Wednesday, March 11, 2009

Di Luar Mendung

Kadang menjadi lebih baik atau lebih buruk itu ada waktunya."
"Tapi aku nggak mau jadi lebih buruk, kamu tahu."
"Dan kamu takut menjadi lebih buruk, kan?"
"Ya aku takut."
"Harusnya kamu memikirkan saja yang kamu ingin seperti apa."
"Sudah. Lalu?"
"Ya sudah. Tinggal tunggu saja, yang baik akan datang."

Di luar mendung. Aku baru saja bercakap-cakap dengan seseorang. Ia baru pulang dari India, memuaskan hobi fotografinya di sana.

Lalu tiba-tiba seorang teman berdiri di depan pintu. Tertegun, menatap nanar kepadaku.
"Hey, kamu pakai gaun?" Ia bertanya.
Aku memang memakai gaun ke kantor hari ini. "Kenapa? Jelek ya?"
"No. You look so..."
Kulempar ia dengan gumpalan kertas sebelum menyemburkan kata-kata pujian basi. "Ah, cuma sedang bosan pakai jins!"
Tadi di chat room, adikku juga menertawakan aku.
"Habis sedih-sedih, lalu mendadak gembira karena badan sedang kurus dan bisa pakai gaun lagi. Perempuan memang aneh," ejeknya.

Di luar mendung. Aku memikirkan lagi nasehat itu. Aku harus memikirkan saja yang aku ingin seperti apa.

"Sudah," sahutku pada orang itu barusan.
Dan ia tidak bertanya apa yang kuinginkan karena ia sudah tahu.

"Retno, coba berdiri dulu deh." Temanku menarikku dari kursi.
"Aduh, ada apa sih ini?"
Ia memutar-mutar badanku seolah aku ini manekin di toko baju.
"Hmm. Bagus juga ya. Warnanya merah. Ah, aku juga mau beli gaun seperti ini. Beli dimana sih? Ada warna lain tidak?"
Aku duduk lagi. Tak ada minat membicarakan fashion.
"Ret, beli dimana?"
"Dimana-mana."
Ia mencibir.

"Mas, bawa foto-foto buatku dari sana?"
"Banyak."
"Asyik! Lihat..."
"Masih diformat. Nanti ya."

"Retno, beli dimana?"
Aduh, si penggila fashion ini! Kutuliskan nama sebuah toko di sobekan memo. Kuulurkan padanya.
"Oh, ini kan yang di... " Temanku itu mengangguk-angguk.

Di luar mendung.
Kemarin ia bertanya, "What do you want for yourself?"
Dan kuberikan jawabanku padanya.

"Retno, ini kan yang di... "
"Oh, sudahlah!" Aku meraih tasku dan menyeret temanku pergi. "Ayo deh kuantar saja!"

Di luar mendung. Tapi setidaknya, aku tahu apa yang kuinginkan. Ah, bukankah aku selalu tahu...


3 comments:

Adhini Amaliafitri said...

kenapa panggilannya juga mas?
dan kenapa juga pas baca postingan ini ko berasa ngiris hatiku yah?
apa kisah qta mirip mbakk?? :)

Enno said...

@adhini: orang yang kupanggil mas, dengan orang yang bertanya 'what do you want for yourself' itu orangnya beda, dhini....

yg kupanggil mas itu sdh seperti kakakku. yg bertanya itu belahan jiwaku :)

semoga kisah cintamu berujung bahagia dear :)

Adhini Amaliafitri said...

tak kira itu orang yg sama, dan panggilannya mas. semoga kisah cintamu berbahagia selalu mbak eno :)

dan pintamu, aku aminkan dari hati terdalam :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...