It gives you home in thousand places, then leaves you a stranger in your own land.
-Ibn Battuta-
.........
Jogja. Januari 2011. Saya berdiri di pinggir jalan Malioboro. Mematung. Hanya menatap lurus ke depan. Ransel yang terasa berat di punggung, angin yang mengeringkan keringat, matahari yang menyengat, ketukan kaki kuda, gemeretak roda delman, derum kendaraan bermotor, suara-suara tukang becak yang membujuk saya menaiki becaknya. Keriuhan yang berputar. Berputar seperti gasing. Lalu tiba-tiba semua itu hilang.
Hening. Sunyi. Hanya saya dan perasaan-perasaan yang telah lama hilang. Kebebasan, kesepian, dan terasing di dunia yang hanya milik saya sendiri.
Anehnya saya girang sekali. Kegirangan yang tidak masuk akal menilik saat itu saya sudah terlanjur check out dari penginapan, gagal masuk ke benteng Vredeburg, belum tahu akan kebagian tiket kereta api pulang atau tidak, dan tidak ada siapa-siapa bersama saya sementara bekal uang sudah menipis.
Padahal kalau terjadi apa-apa dan saya tidak jadi pulang, saya mungkin tidak mampu menyewa penginapan lagi dan mungkin harus tidur di stasiun atau mesjid.
Kan ada Ari? Ia tidak mungkin membiarkan saya menggelandang, kan? Rumahnya selalu terbuka untuk saya.
Tapi saat itu saya tidak memperhitungkan Ari. Keputusan ada di tangan saya sendiri. Bisa saja saya tidak memberitahu Ari karena saya tidak mau merepotkan orang lain. Bisa saja saya bersenang-senang dengan pengalaman menginap di stasiun atau mesjid. Haha.
Hal yang paling sering ditanyakan teman-teman blog reader via e-mail adalah 'apa sih enaknya backpacking? Memangnya harus benar-benar ngegembel?'
Kalau menurut saya, menjadi backpacker itu bukan berarti harus sengsara di perjalanan. Backpacking itu cuma sebuah cara melakukan perjalanan yang hemat biaya tapi kaya pengalaman. Tidak perlu menginap di stasiun atau mesjid, atau emper toko kecuali terpaksa. Kalau ada penginapan murah, menginap saja disitu. Seorang backpacker juga bukan berarti dia tidak punya uang. Tidak punya uang dan menghemat uang beda artinya. Makanya perencanaan matang itu perlu. Kalau perjalanan harus dengan pesawat misalnya, sebaiknya pesan dari jauh-jauh hari supaya dapat tiket murah.
Backpacking juga tidak harus ke luar negeri atau luar pulau. Antar kota juga bisa. Dari Bandung ke Jakarta. Dari Jakarta ke Jogja. Atau dari Cimahi ke Anyer. Yang penting seni perjalanannya.
Saya ini jenis alone traveler. Kemana-mana sendirian. Dulu, saya ke Kalimantan Barat sendirian naik kapal laut, dua hari perjalanan. Sampai muntah-muntah hebat gara-gara mabuk laut. Kakak saya Usi dulu masih tinggal di sana. Ia marah-marah karena tidak tahu saya mau datang. Kalau tahu ia pasti kirim tiket pesawat, tidak akan seru. Makanya saya tidak bilang.
Waktu masih kuliah saya pernah nekat mengunjungi seorang teman yang rumahnya di atas sebuah perbukitan, di perbatasan Bumiayu (Jawa Tengah) dan Jawa Barat. Jalan kesana benar-benar offroad dan curam. Mobil angkutan yang ada berupa pick up yang ditumpangi banyak orang plus sayuran dan unggas. Pick up itu oleng ke kiri dan ke kanan, sementara jurang dan tebing menganga siap menelan bulat-bulat kalau kami terlontar jatuh. Wah seru! Kenapa saya kepingin ke sana? Karena bahasa daerah orang-orang di desa itu unik. Campuran bahasa Jawa dan bahasa Sunda yang sangat kasar. Bahasa yang menurut versi kesundaan saya hanya dipakai orang-orang di terminal dan buruh kasar, tapi menurut versi mereka itu bahasa yang bisa diterima bahkan ditujukan pada orangtua.
Ya. Saya punya point of interest sendiri. Saya tertarik pada heritage, antropologi, dan kuliner. Saya biasanya memilih gunung daripada pantai. Memilih makan daripada belanja. Memilih ke gedung bersejarah daripada ke kafe. At least, setiap traveler punya point of interest masing-masing. Karena itu, sebelum berangkat harus mencari banyak informasi tentang tempat yang dituju. Saya biasanya survei di internet dan bertanya ke teman-teman yang ada di kota yang bersangkutan atau sudah pernah ke sana.
