Wednesday, August 6, 2008

Shinta

: Dwarapala

Gelap memagutku saat Kala menelan bulan.
Gerhana mendekap semesta.

Aku tak ragu bahwa kamu adalah arca paling batu.
Ketika segala terabadikan di sini, tetap saja menjadikanmu bisu.

Aku Shinta yang ditinggalkan Rama, dilarikan Rahwana ke Alengka.
Tersesat dalam labirin, mencari jalan pulang.

Hutan menjadi api suci.
Melalapku, meretasi segala sangsi atas perasaanku.

7 comments:

Teuku Zulfikar Amin said...

hmm apa lagi ini.....??

rahmadisrijanto said...

hmm,
beberapa minggu belakangan ini, aku sering berkunjung di blog enno, jujur aku merasa kecil sekali didepan rangkaian kata-katamu, terintimidasi oleh kecerdasan, tata bahasa, intelektualitas dan menarinya kata-kata yang menyejukkan. mata ini laksana dihempas semilir angin sejuk di tengah padang samudra.
aku berkata pada diriku, apakah ini yang dirasa pula oleh orang yang rela berjam-jam berdiri bak patung, didepan sebuah lukisan abstrak?
jika ada saja sedikit waktumu (tak perlu banyak, aku takut kau terhenti menulis (untukku) kata-kata yang menghipnotis, aku ingin mengulur tanganku dan berkata,
hai, aku adhie....
http://rahmadisrijanto.wordpress.com

Enno said...

slugger: makanya jgn pacaran mulu... gak pernah baca Ramayana ya? :p

rahmadisrijanto: hallo adhie, salam kenal. Makasih ya sudah sering berkunjung :)

Anonymous said...

saya suka tulisan ini, mbak :)

Enno said...

cerita senja: terima kasih ya :)

hari Lazuardi said...

kamu dilarikan tukul rahwana kemana shinta? he.he.he alengka apa majalengka, sampai tersesat begituh... :)

Enno said...

@hari: hehehe tau ah! ;p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...