Monday, October 4, 2010

Ada Aku

Hari itu, ibuku merengkuh kepalaku ke dadanya dengan sebelah tangannya yang masih bisa bergerak. Tanpa kata karena terlalu melelahkan baginya untuk bicara. Aku tenggelam dalam turun naik napasnya yang berat. Di antara payudaranya tempat ia menyusuiku dulu.
"Tidak apa-apa, Bu. Retno tidak apa-apa. Retno baik-baik saja, Ibu juga pasti akan sembuh..."

..............

Ibu, waktu darah mengalir deras dari tubuh Ibu, sampai pamper, seprei, baju dan selimut Ibu kuyup oleh darah segar, apa yang Ibu pikirkan? Aku tahu Ibu terlalu lemah untuk bicara. Kondisi Ibu menurun lagi gara-gara pendarahan itu. Padahal dua hari sebelumnya Ibu sudah bisa mengobrol dan bercanda dengan suster-suster itu.

Apa yang Ibu pikirkan malam itu saat Usi takut darah, sembunyi di balik tirai dan aku membantu suster jaga membersihkan darah yang menggenangi tubuh Ibu di ranjang? Darah segar, Bu. Entah dari mana asalnya. Mungkin lambung, mungkin wasir. Tapi kenapa tak kunjung berhenti sepanjang malam? Seperti air keran, mengalir deras dari lubang anus sampai Ibu harus ditransfusi dan dipasangi dua infus.

Ibu jangan khawatir. Aku tidak akan menangis seperti dua anakmu yang lain. Yang satu cuma bisa menangis sepanjang waktu, yang satu lagi tidak fokus menjaga Ibu karena lebih banyak jalan-jalan ke pertokoan di sebelah rumah sakit atau tidur. Ibu jangan khawatir, ya. Masih ada aku, yang tidak pernah beranjak dari ranjang Ibu. Aku selalu mengaji untuk Ibu, tersenyum, dan berceloteh tentang hal-hal yang lucu meski Ibu cuma bisa menatapku dan tak kuat bicara.

Biar aku saja yang menyuapi Ibu, karena Usi selalu membuat Ibu tersedak. Biar aku saja yang mengusap kening Ibu sampai tertidur karena Ajay cuma bisa menangis sambil memegangi tangan Ibu.

Maafkan kedua saudaraku ya, Bu. Toh masih ada aku yang membereskan semuanya.

Jangan khawatir tentang Ayah, Bu. Aku selalu memasak untuk Ayah. Tidak ada jeroan dan sayuran yang membuat asam uratnya kumat. Aku berhati-hati. Kelinci-kelinci dan semua kucing Ibu selalu kuberi makan. Dan Nunung, pembantu kita yang agak dungu itu, selalu kudiktekan tugas-tugas dan kuawasi sampai beres. Aku membereskan semua urusan sawah dan kebun. Mengawasi panen, mengatur bibit dan segala urusan pajaknya.

Apa yang Ibu pikirkan saat menatapku yang sedang membersihkan darahmu? Aku tidak takut darah, Bu. Aku cuma takut kehilangan Ibu. Kalau bisa, ambillah separuh kesehatanku. Supaya Ibu sembuh dan pulang ke rumah, lantas setiap malam muncul lagi di depan pintu kamarku untuk menggodaku.

"Ibu tidur sama kamu ya?"
"Enggaaaaak! Ibu suka ngorok!"

Aku tidak akan menangis dan menatap ngeri dua infus dan satu slang transfusi di sekeliling ranjangmu seperti Usi. Aku tahu itu semua untuk kebaikan Ibu, untuk kesembuhanmu. Aku yang mencari informasi tentang endoskopi ketika Usi hanya bisa bingung saat dokter menyodorkan solusi itu.

Kata Bayu, endoskopi itu perlu dan relatif aman. Supaya penyebab pendarahan Ibu segera diketahui. Anestesinya tidak total seperti saat Ibu menjalani MRI. Bayu bilang pada endoskopi anestesinya seperti pada kuratage (kuret rahim), dengan obat tidur. Jadi kami tidak perlu khawatir Ibu kehilangan kesadaran berhari-hari seperti sehabis MRI waktu itu. Aku percaya pada Bayu, Bu. Ibu juga selalu percaya padanya. Ia anak tetangga kesayanganmu.

Bu, cepat sehat ya. Cepat pulih. Lalu nanti kita cari ahli terapi untuk tangan dan kaki kirimu yang tak bergerak itu. Tidak, Ibu tidak lumpuh. Sudah kubilang berkali-kali itu cuma lemas, Bu. Nanti bisa bergerak lagi kalau dilatih dengan rajin.

Ayo semangat, Bu. Kita tunggu tiga hari. Kalau obat suntik paling bagus itu bekerja dan Ibu tidak pendarahan lagi, dokter bisa segera melakukan endoskopi. Ibu bisa mendapat pengobatan yang tepat dan bisa segera pulang.

Jangan pikirkan apa-apa, Bu. Jangan khawatir. Ibu kan tahu bahwa aku selalu bisa diandalkan.
___________________

Saat pendarahan otak Ibu dinyatakan semakin pulih dan mengecil, Ibu malah mengalami pendarahan dari anus. Saking banyaknya dan terjadi selama empat hari, dokter memberikan transfusi. Kondisi Ibu drop lagi. Wajahnya pucat pasi dan terlalu lemah untuk bicara. Kami memutuskan mencoba obat anti pendarahan paling bagus meski harganya sangat mahal. Diperlukan tiga hari penggunaan obat tersebut sampai pendarahan Ibu dinyatakan berhenti dan bisa dilakukan endoskopi.



foto dari sini



Image and video hosting by TinyPic

13 comments:

Freya said...

mbak enno, yang kuat yah menghadapi semuanya. Semoga ibunya mbak Enno cepat sembuh. AMin.

owly said...

Enno, yang kuat yah. aku doakan semoga ibu cepat sembuh...

-Gek- said...

Kita doakan biar Ibu cepat sembuh ya Mbak...

rizakidiw said...

wah aku sampe nangis bacanya mba,,,,,,
sabar ya mba,, moga cepet sembuh ibunya,,

Ikrimah Muzdalifah said...

sabar ya mba...
semoga cepat diberikan kesembuhan buat ibunya mba Enno...

Chici said...

Yg kuat dan sabar ya mbak, saya juga bantu doa biar ibu cepat pulih...

Ruthie said...

Yes. Be strong, dear friend.
And do your best, God will take care the rest.

empe said...

gw tau lo pasti selalu kuat mbok :)

semoga cepat sembuh ya si ibu, kalo sempat kabar2in lagi kita disini

Arman said...

enno.. moga2 ibu lu cepet sembuh ya no...
yang kuat ya.. terus berdoa...

Ila Schaffer said...

enno harus kuat!! yg sabarr yaa.. moga'' ibunya cepet smbuhh.. AMIINN!!

Ila Schaffer said...

enno harus kuat!! yg sabarr yaa.. moga'' ibunya cepet smbuhh.. AMIINN!!

Enno said...

@semua: makasih ya dukungan dan doanya.... iya kuat deh, kan warrior princess :)

Gloria Putri said...

aq suka gambar ilustrasinya mba :)
strong girl :)
semuanya ini bikin kamu kuat ya mba...semoga aq bs begitu

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...