Malam itu hawa terasa panas. Pengap. Di luar gelap, tak ada bulan. Cuma cahaya samar yang menerangi halaman depan rumah, berasal dari lampu beranda. Seharusnya halaman lebih terang jika dua lampu taman yang mati dua hari lalu segera diganti.
Batang pohon mangga dekat tembok pagar memantulkan bias sinar lampu. Daun-daunnya tampak samar, gelap, gemerisik ditiup angin malam. Dahan-dahannya yang besar dan kokoh tampak seperti lengan-lengan berotot yang menjulur ke depan dengan ujung-ujung yang sudah dipangkas. Dan seseorang tengah duduk mengayun-ayunkan kaki di dahan yang paling besar.
Seseorang, apa? Tunggu dulu. Tengah malam begini? Tapi itu sungguh-sungguh siluet seseorang. Terlihat jelas dari balik tirai jendela kamar yang disibakkan. Seseorang duduk menghadap ke jalan, membelakangi jendela. Tampak rambutnya yang panjang terurai sepinggang dan memakai semacam daster berwarna putih.
Apa? Rambut panjang dan daster putih? Oh tidak, pasti Cuma salah lihat! Coba intip sekali lagi!
Tapi tidak, ia masih disitu. Duduk membelakangi jendela, di atas dahan besar itu sambil mengayun-ayunkan kaki.
....
RW sebelah gempar sejak kematian seorang ibu muda yang melahirkan bayinya. Nyawa keduanya tak tertolong. Seperti kepercayaan sebagian orang disitu, perempuan yang meninggal seperti itu arwahnya akan gentayangan.
Tak lama kemudian laporan-laporan penampakan hantu pun bermunculan. Kisah-kisah yang menyeramkan menyebar dari mulut ke mulut. Dari yang klasik sampai yang terlalu mengada-ada. Lalu penampakan di pohon mangga itu pun lama-lama tersiar. Giliran RW kami yang gempar. Mereka menganggap hantu itu pindah ke RW kami dari RW sebelah.
"Jadi sekarang dia ngontrak rumah disini?" Tanyaku pada sepupuku, si pemilik pohon mangga.
"Apa sih," ia merengut. "Kebiasaan deh! Giliran orang-orang lagi ketakutan, elu malah bercanda."
"Lho kan katanya pindah dari RW sebelah. Udah kayak pindah kontrakan aja. Semoga dia nggak mutusin ngekos. Nanti pindah pula dia ke rumah gue hahaha..."
"Lu ketawa-ketawa soalnya belum lihat sendiri."
Aku nyengir. Aku sudah lihat kok. Tapi diam saja, daripada ribut-ribut. Buktinya sekarang satu kampung ribut setelah tahu dari sepupuku.
"Ini gara-gara elu suka duduk di dahan mangga itu."
"Kok nyalahin gue?"
"Elu kan suka ngajak anak-anak gue duduk disitu sambil makan es krim. Mungkin hantunya jadi kepingin ngikutin."
"Hahahaha..." Aku terbahak-bahak. "Yang bener aja!"
"Malah ketawa," keluhnya sambil beranjak meninggalkan aku dengan sisa tawaku.
..........
Pohon mangga itu berdiri dekat tembok halaman. Daun-daunnya yang rimbun gemerisik ditiup angin. Dahan-dahannya yang besar dan kokoh seperti lengan yang menjulur ke depan.
Seseorang duduk di sana, membelakangi jendela. Mengayun-ayunkan kaki di dahan paling besar. Tampak jelas dari balik jendela sosok itu berpakaian biru.
Lho? Sejak kapan hantu suka berpakaian biru?
Bukaaaaan. Itu kan aku. Sedang duduk sambil makan es krim. Langit biru, matahari bersinar terik. Keponakan-keponakanku sedang bermain kejar-kejaran di bawah pohon. Lalu terdengar teriakan sepupuku dari beranda.
"Tuh kan! Duduk lagi disitu!"
Dasar bawel!
Batang pohon mangga dekat tembok pagar memantulkan bias sinar lampu. Daun-daunnya tampak samar, gelap, gemerisik ditiup angin malam. Dahan-dahannya yang besar dan kokoh tampak seperti lengan-lengan berotot yang menjulur ke depan dengan ujung-ujung yang sudah dipangkas. Dan seseorang tengah duduk mengayun-ayunkan kaki di dahan yang paling besar.
