Tuesday, March 28, 2017

Algernon Project: A Prolog

I see you,
When on the distant road
The dust rises,
In deep night,
When on the narrow bridge

- Wolfgang von Goethe, "I Think of You"


Apa yang ingin saya ceritakan tentang draft ini, adalah tentang betapa saya mencintai proyek naskah yang satu ini.

Suatu dorongan hati, menggerakkan saya untuk membuka laptop dan menulis di suatu pagi. Tentang sepasang anak muda yang bertemu di sebuah kota, di bagian selatan Jerman.

Dan saya menulis, mula-mula tanpa outline.

Saya menulis sampai malam, hari itu. Di benak saya tergambar jelas sosok kedua tokoh saya. Algernon yang kepengin mati, dan Demitria yang mencintai hidup.
Saya larut dalam dunia mereka. Dunia yang sebenarnya saya ciptakan sendiri.

Selama menuliskan kisah mereka, saya terbenam dalam karakter Algernon yang depresi. Tingkah laku saya sehari-hari jadi sedikit aneh, dan itu saya sadari.

Kenapa saya sangat mencintai proyek ini? Entahlah.
Mungkin karena secara tidak terlalu sadar, saya menuangkan hal-hal pribadi yang merupakan bagian dari diri saya.

Bahwa saya kadang-kadang membenci hidup, sekaligus ingin hidup seribu tahun. Saya menyukai bangunan-bangunan dan kota-kota lama, seperti Würzburg yang menjadi lokasi kisah ini. Saya menyukai warna oranye, merah dan kuning, dan menyukai kabut. Seperti karakteristik musim gugur, musim yang mempertemukan Algernon dan Demitria.
Saya juga menyukai buku-buku dan sastra klasik, yang menjadi benang merah kedua tokohnya. Dan saya, adalah orang yang tidak pernah kehilangan harapan, seperti pesan moral yang disiratkan kedua tokohnya.

Dalam satu bulan, saya merampungkan kisah ini. Benar-benar sebuah rekor, karena biasanya saya butuh waktu paling cepat 3 bulan untuk menyelesaikan sebuah naskah.

Ketika selesai, ada kebanggaan tersendiri dalam hati. Bukan karena, memecahkan rekor selesai 1 bulan.
Ini semacam kebanggaan kepada anggota keluarga.
Dalam hal ini, saya bangga pada Algernon dan Demitria.

Sungguhan, nulis tanpa outline? Tanya seorang teman penulis.
Ya. Saya melaju tanpa outline kali ini. Hanya coretan-coretan dialog atau adegan-ditulis tergesa-gesa di sembarang kertas, yang tiba-tiba pop up di kepala saat sedang tidak bisa membuka laptop.

Bukan berarti saya menyarankan untuk tidak membuat outline saat hendak menulis, lho. Bagaimana pun, outline itu penting.
Dalam proyek ini, saya hanya sedang menantang diri sendiri. Bisakah saya menulis tanpa outline, hanya berdasarkan ide segar, yang langsung ditempatkan di naskah? Ibaratnya ini permainan puzzle.

Ribet? Iya. Pusing? Iya. Bingung? Iya.
Tapi akhirnya saya melewati itu semua. Dan naskah Algernon Project akan segera diterbitkan dan bisa dibaca.

Penasaran?
Sabar.
Sementara sedang diperiksa editor, saya akan bercerita lagi tentang draft ini nanti.

3 comments:

Samuel Yudhistira said...

waow nampak menarik kisahnya dan kisah di balik penulisan naskahnya. :D
kapan bisa dinikmati?

tantri cute said...

sumangaaatttt

Selfish Jean said...

Wah lama juga nggak update di sini ya, No. *ngomong sama diri sendiri juga*

Semangat dengan proyek barunya ya, No!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...