Terasing

Sepanjang masa kecilku yang kuingat-di bawah tudingan tongkat kakekku yang tidak suka padaku karena aku dianggapnya membikin bangkrut orangtua-tempat yang paling kubenci adalah rumah sakit.

Waktu kecil, tubuhku sensitif pada udara dingin plus kami tinggal di Lembang Bandung yang suhunya sangat dingin. Akibatnya keluar masuk rumah sakit bukan hal baru bagiku di masa itu. Setelah kami pindah ke Bogor dan Jakarta yang udaranya lembab dan hangat, aku menjadi sehat dengan sendirinya. Tetapi tetap saja aku membenci rumah sakit.

Dan di tempat itulah aku berada, beberapa waktu yang lalu. Di sebuah kamar rumah sakit yang suram, dikelilingi aura kesakitan dan kematian. Ada hantu-hantu jelek yang sesekali muncul di jendela dan suster-suster yang tak satupun semanis Suster Sandra, pacar Denny. Cuma ada dua jenis suster di sana: tua, jelek dan judes; muda, jelek dan judes. Dan mereka semua gemar menusukkan jarum suntik dengan gaya melempar panah dart.

Tak ada satupun hiburan, meski sesekali ada yang menyelundupkan laptop agar aku masih bisa menulis dan menyapa teman-temanku.

Bau obat dan disinfektan membuatku muak dan ingin kabur. Meski aku tahu, begitu aku pulang ke rumah, segala persoalan itu akan menyerbu lagi.

.....

Pagi itu, seseorang meletakkan tangannya di atas tanganku. Tangan yang berat, kasar dan hangat. Tangan yang membuatku langsung membuka mata dan orang yang tak asing lagi itu tengah berdiri di sisi ranjangku.

Halo Warrior Princess, katanya. Siapa yang membuatmu jadi begini? Ia menyodorkan sebuket mawar sambil menyeringai. Ini untukmu. Seringainya berubah jadi gelak tawa ketika melihatku meringis.

Kamu kan tahu, aku nggak suka bunga, dodol! Sergahku. Ah, tapi aku tahu ia sengaja menggodaku. Membuat pertemuan ini menjadi lucu. Menghiburku agar tertawa.

Dan ia duduk di ranjang dekat kakiku. Wajahnya berubah serius. Kamu kenapa? Tanyanya. Kamu biasanya tidak begini. Kamu jarang sakit kecuali flu dan PMS kan? Lantas ia melihat sekeliling kamar. Mana dia? Tanyanya. Dia sudah datang?

Aku tahu siapa yang dimaksudnya. Aku mengangguk, lalu menggeleng. Mulai ngeri melihat wajahnya yang tiba-tiba gusar. Aku menarik-narik lengan kemejanya, mencoba menarik perhatiannya. Tapi ia tak menggubris wajahku yang memohon. Dia tahu kamu sakit? Ia menatapku tajam. Dia seharusnya tahu, ini sudah melewati batas yang bisa kamu tanggung sendirian.

Please, ujarku. Kamu tidak datang kesini untuk menghakimi orang kan? Kamu datang untuk menjengukku dan memberiku semangat. Bukan salahnya aku sakit. Tapi wajahnya yang menatapku seperti ingin berkata bahwa itu omong kosong. Kenapa aku merasa sudah salah mendukung hubunganmu dengan dia? Tanyanya keras.

Aku tidak butuh dukunganmu, sahutku dingin. Tolong jangan berpikiran buruk tentang siapapun yang sedang pacaran denganku. Kita sudah mengambil jalan masing-masing.

Kulihat ia menunduk. Maaf, katanya. Salah sendiri kamu rapuh. Kamu sendiri yang bilang aku ini pelindungmu. Dan seharusnya ia datang. Seharusnya ia yang disini, bukan aku.

Kamu pelindungku. Ya itu benar. Itu sudah cukup. Jangan ditambah-tambahi lagi, kataku. Ia tersenyum mendengarnya. Lalu kutarik lagi lengan kemejanya agar ia mendengarku. Aku mau pergi. Dan ia terkejut. Mau kemana? Tanyanya. Entah, sahutku. Bagaimana kalau ke Raja Ampat?

Papua? Ia meringis ngeri. Jauh sekali. Ke Jogja saja. Mama pasti senang kamu datang. Menginap di rumahku. Kamarnya kan banyak. Kamu bisa pilih paviliun yang luas. Aku kan di Jakarta, kamu tidak usah khawatir Mama mengira macam-macam.

Aku menggeleng. Ingat mamanya yang kecewa ketika kami putus dulu. Padahal mamanya begitu cocok denganku. Kami sama-sama suka jalan-jalan dan mengobrol. Aku ingat suaranya yang selalu riang jika kutelepon. Sayang, kapan menengok Mama di sini, Nduk? Nggak kangen sama Mama ya?

.........

Siang itu sebelum pulang, ia memberiku pelukan hangat. Cepat sembuh ya, katanya. Jangan bikin aku cemas terus. Kabari aku kalau butuh sesuatu. Kapanpun, jangan sungkan. Janji?

Ia pergi. Dan aku merasa kesepian lagi. Aku merasa terasing di sini.

_______________

Buat teman-teman yang mengirim pesan lewat e-mail, SMS, telpon, offline message YM, dan di blog ini, makasih ya atas doanya. Aku baik-baik aja. Aku ini warrior princess, kan? :)