuntuti saya sejak kami keluar dari gerbang sekolah. Sibuk membujuk saya agar diperbolehkan main ke rumah.
"Mau ngapain emangnya ke rumah gue?"
"Ya main aja. Masa nggak boleh."
"Main apaan?" Saya bertanya jengkel. Bukannya saya membenci Adi. Ia teman yang baik sejauh ini. Tapi saya masih tidak mengerti tumben benar ia mau ke rumah saya. "Rumah gue berantakan. Jangan deh, ntar lu malah gue suruh bantu ngeberesin deh."
"Nggak apa-apa. Gue mau kok bantuin beresin rumah lu."
"Ih aneh banget sih lu, Di!" Saya tambah jengkel.
"Bener kok. Suer."

"Jangan. Ntar lu ditembak sama bokapnya!" Tiba-tiba dari belakang kami ada suara nimbrung. "Bokapnya tentara. Galak lagi." Itu suara Abe. 

Ia jalan di belakang kami, bersama Tedy yang terkekeh-kekeh. Mimik wajahnya sudah kembali ke asal. Super tengil. Sama sekali tak kelihatan sisa kemarahannya akhir minggu lalu, kecuali baret-baret luka dan memar akibat perkelahian di wajah dan tangannya.

"Enak aja bilang bokap gue galak!" Tukas saya. "Bokap gue nggak...."
"Bokapnya belum ngijinin dia pacaran, Di," potongnya tanpa mempedulikan saya.
"Abe, lu apaan sih!" Saya balik badan dan menendang kakinya.
Ia nyengir, sementara Adi kelihatan bingung.
"Lu pulang bareng gue aja ya?" Tiba-tiba lengan saya sudah ditariknya menjauhi Adi. "Gue sama Tedy mau  makan bubur ayam. Ikut ya. Tedy yang traktir!" 

Terdengar suara Tedy mengomel di belakang kami.
"Abe, gue mau langsung pulang!"
"Ikut gue atau si Adi nekad ikut lu ke rumah? Pilih mana?"
"Hah?"
"Lu itu ya... Ampun deh, ada ya cewek bego kayak lu gini. Denger ya, si Adi itu mau nembak elu!"
"Hah? Yang bener lu!"
"Dia suka sama elu tau!"
"Masa sih?"
"Tuh kan memang bego." Ia menjitak saya. Lalu menoleh mencari sahabatnya. "Ted, cabut!"
Ia menyeret-nyeret saya terus sampai ke tukang bubur ayam itu. Bahkan tidak repot-repot bertanya apa saya suka Adi juga atau tidak. Mana saya tahu kalau dulu itu ia cemburu :)

......................

Saya menulis ini berdasarkan beberapa cuplikan dari buku harian lama. Ternyata nama Abe ada di sana. Dan ternyata dulu ia pahlawan saya. Kenapa saya bisa-bisanya melewatkan pahlawan seseksi itu? *lagi-lagi menyesali diri* hahaha...

Sayang, nggak ada foto dia di album lama saya. Berhubung dia memang agak tidak suka berfoto. Maklum dia kan preman, bukan cover boy. Hehe.
Tapi yakinlah, sodara-sodara, bahwa dia agak mirip Yoo Ah-in. Tolong jangan protes dengan foto di bawah ini. Pis!

Yoo Ah-in lagi. Ketengilan yang sama dengan Abe :)



Image and video hosting by TinyPic

17 comments:

TS Frima said...

masih tentang Abe ya :)

Arman said...

udah sono langsung beli tiket ke hongkong gih... :D

Lia said...

pagi-pagi udah baca ceritanya abe. hayah, lucunya diaaaa :3

Enno said...

@ra-kun: iya... mumpung lagingebongkar diary lama :)

@arman: yuk mariiii hahaha... :))

@lia: masa sih? aslinya tengil kok :)

Gloria Putri said...

baca ceritamu, saya jadi ikut penasaran sama muka si Abe....how cute he is.....pasti cute bgt.....ahhhhh.....klo dibilang bego, ya bego sih ku no...wkwkwk...masa ada hero se cute itu masih juga ngarep kakaknya...wkwkwkk...cb deh cari2 di FB nama abraham gt...sapa tau nemu...klo nemu kasih tau ya...biar gag penasaran lagii nihhhh

Gloria Putri said...

oh iya, suka bgt bagian pas dy "nyelametin km" dari aksi marah marah alih2 traktir bakso.......huaaahhhhhhhhhhhhhhhh....
bener2 lu no.......bs ngga nyadar ya ada hero se cute itu.......nyesel kan lo skrng???hahahhahahahhaa......*saya yang baca aja ikut nyesel...

PS: cowo yg sayang sama binatang biasanya penyayang wanita juga looo

sayamaya said...

wah, enno darah gw ikutan mendidih dgr anjing baik2 digorok trus disate. klo ketemu begundal2 begitu juga pasti ane timpukin pake bata merah. yeah, me dog lover so much.

kalo diliat walo preman dia py sisi yg sgt sensitif ya. ayo enno, cari abe!

Enno said...

@gloria: oh dia emang cute dan penyayang wanita, buktinya pcrnya banyak hahaha :)) udah dicari di fb, tapi ternyata byk banget yg namanya sama... jd binun deh. mgkn jg dia ga pny fb. dia jenis org lapangan yg ga suka ribet2 gitu... hehehe... cm nyesel krn ga sadar klo dia sexy kok hihihi

@maya: iya, makanya aku maklum klo dia ngamuk haha... abe emang manis kok, dia bandel krn emang umur segitu lagi cari jati diri kan? waktu jaman2 masih kuliah, dia udah kalem banget tuh :) iya ni, masih dicari. Most Wanted hahaha

dv said...

uda lama ga ngikutin ceritanya mbak enno >.<

chiekebvo said...

penyesalan itu pasti datangnya selalu belakangan.. *tsahhh..
etapi, koq mbak enno bru nyadar sekarang sehhh?? *gregetan deh bacanya* :))

kristiyana shinta said...

udah coba sini abrahamnya buat aku,,,
hehehheh :D

Enno said...

@dv: hai dev... pa kabar? :D

@chie: hahaha nyesel gara2 baru nyadar klo dia keren xixixi

@shinta: hahaha... orgnya aja blm ketemu :P

Hans Febrian said...

aihhh... so sweet lagi
:D

Enno said...

@hans: ayo cari kenangan masa abege kamu, hans! hahaha

dinar said...

mbak buruan dicari deh......bila perlu pasang poster2 di jalan2 , di tiang2 listrik , di tembok2 rumah orang!ato sebar selebaran!hehehehe....SEMANGAT!!!!semoga mbak ketemu ma dia lagi(AMIN) , dan ceritanya bisa happy ending!(AMIN LAGI)

Enno said...

hehehe... lebay amat sampe masang poster wkwkwkwk

amin deh amin :D

Nyi Penengah said...

Abe kerennn

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...