Jakarta. Day 13

Ucup yang paling tahu apa yang paling sering saya lakukan selama di Jakarta. Berburu lingerie. Setiap saya bilang saya mau pergi, dan ia tanya mau kemana, maka saya selalu bilang "biasa, beli beha." Ia terbahak-bahak, tapi sepertinya tidak merasa heran. Masalahnya, calon isterinya si Sandra itu juga hobi berburu lingerie.

Tidak sih, saya tidak hobi. Lingerie hanya salah satu dalam daftar barang yang harus saya beli mumpung berada cukup lama di Jakarta. Masalahnya, saya memang sedang memuaskan kerinduan saya pada kota ini. Jadi saya mencari-cari alasan untuk berkeliaran di setiap sudutnya.

Saya sedang dilanda kebosanan akut, Ucup juga. Rasanya tidak sabar untuk segera terbang ke Medan dan bersenang-senang. Saya bahkan sudah tidak peduli lagi pada diet. Masa bodoh, toh pengantinnya juga tidak peduli salah satu bridesmaidnya tak lagi langsing. Dan kalau si groomsman yang akan berjalan di sebelah saya nanti keberatan menggandeng cewek gendut, bertukar partner juga tidak apa-apa lho *devilish grin*
Hmm... saya langsung akan mengusulkan Andreas, si brondong ganteng! Hehehe...

Kalau tidak sedang keluyuran keliling kota, saya di rumah saja. Menemani tante saya yang tinggal sendirian, membantu membereskan rumah, memasak, membaca novel-novel koleksi sepupu saya atau menonton drama Korea.

Sungguh hidup yang membosankan. Tak heran saya jadi judes belakangan ini.

................

"Eh mbak! Mbak! Ningsih udah nggak kerja lagi ya?"
"Ningsih udah keluar, mau nikah."
"Oh... Mbak penggantinya Ningsih ya? Asalnya dari mana?"
"Saya? Hmm.... saya dari Cirebon."

Saya bercermin dan tertawa sendiri. Pembantu tetangga sebelah mengira saya pembantu baru tante saya. Mungkin memang mirip pembantu ya, mengingat setiap hari ia melihat saya menyapu, mengepel, menyiram tanaman dan membuang sampah ke bak sampah bersama di ujung jalan. Iya, mungkin mirip. Itu juga kalau memang ada pembantu yang berani berpakaian tshirt tanpa lengan dan celana jins buntung sepaha seperti yang saya pakai sehari-hari.

Memangnya ada? Ckckck