Monday, April 26, 2010

Gulali





Denny menunjukkan foto-foto itu di Kaskus. Saya jadi ingin menangis. Anak itu kelihatan ingin sekali gula-gula di depannya, tapi terlalu miskin untuk punya sekeping uang sebagai penukarnya. Saya marah pada siapapun yang berada di sana, dan tukang gulali itu. Kenapa tak seorang pun yang berbaik hati membelikan sebatang gulali itu? Kenapa si penjual begitu tega membiarkan anak itu berdiri di sana? Memangnya dia rugi kalau memberikan sebatang gulalinya cuma-cuma?

Di masa kecil saya, ada seseorang dengan wajah seperti itu setiap kami berangkat dan pulang sekolah melewati penjual es krim dan gulali. Wajah sedih yang sama, mata mendamba yang sama....

Masa kecil saya juga prihatin. Meski begitu saya masih cukup beruntung karena diberi uang saku meski sedikit. Kadang-kadang Ibu memberi saya uang saku untuk dua hari sekaligus dan tidak boleh minta lagi sampai hari ketiga. Uang saku yang jumlahnya hanya cukup untuk membeli sebatang es krim atau sebatang gulali dan sebuah es lilin.

Bagaimana pun saya beruntung bisa membeli meski hanya sebatang es krim. Tapi Tantri tidak. Saya sering mengorbankan uang jajan hari kedua saya agar dia bisa makan es krim bersama saya. Tahu kan? Es krim kampung yang penjualnya berkeliling sambil memukul kenongan dari logam. Kami dulu menyebutnya es tungtung.

Saya menarik tangannya ke penjual es krim itu. "Kamu mau?"
Ia menggeleng malu. Tapi saya tahu, ia mau.
"Bang, dua!"
Satu es krim saya pegang, satunya lagi saya berikan padanya. Begitu juga jika ada penjual gulali. Saya memesan bentuk yang lucu, biasanya binatang. Satu untuk saya, satu untuknya. Ia tersenyum senang dan bilang terima kasih dengan lirih. Matanya berbinar. Ekspresi yang tidak pernah saya lupakan sampai sekarang.

Seseorang juga pernah bercerita tentang masa kecilnya yang prihatin, yang sering terpaksa harus memilih membeli permen atau makan mie. Ia tumbuh menjadi orang yang hebat sekarang. I love you, sayang :)

Saya cuma berharap, masih banyak orang di dunia ini yang selalu berbagi untuk sesamanya.


Image and video hosting by TinyPic

12 comments:

mayank said...

maiank pengen peluk anak itu...

Intan Alasdair said...

You're a saint, you know that. Even ever since you were little. :)
I miss you and reading your beautiful blog. This post is undoubtedly one of those wonderfully inspiring, signature posts of yours.
:) His little face touches my heart deeply. As does this post. Thank you for sharing. :)

Anonymous said...

so sad.. :(

Wuri SweetY said...

karena berbagi itu indah kan mbak enno...andai salah satu dr kita ada disamping anak itu pst kita akn lihat binar mata anak itu spt binar mata tantri kecil.

kristiyana shinta said...

thx for remind me,
i realize that we are not alone, we have to help one to another, even just doing a little thing which can make other people happy

really love to read this post :)

Enno said...

@maiank: sama.. :)

@intan: i'm not saint, intan. I just try to share each other, especially to my friend :) but thx anyway, I miss u too... bussy ya? :p

@nona senja: semoga memberi inspirasi :)

@wury: iya... kalo kenal, pasti udah kuajak pulang ke rumahku :)

@kristiyana: thx ya :)

chiekebvo said...

tega..tega..tega... :'(

Enno said...

cup cup cup... iya kasian ya

tapi udah dong brenti, entar banjir lagi jakarta gara2 kamu nangis :P

De said...

Hiks...hiks...kasihan si dedek. sini aku kasih duit lima ratus. cukup nggak beli gulali? kalo gak, permen aja deh, kan 500 dapat tiga...

- M3NOQ - said...

sad face on cute face.....(sedih liatnya)

Tengkyu 4 sharing ya mbak...
mengingatkan saya untuk tidak lupa berbagi.

cheers

titaz said...

ah pengen memeluk anak ituuu....

Enno said...

@wiwit: belikan permennya yg cukup buat sebulan bisa? :)

@menoq: nah kalo gitu bagi aku cupcake sini! aku lagi pengen... :p

@titaz: hehehe... aku juga mau dipeluk dunk :P

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...