Monday, February 14, 2011

Perkumpulan Para Hantu

Jangan bicara mesum. Jangan ketiduran. Jangan berisik. Jangan mengejek dosen. Jangan takabur dan sok berani. Kalian akan tahu akibatnya.

............

Kami pikir cerita tentang ruang kelas di pojok lantai dua itu hanya untuk menakut-nakuti mahasiswa baru seperti kami. Para senior itu bercerita sambil senyum-senyum, sama sekali tidak memasang muka serius. Mereka memberi wanti-wanti itu dan bilang kami tidak boleh melanggarnya.

Lalu tibalah saatnya semester di mana kami mengambil mata kuliah Penologi yang berlangsung di kelas yang menjadi obyek cerita. Kelas itu ternyata luas, paling luas di antara kelas-kelas yang lain sehingga kadang dipakai untuk kuliah umum oleh guru besar. Kelas yang kami ikuti itu juga memang gabungan beberapa angkatan sekaligus. Ada yang baru mengambil, ada juga yang mengulang untuk perbaikan nilai.

Anak-anak baru seperti kami sudah lupa cerita itu. Kami sangat senang dengan ruang kelas yang luas dan sejuk itu. Kebanyakan mahasiswa yunior memilih duduk di belakang, supaya bisa mengobrol berbisik-bisik.

Saya tidak. Meskipun saya juga lupa pada cerita tentang kelas itu, saya memilih duduk di depan. Aura di belakang kelas tidak enak. Terasa dingin dan tidak nyaman. Kalau udara lembab, saya suka bersin-bersin, itu saja alasannya.

Kami belajar tentang control of crime. Tidak terlalu rumit, dosennya sangat mengandalkan text book dan membuat kami mengantuk. Saya lebih suka mencoret-coret agenda, menulis puisi. Sahabat saya, Wiek, asyik menggambar manga kesukaannya. Demikian setiap minggu berlangsung sampai akhirnya ada yang tak tahan untuk mengacau.

Kelas mulai berisik, kami mulai sibuk sendiri. Mulai banyak yang datang terlambat. Saya tahu, Mr Twinky (itu julukannya), mulai terganggu dan jengkel. Saya agak kasihan padanya. Tapi salahnya sendiri tidak bisa membuat kuliah menjadi menarik.

Yang tidak kami sadari, yang merasa terganggu bukan cuma dosen kami. Saya mulai merasakan hawa tidak enak itu lagi. Kelas terasa lembab, udara terasa berat. Saya bersin-bersin, sukar bernapas dan mulai mencari alasan untuk izin ke toilet.

Begitulah sampai akhirnya suatu hari ketika saya baru kembali dari toilet dan masuk ke kelas, saya melihat sesuatu di sudut belakang kelas. Saya tidak bisa bilang itu apa. Hanya serupa gumpalan asap dan bayang-bayang. Seperti asap rokok yang bergulung-gulung lalu lenyap. Padahal tentu saja tak ada yang merokok di dalam kelas.

Dosen kami, Mr Twinky, sibuk mengetuk-ngetuk mikrofon di mimbar kelas. Pengeras suara mendadak mati.

"Sebentar, sebentar," ujar Mr Twinky. "Sepertinya mike-nya mati. Saya bisa minta dipanggilkan divisi maintenance?"
Seorang teman kami mengangguk dan beranjak keluar.

Udara yang pekat terasa menyesakkan. Seorang teman di belakang menjerit, katanya ada yang mencubit. Saya ingin sekali bilang pada Mr Twinky agar kuliah diakhiri. Suasananya sangat tidak enak, seperti pernah saya alami saat caving di sebuah gua yang didalamnya penuh mahluk halus yang mencoba berkomunikasi. Creepy!

Lalu petugas maintenance datang dan memeriksa mikrofon. Dia bilang mikrofonnya baik-baik saja, dan ternyata memang menyala lagi. Begitu petugas pergi, mikrofonnya mati lagi. Demikian terus berulang-ulang.

Sesuatu berdiri di dekat kursi saya. Sesuatu yang menimbulkan hawa dingin. Saya bersin, tidak berani melirik. Berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan kelas ini, yang sekarang menjadi hening seolah-olah semua menyadari ada yang tidak beres sedang terjadi.

