Saturday, March 28, 2009

Solitaire Part 2

Malam tadi, meski hujan gerimis, rasanya hangat sekali. Enam orang di sebuah meja, tergelak-gelak menertawakan masa lalu. Lima laki-laki, satu perempuan. Dan yang satu itu adalah aku.

Terkadang, meski sedang ingin sendiri, diajak bergabung dengan mereka tak mungkin bisa menolak. Jam sepuluh malam, kami bertemu di sebuah tempat di Tebet.

Dan mereka tidak bertanya kenapa aku sekarang berbeda. Aku yang dulu pendiam dan sekarang begitu periang. Mereka memperlakukan aku seperti sejak dulu memang begitu. Tak ada pertanyaan yang paling tak kusukai karena kuanggap itu privasi: kapan menikah?

Yu mengalungkan lengannya di bahuku, dengan ringan bertanya, "Kenapa rambutmu sekarang pendek? Dulu waktu SMP rambutmu panjang sebahu."

Den mengguncang-guncang tanganku. "Woooy! Si Bidadari Jatuh muncul!"

Dit yang tadi menjemputku di rumah memang sengaja tidak menceritakan akan mengajakku pada mereka.

Bom tersenyum lebar dan menatap surprise. El yang muncul belakangan menatapku bingung karena dulu kami memang tidak begitu kenal.
"Lupa?" Tanyaku sambil tertawa.
"Iya." Ia tersenyum.

Tetapi malam itu, ketika beledu hitam terhampar semakin lebar dan gerimis membasahi Ibukota yang mulai tertidur, kami berenam menjadi saudara. Tak ada kisah yang tak dibagi, sekalipun itu kenakalan paling vulgar mereka sebagai anak lelaki.

"Eh, lupa! Ada cewek nih!" Seru Yu pada yang lain sambil menepuk punggungku dan nyengir lebar tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Ha! Just go on." Aku tertawa. "Baru cerita begitu saja sih apa anehnya!"

Kami membicarakan tentang reuni akbar yang ingin kami gelar. Kami rindu kembali ke sekolah, bertemu guru-guru yang telah menjadikan kami seperti sekarang.
Ternyata kami mencintai mereka, meski dulu kami benci dengan segala pekerjaan rumah, soal-soal ujian yang sulit, kecerewetan dan kedisiplinan, dan hukuman-hukuman yang dulu kami anggap menyebalkan itu.

Jam setengah satu pagi, ketika hujan berhenti, kami memutuskan berpisah. Dan aku diperlakukan seperti perempuan lagi.

"Yu, antarkan Enno pulang ya!" Kata Dit.
"Beres." Yu menggamitku ke mobilnya. "Yuk, kuantar kamu!"

Malam tadi rasanya hangat sekali. Aku kembali ke masa remaja yang indah dan tak pernah susah.

Hey guys, terima kasih sudah mengurai kenangan bersamaku!
_______________

Last night I was not a solitaire woman for a while ...

2 comments:

Anonymous said...

Friendship is like a wine : the older the better its taste ;)

Enno said...

that's right, ka... :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...