Like This I Love Him

You came to my life
with what you were bringing,
made
of light and bread and shadow I expected you,
and Like this I need you,
Like this I love you,
and to those who want to hear tomorrow
that which I will not tell them, let them read it here,
and let them back off today because it is early
for these arguments.

(Like This I Love You, Beloved - Pablo Neruda)

...............

Sepenggal percakapan.
"Kamu habis medical check up ya, Kenzo?"
"Ya. Di Penang."
"Bagaimana hasilnya? Kamu baik-baik saja? Dokter mendeteksi kepikunanmu nggak?"
"Nggak. Dia membiarkan bagian itu. Lagipula, saya kan punya seseorang di Jakarta. Seorang editor. Dia yang akan memperbaikinya. Iya kan?"
"Jangan yakin dulu. Sepertinya dia sudah punya rencana mencuci otakmu!"
"Hahaha..."
"Kamu kok yakin sekali ada yang mau sama cowok pikun seperti kamu?"
"Hahaha... mungkin dia sedang kehilangan akal sehatnya waktu bilang 'ya'...?"
"Hey!"
"Hahaha. Gotcha, Enno!"

.......

Masih saja ada yang bertanya mengapa saya mencintaimu. Saya harus bilang apa? Tidak cukupkah bagi mereka membaca semua tulisan ini? Saya lelah memberi penjelasan. Padahal kamu sendiri pun tak butuh penjelasan apa-apa.

Mengapa saya mencintaimu? Saya tidak tahu. Meskipun kamu menyebalkan, pikun, suka lupa janji, pergi kelamaan, tidak punya banyak waktu, terlalu banyak kerja dan selalu membuat saya menunggu...

Dan hey, apa yang kamu selalu bilang jika harus buru-buru pergi di tengah obrolan kita?
"I must work, Enno. For our future 11 children, right?"
Dasar gombal! :)

Saya tidak tahu kenapa saya mencintaimu. Bagaimana saya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama itu, meski hanya dengan kalimat super singkat seperti kebiasaanmu?

Guys, I love him because...
Just being with him feels like I can defy the whole world.

Is it clear?