"Kuliah kita akhir saja," ujar Mr Twinky. Thanks God. Saya mungkin orang pertama yang langsung keluar setelah Mr Twinky meninggalkan kelas. Di belakang, ada seorang teman yang menjerit karena dicubit lagi. Hiii....!

..........

Dua bulan kemudian.

Seorang senior ditemukan mati bunuh diri di hutan wisata yang biasa digunakan mahasiswa-mahasiswa kampus kami untuk belajar menjelang ujian. Beberapa mahasiswa menemukan jasadnya tergantung di atas sebatang pohon randu menggunakan tali ranselnya.

Kematiannya yang tragis menghebohkan kami, bukan hanya karena dia salah satu senior kami yang tercerdas dan punya wajah tampan, dia juga sedang menyusun skripsi dan hendak menikah setelah wisuda. Menurut desas desus, ia mengalami depresi.

Setelah upacara pemakamannya yang kami hadiri dengan rasa prihatin dan sedih, kami kembali pada rutinitas kami di kampus. Mata kuliah yang sebagian membosankan (bagi saya), terutama kuliah penologi yang diajarkan Mr Twinky.

Hari itu adalah pertemuan terakhir untuk kelas Penologi karena minggu depan kami sudah ujian. Saya berjalan masuk ke kelas yang masih sepi sambil sibuk memilih lagu di iPod, ketika melihat DIA duduk di bangku paling belakang.

Dia, senior kami yang beberapa waktu lalu kami makamkan itu. Wajah pucatnya menerawang, menatap saya. No way! Saya langsung balik kanan dan kabur.

Sejak itu saya tahu, kelas itu menjadi tempat perkumpulan para hantu mahasiswa di kampus kami.

foto dari sini


PS: happy valentine guys! kenapa aku malah cerita serem ya? haha ketuker sama haloween kayaknya :))


Image and video hosting by TinyPic

10 comments:

tha said...

lagi-lagi, mbak enno nulisin hantu (n_n!)

TS Frima said...

wew, ceritanya bikin saya takut ngampus... =_=a

Arman said...

heh... serem amat no! :P

Enno said...

@tha: haha ga cocok ya? kirain hari ini haloween! kekekekek

@ra-kun: kampusmu serem juga gitu? ceritain dong :P

@arman: masih ada yg lbh serem man :P

Hennyyarica said...

omaigod..kenapa harus klik postingan ini malam-malam beginiii...*tepok jidat*

maaf mbak enno, henny ga serius baca postingannya, jadi diskip dan langsung komen. besok henny baca lagi, trus komen lagi deh.

*kaburr..masuk kamar,tidur!*

Anonymous said...

Dulu waktu SMA juga ada satu kelas yg kayak gini. Letaknya juga nyempil di pojok. Anak2 yg belajar di sana sering kerasukan. Bahkan, pernah kejadian satu kelas kerasukan semua, tiba2 nangis gak jelas semuanya. Creepy!

Hennyyarica said...

ooh..ternyata ceritanya gitu toh. disetiap tempat katanya emang ada penunggu masing-masing lho mbak. apalagi kayak ruang kelas, kamar rumah sakit. kalo merasa nggak nyaman disana, rajin-rajin doa aja,,atau kalau perlu sekalian yasinan rame-rame. bukan buat mengusir penunggunya sih, tapi supaya nggak mengganggu aja.

ini kisah nyata kan?

Hans Febrian said...

serem banget sih enn. :|
aku gak mau ikutan ngobrol ah, ntar jadinya panjang..

hehe
eh, foto baru, asik asik..

Wuri SweetY said...

seeppp ceritanya mbak...bsk kita chat cerita yg serem2 ya...mumpung aku di japan, disini aman ga kenal hantu. kl ceritanya pas di Indonesia aku mati kutu malem ga berani tdr sendirian.

Enno said...

@henny: yasinan bareng di kelas? ahahaha.. niat banget! tapi boljug idenya hen.. iya kisah nyata. apa mau kukirim hantunya kesitu? :P

@mirna: hiiiiy itu lbh serem mir!

@hans: halaaah ternyata dia penakut juga hahaha

@wury: yeee apaan... di jepang juga pasti ada hantu... tuh di belakangmu apaan? :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...