Kamu Ketahuan

Hey Pak,

Kemarin saya lihat Bapak, sedang makan malam di hotel berbintang lima. Bapak tidak melihat saya? Ah, padahal saya selalu melihat ke arah Bapak. Bapak sedang bersama seorang perempuan muda. Cantik sekali dia. Itu bukan isteri kan, Pak? Saya hapal wajah isteri Bapak. Saya kan pernah beberapa kali bertamu ke rumah Bapak.

Saya ingin menghampiri Bapak. Menyapa seperti biasa. Dulu, beberapa tahun yang lalu, Bapak narasumber favorit saya. Kita suka berdiskusi panjang dan saya dapat banyak masukan. Kuliah gratis Bapak membuat saya bertambah pintar. Dan ajakan makan sate langganan itu membuat timbangan saya naik terus.

Kalau saya menghampiri Bapak, apakah Bapak akan menyapa saya? Jangan-jangan Bapak malah pura-pura tidak kenal.

..... Selamat malam, Pak. Apa kabar? Sudah lama nggak bertemu. Saya Retno, Pak, dari majalah X (mestinya saya tidak perlu membawa 'bendera'. Toh kita sudah saling kenal secara personal).
Ah, masa Bapak lupa sama saya? Saya yang dulu di majalah Y itu lho. Waktu Bapak masih di kementerian kan saya sering wawancara di kantor Bapak.

Wah, bukan yang itu, Pak. Itu bukan saya kali ya. Saya mana pernah datang tak dijemput, pulang tak diantar. Memangnya saya jailangkung. Saya kan dulu suka numpang mobil Bapak. Kadang-kadang diajak makan sate langganan Bapak di dekat Senayan. Yaaah, Bapak kok nggak ingat. Padahal berat saya sampai naik gara-gara keseringan makan sate.
Saya yang waktu itu suka nyelonong masuk. Kan saya sudah kenal petugas protokoler Bapak. Petugas yang menyebalkan itu lho, Pak. Yang bilang saya anak kecil nggak sopan. Anak kecil? Sembarangan!

Aaaaah... Bapak masih nggak ingat juga? Saya kan wartawan yang dulu sering Bapak takut-takuti. "Kamu manis begini kenapa jadi wartawan? Berkeliaran di jalan nanti kulit kamu jadi hitam lho. Hilang manisnya." Waduh! Harusnya dari dulu saya sadar kalau Bapak itu agak genit ya

Masih nggak ingat saya, Pak? Ya sudahlah. Sepertinya semakin tua Bapak semakin pikun ya. Hati-hati Pak, kurangi rokok dan makanan berlemak. Nanti Bapak kena Alzheimer. Dan jangan kebanyakan mengkonsumsi obat kuat, Pak. Saya masih ingat Bapak punya gejala penyakit jantung. Eh, kok Mbak mendelik sama saya? Maksud saya kan baik. Saya kan sedang mengingatkan Bapak.

Salam buat Ibu ya, Pak. Apa? Oh, enggak. Enggak bakalan saya cerita-cerita ke orang lain kalau saya ketemu Bapak di sini. Oh ini keponakan Bapak. Halo, Mbak. Cantik banget ya ternyata kalau bertemu langsung. Saya wartawan dari majalah X. Oh iya saya sudah bilang tadi ya. Silakan teruskan obrolannya. Maaf sudah mengganggu. Permisi.

Eh? Ya Pak? Nggak usah, nggak usah. Terima kasih banyak. Jangan repot-repot. Saya sudah mau pergi. Bill-nya sudah dibayar kantor.

Nah, sudah tahu bakal begitu. Mendingan tidak usah menyapa Bapak.

Hey Pak,

Kalau saya ini wartawan hiburan, sejak kemarin gosip tentang paman dan 'keponakan' sudah beredar di setiap media infotainment. Bapak pandai deh memilih artis yang cantik. Haha.