Seseorang, apa? Tunggu dulu. Tengah malam begini? Tapi itu sungguh-sungguh siluet seseorang. Terlihat jelas dari balik tirai jendela kamar yang disibakkan. Seseorang duduk menghadap ke jalan, membelakangi jendela. Tampak rambutnya yang panjang terurai sepinggang dan memakai semacam daster berwarna putih.
Apa? Rambut panjang dan daster putih? Oh tidak, pasti Cuma salah lihat! Coba intip sekali lagi!
Tapi tidak, ia masih disitu. Duduk membelakangi jendela, di atas dahan besar itu sambil mengayun-ayunkan kaki.
....
RW sebelah gempar sejak kematian seorang ibu muda yang melahirkan bayinya. Nyawa keduanya tak tertolong. Seperti kepercayaan sebagian orang disitu, perempuan yang meninggal seperti itu arwahnya akan gentayangan.
Tak lama kemudian laporan-laporan penampakan hantu pun bermunculan. Kisah-kisah yang menyeramkan menyebar dari mulut ke mulut. Dari yang klasik sampai yang terlalu mengada-ada. Lalu penampakan di pohon mangga itu pun lama-lama tersiar. Giliran RW kami yang gempar. Mereka menganggap hantu itu pindah ke RW kami dari RW sebelah.
"Jadi sekarang dia ngontrak rumah disini?" Tanyaku pada sepupuku, si pemilik pohon mangga.
"Apa sih," ia merengut. "Kebiasaan deh! Giliran orang-orang lagi ketakutan, elu malah bercanda."
"Lho kan katanya pindah dari RW sebelah. Udah kayak pindah kontrakan aja. Semoga dia nggak mutusin ngekos. Nanti pindah pula dia ke rumah gue hahaha..."
"Lu ketawa-ketawa soalnya belum lihat sendiri."
Aku nyengir. Aku sudah lihat kok. Tapi diam saja, daripada ribut-ribut. Buktinya sekarang satu kampung ribut setelah tahu dari sepupuku.
"Ini gara-gara elu suka duduk di dahan mangga itu."
"Kok nyalahin gue?"
"Elu kan suka ngajak anak-anak gue duduk disitu sambil makan es krim. Mungkin hantunya jadi kepingin ngikutin."
"Hahahaha..." Aku terbahak-bahak. "Yang bener aja!"
"Malah ketawa," keluhnya sambil beranjak meninggalkan aku dengan sisa tawaku.
..........
Pohon mangga itu berdiri dekat tembok halaman. Daun-daunnya yang rimbun gemerisik ditiup angin. Dahan-dahannya yang besar dan kokoh seperti lengan yang menjulur ke depan.
Seseorang duduk di sana, membelakangi jendela. Mengayun-ayunkan kaki di dahan paling besar. Tampak jelas dari balik jendela sosok itu berpakaian biru.
Lho? Sejak kapan hantu suka berpakaian biru?
Bukaaaaan. Itu kan aku. Sedang duduk sambil makan es krim. Langit biru, matahari bersinar terik. Keponakan-keponakanku sedang bermain kejar-kejaran di bawah pohon. Lalu terdengar teriakan sepupuku dari beranda.
"Tuh kan! Duduk lagi disitu!"
Dasar bawel!
foto dari sini
10 comments:
Haha bandel juga kak enno. Tapi masa sih kak enno gak takut? Kalo aku sih udah pasti takut.
hantuuuuuuuuuuuu....hihihihi...
senang mbak eno udah ceria lagi!!
Mangganya berbuah tidak? heheheh
Ati2 lho bajunya ntar kena getah.. :)
saya juga piara pohon mangga di samping rumah :)
mungkin RW sebelah lagi kebanjiran, jadi hantunya pindah.. hahaha
Uaaa serem amat mbak, tapi untung yg keliatan tampak belakangnya doank, takutnya kalo yg keliatan tampak depannya mungkin lebih serem lagi, hiii...
*ngelantur
Uaaa serem amat mbak, tapi untung yg keliatan tampak belakangnya doank, takutnya kalo yg keliatan tampak depannya mungkin lebih serem lagi, hiii...
*ngelantur
jadi ingat pohon mangga saya yang sering saya pake sebagai tempat pelarian ... :)
pohon mangganya klo berbuah kirim2 ya hehehe
@all: kalo hantunya, ada yg mau dikirim ga? :P
Post a Comment