Ia seperti bara yang sembunyi dalam sekam. Menjalar perlahan di antara serabut. Jari-jari apinya merayap sedikit demi sedikit. Merasuk ke dalam hati, menguasai kehendak jiwa. Akhirnya akan berkobar juga. Membakar dengan garang.
Ia itu seperti arsenik. Tak berasa, tak beraroma. Hanya dosis kecil, mungkin dalam kopimu lalu tertelan ke lambung. Disana ia menjalar perlahan, berenang dengan santai di pembuluh darah. Kau masih bisa tertawa dan berdansa sebelum akhirnya ia tiba di jantung dan membungkamnya.
Sekali waktu ia berubah seperti gula. Manis. Legit. Membumbungkan eforia dan bahagia. Naif, inosens. Tapi ia mengendapkan diri dalam tubuhmu. Lalu membuatmu kena diabet.
Ia bukan angsa putih. Ia hanya angsa hitam yang mengecat bulunya menjadi putih.
Hmmm.. tapi tampaknya ia lebih mirip bahaya laten, kan? Tiarap. Sembunyi-sembunyi. Menyusup di belakangmu. Sok baik. Sok manis. Tapi dengan pisau di punggungnya dan senyum munafik yang cantik.
Suatu hari saat kau mulai terlena, ia menusukkan pisaunya dan kau mati.
*Lalu ketika orang-orang bertanya kenapa ia melakukannya, ia hanya angkat bahu dan menjawab dengan enteng: 'Sori, kami sudah tidak cocok lagi'*
foto dari sini
8 comments:
kenapa saya merasa cerita ini seolah tentang saya ya...
haha itu orang di atas sensi amat yak hahaha.
gatau deh pas baca tulisan embak, ane jd bayangin seseorang. Eh nggak deng beberapa orang dan 'dia' tentu saja.
IIIIIH COWOK EMANG NYEBELIIIIIIIN.
aku ketawa lihat gambarnya!!!
lucu banget tuh
ada jeruk yang depresi hehehee
aduh lucunyaaa
Tante Enno apa kabar???
kengen gak sama Dija?
Ah gambarnyaaa! Kasian Mr. Orangeee. Diselingkuhi sama Mr. Banana, sampe mabok-mabokan. Hiks.
Pengen ketemu kakak. Titik.
wah serem tuh orang yang begitu...
Good men are taken, No...
Post a Comment