Monday, February 28, 2011

His Face in My Memory

Hari ini saya melihat foto wajahnya. Close up. Besar. Memenuhi halaman tengah layar komputer. Foto itu bagaikan muncul dari masa lalu. Wajah yang tenang yang saya kenal. Yang mata elangnya selalu menatap saya dengan sorot kagum yang tak disembunyikan, kala saya sedang tertawa-tawa sehabis berbuat jahil padanya. Bahkan sampai sekarang pun ia masih begitu kalau kami bertemu.

Dulu ia mencintai saya. Katanya. Kata-kata yang diucapkan bertahun-tahun lalu setelah pertemuan pertama kami di stasiun Jatinegara. Ia dengan kaos hitam lusuhnya yang ternoda sedikit lumpur gua, dan saya berjaket merah tersenyum riang padanya.

Sebelumnya ia hanya sekedar teman sepupu saya.

Dulu ia memanggil saya 'Angel.'
"Now, you are my angel, Retno."
"Angel, kamu sedang apa?"
"Angel, maaf tadi tidak bawa ponsel. Aku sedang di dalam gua."
"Angel, kalau ke Jogja, menginap di rumahku saja. Kamarnya banyak. Kamu pasti cocok dengan ibuku. Ibu juga senang bercerita seperti kamu."
"Angel, sepertinya kita tidak bisa meneruskan ini. Kita berbeda."

Saya tak mengira, ternyata masih ada pedih ketika menatap wajahnya dalam foto. Padahal baru beberapa hari yang lalu saya bercakap-cakap dengannya sambil tertawa-tawa, dan dengan yakin berkata pada seluruh dunia bahwa saya berhenti mencintai dia sejak kami putus.

Tapi benarkah? Benarkah saya tak punya lagi perasaan apapun padanya? Lalu kenapa saya jadi ingin menangis sekarang?

Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah bahwa saya masih menyayanginya. Bukan cinta. Karena saya tak bisa membagi cinta saya untuk banyak jiwa. Saya menganggapnya istimewa karena ia menghargai saya sebagai perempuan dengan sepenuh hati. Ketika setiap (mantan) pacar saya pernah berusaha melakukan hal-hal yang berbau fisik tanpa izin (dan saya sangat tidak menyukai hal itu), lelaki ini adalah orang paling sopan dan gentleman sejati. Ia menjaga saya seperti porselen yang mudah pecah.

Ketika para (mantan) pacar itu merutuki saya dan ada yang mengatai saya sok suci, lelaki ini malah menempatkan saya di tempat yang aman, bahkan dari dirinya sendiri. Tak peduli seberapa sering ia melontarkan lelucon 'kamu masih sexy?' 'aku sekarang berbahaya, memangnya kamu mau aku nakalin?' 'kok kiss-nya selalu ikon?'... itu selalu hanya lelucon. Tak pernah lebih.

Saya ingat sebuah kenangan. Suatu sore ketika saya mencium pipinya sebelum ia melompat naik ke bus yang membawanya ke terminal. Ia tampak sangat terkejut dan senang. Melambai-lambaikan tangannya dari pintu bus. Tak berapa lama, ponsel saya menerima pesan singkatnya. 'Hey, I'll keep that kiss until I die. Thanks dear. I love you."

Entah kenapa saya menuliskan ini sore ini. Setelah melihat foto itu di fesbuknya, dan saya ingin menangis.
Kenzo tidak akan suka membaca ini pasti. I'm sorry. Bagaimanapun saya hanya ingin mengungkapkan apa yang saya rasakan saat ini.

Ini bukan tulisan tentang cinta. Ini hanya kenangan yang melintas dan membawa sedikit luka.
Mungkin karena akhir-akhir ini saya merasa hampa. Mungkin karena akhir-akhir ini yang saya miliki hanya kenangan.

I'm sorry.



foto dari sini




Image and video hosting by TinyPic

12 comments:

Arman said...

kenangan... setiap orang pasti punya kenangan. dan selalu ada saat2nya dimana kenangan itu muncul lagi...

yang penting, jangan biarkan kenangan jadi hambatan untuk maju kedepan. toh gimanapun juga, kenangan itu adalah masa lalu.. ya kan.. :)

Hans Febrian said...

wajar kok enn.
gak mudah bagi kita untuk ngelupain orang yang pernah kita sayang.
mungkin kalau disuruh pilih, kita lebih milih untuk tidak pernah mengenalnya daripada belajar ngelupain, ya gak?
past, let it be a past.
come her to my shoulder, hold my hand,
and everything will be fineeeee!
cheers enn cheerss!

Ceritaeka said...

Sekedar kenangan gpp no
yg penting hati lu kan untuk Kenzo aja :)
Tapi lain kali jgn cium2 org lagi yaaah :D
Cium gue aja.. *sodorin boneka*

Enno said...

@arman: hehe iya man, gue janji gak akan jd hambatan,, iyalaaah masa lalu kok yeee :D

@hans:...and I hold your hand ... thanks my bro hans, you make me feel better :)

@eka: adegan cium yg itu kan di masa lalu heee *menepis boneka, merenggut wajah Jang Geun Suk* wkwkwkwk LOL

sayamaya said...

kisahnya mengharukan. kupikir kamu akan kembali ke sana, tapi membaca kalimat trakir km, kurasa apa yg kupikirkan salah. atau jangan2 benar? hehehehe...

eniwei, salam kenal enno. nice blog. i just follow u... :)

Wuri SweetY said...

Orang Jogja emang susah dilupakan...hehehehe

Enno said...

@maya: hehehe gak kembali kesana ah, sdh berlalu :)
aduh makasih ya udah follow, kmrn aku mau follow duluan lupa krn keasikan baca tulisan2 kamu eheheh...

@wury: liat sapa yg ngomong ni, org jogja juga! jgn ge-er ah! hahaha... tp bener jg kayaknya ya... org jogja susah dilupakan, sm spt kotanya yg sll ngangenin. bener ga?

*wury langsung ngangguk2 penuh semangat*

*LOL

Wuri SweetY said...

ngangguk2 ampe pegel...
ga ge-er koq cm mengungkapkan fakta :p

Enno said...

@wury: hahaha... dasar!

kristiyana shinta said...

i feel the same,,,
aq lagi ngerasain kaya apa yg mba enno ceritain,,
parah,,, aq pengen nangis senangis nangisnya,,

(>.<') *pelluuukkk*

Gloria Putri said...

begitu ya rasanya mengenang mantan?
aq cuma punya mantan 1 mba dan menyakitkan, gak ada kenangannya sama sekali...

Mba Enno, tulisanmu bagus2,,...sungguh...

Enno said...

@shinta: wah maaf, ga bermaksud bikin kmu nangis shin... yg lbh baik pasti dtg kok :)

@gloria: hehe iya mantan yg ini pisahnya baik2 kok... thx glo :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...