Misalnya kalau mau ke Bali yang menjadi tujuan berlibur orang-orang sedunia. Cari tahu bulan-bulan apa yang biasanya dipenuhi turis. Percaya deh, Bali di musim liburan akan menjadikan traveler lokal tidak nyaman dan cepat bangkrut. Selain penuh sesak oleh bule, sesuai hukum ekonomi, maka semua harga di sana menjadi naik dua kali lipat untuk para turis.
Modal berani dan nekat untuk jadi backpacker hukumnya wajib. Saya pernah pergi dengan seorang teman ke Tegal, hanya demi mencicipi soto Tegal yang lezat itu. Sepanjang perjalanan ia mengeluh pesimis terus, sampai saya sebal. Padahal cuma ke Tegal. Bagaimana kalau ke luar pulau!
Bisa membaca peta dianjurkan. Jujur, saya agak malas baca peta. Saya lebih suka bertanya pada penduduk setempat. Kadang-kadang kalau beruntung kita malah ditawari singgah dan diberi minum lho, hehe. Lebih asyik lagi kalau bisa bahasa daerah setempat. Di daerah-daerah berbahasa Jawa atau Sunda, saya selalu dapat keuntungan karena menguasai dua bahasa itu.
Ini ada sedikit tips yang remeh temeh, tapi sebenarnya penting:
- Bawa barang sesimpel mungkin. Ransel berat membuat perjalanan tidak nyaman. Yang dibawa hanya yang benar-benar diperlukan. Jangan lupa bawa alat tulis dan agenda untuk membuat jurnal perjalanan. KTP/paspor, SIM, dan obat-obatan pribadi (penting: obat anti diare, obat sakit kepala, obat anti alergi). KTP kadang-kadang diperlukan sebagai jaminan menginap di hostel atau homestay (perjalanan luar kota).
- Uang, KTP/paspor, dokumen pribadi dan barang-barang berharga seperti kamera atau laptop ditempatkan terpisah dari tas ransel. Sebaiknya ada tas lain yang bisa dibawa kemana-mana, sementara ransel bisa ditaruh di penginapan. Saya biasanya memisahkan uang tunai yang saya bawa. Di dompet, di saku jins, di saku jaket atau tas kamera. Jadi kalau dompet hilang misalnya, saya masih punya sebagian persediaan uang tunai.
- Jangan pernah menitipkan tas pada orang yang tidak dikenal atau meninggalkannya di sembarang tempat meski hanya dalam hitungan menit. Jangan mengenakan barang berharga yang mencolok, kecuali jam tangan. Setiap bepergian, saya mengganti aksesori saya dengan syal, jam tangan sport, aksesori perak, batu dan kayu. Kesannya malah lebih bohemian :)
- Hati-hati dengan laptop dan kamera saat sedang tidur. Kalau penginapannya mempunyai fasilitas safety box, manfaatkan. Kalau tidak ada, tempatkan dekat dalam jangkauan pandangan.
- Kalau perjalanan jauh antar kota, antar pulau, atau bahkan antar negara, pisahkan shower kit dari ransel dan taruh di tas yang berisi dompet dan kamera. Jadi kalau setiap saat ingin cuci muka atau menyegarkan diri, tidak perlu repot membongkar ransel. Shower kit saya isinya sabun wajah, sabun cair, tisue basah, sikat gigi, pasta gigi, sisir dan cologne gel.
- Dua jenis pemborosan dalam perjalanan backpacking ke beberapa kota sekaligus adalah biaya menginap dan waktu yang habis di jalan. Saya biasanya memilih perjalanan paling malam dari kota A ke kota B dengan bus atau kereta. Jadi bisa sekalian tidur di jalan (hemat biaya penginapan) dan tiba pagi hari di kota berikutnya bisa langsung hunting ke obyek wisata (hemat waktu).
Hmm... Ayah sedang sibuk dengan kalkulator dan lembaran kertas-kertas. Mau beternak ayam potong, katanya.
Lho, kok mendadak? Tanya saya. Setengah mengomel Ayah bilang ia mau cari kesibukan sendiri gara-gara hobi traveling saya kumat lagi. Waduh! Hihi.
_____________
"Jalan-jalan melulu. Mau sampai kapan?" Usi. Menatap sirik dengan bibir setengah manyun.
"Sampai ada yang mesti diurusin di rumah. Dibuatkan masakan, dibuat nyaman, dan pasti tidak akan mengizinkan kalau ditinggal traveling sendirian. Kemudian berikutnya ada yang harus disusui, diganti popoknya, yang akan menangis menjerit-jerit karena kangen. Baru deh berhenti."
Saya ingat tulisan Popi yang kocak di blognya. Tentang betapa susahnya dia sekedar nongkrong sebentar untuk makan makanan kesukaannya di suatu tempat, sementara bayinya menunggu di rumah. Suatu saat saya akan mengalaminya juga dan berhenti memikirkan diri sendiri. Lalu pensiun dari jalanan. Janji :)
foto dari sini
happy traveling!
14 comments:
suatu hari, saya juga pengen ke jogja..sendirian
ato ntar ngajak mbak enno deh hihi
ahhh bohong sodara-sodara, prefer gunung daripada pantai, cuih!
bilang aja lo takut item
*bwakakakakakaka
kalo gua malah kebalikan lu no. paling gak bisa travel sendirian. hehehe.
dan gak bisa travel tanpa persiapan. kalo denger orang ke bandung, nyampe sono baru nyari hotel aja gua suka heran. kenapa gak reserve hotelnya dulu sih baru pergi. hehehe.
gua pernah tuh sekali ke singapur ama temen2 kantor gak pake beli voucher hotel dulu. gara2 temen gua bilang mau nyari apt aja biar murah. akhirnya gak nemu aja dong! sampe muter2, jatoh2nya ke hotel go show malah lebih mahal. sampe kesel banget gua rasanya. :P
gua lebih suka kalo travelling udah punya tiket pulang pergi, udah punya voucher hotel, udah tau tempat2 yang mau dikunjungi. pokoknya itinerary harus jelas dah. hahahaha. :D
@tha: itu sih judulnya minta ditemenin hehe
@mpe: hehe...iya emang salah satu alasan ga suka pantai gw males gosong :P kulit gw sensi sm sinar matahari langsung tau, benerin ke normalnya lama pula. bisa sebulan! sigh! :))
@arman: so you can't be a backpacker, man haha... lo ga suka efek kejutan sih :P
mending semuanya sendiri aja, beribet kalo kaya gitu :)
butuh waktu senggang yg cukup lama kalo mau backpacker,, yah minimal seminggu,, biar berasa :P
@fonega: kadang2 memang lebh enak sendiri, tapi kadang2 juga lbh enak ada temannya. tergantung situasi dan kondisi sih... :)
@shinta: kalo yg cuma luar kota masih satu pulau sih 3 hari jg cukup shin... yg penting kita dah punya daftar obyek yg mau dikunjungi :)
aihh..jogja..
kota itu ngangenin mbak,banyak kenangan juga dsana.. :')
saya biasanya kalo mw kluar kota pasti liat phonebook dlu, ada teman ga disana,khan bisa nebeng,lumayan hemat mba :D
kapan2 backpacker ke korea yukk mba.. *cek dompet* fyuhhh..
yuhuuuuuu...
enn, mau ikutan gak?
juli ato agustus ini aku mau backpacking ke NTT-NTB-BALI trus nyambung ke jatim, kalsel, kalteng, jakarta baru deh nyampe padang. wkwk.
impian yang terlalu lebai ya kayaknya..
@chiekebvo: hehe trik yg benar tuh haha,,,ke korea? asiiiik! aku mau ngapelin Jang Geun Suk ahaha :))
@hans: waduh? ga salah tuh? dari pulau ke pulau ya? itu bakalan lama, ga bs ninggalin bokap lbh dr seminggu.... :P
Kl pulng dr jepang pengen dech Backpacker-an ke Garut...(kl ini sich lbh tepatnya cari gratisan..heheheh)
kmrn pas new year sempet backpackeran jg ke tokyo...jd gelandangan krn ga dapet hotel. hikzzz
mmmm...bener bgt mba...muda nya dipuas2in biar kalo tua ngga jd tante2 ngeselin...wkwkwkwk....mamaku jg pernah bilang gt....kalo jaman muda nya uda "kenyang" pengalaman biasanya tua nya gag bakal aneh2...hehhehehe
@wury: kan msh ada love hotel? hahahaha
@gloria: hohoho bener banget tu mamanya! :D
salam kenal enno!
kemaren ngga sengaja aku nemu link ke blog kamu, ngendon lama banget disini. mulai -kisah abe- sampe backpacker!
di cerita backpacker, sepertinya kita punya banyak kesamaan. terutama kuliner! jarang kan ada yg pergi jauh antar kota cuma buat ngerelain waktu nyicipin masakan di sana karna keinginan spontan. hahaha. :D
Post a Comment