Monday, February 2, 2009

Fyuh!

Kok logat lu sekarang kayak orang Medan?" Kiki terbahak.
"Iya." Kak Bintang yang sedang tidur-tidur ayam di kursi dengan kaca mata hitam ala seleb ikut menyahut.

Sore itu kami sedang bersantai di pinggir kolam renang sebuah hotel. Seusai deadline yang melelahkan, saya dan teman-teman satu kantor memutuskan menghabiskan akhir pekan dengan menginap di hotel dan menjajah salah satu karaoke room-nya. Bernyanyi non stop bak artis ngetop sampai pukul setengah satu pagi.

"Masa?" Saya yang sedang memperhatikan Zaki, anak lelaki Kiki bermain air, mendongak. Menyeringai lebar. "Gara-gara bergaul sama elu-elu nih!"

Kiki Harahap dan Bintang Simorangkir, jelas-jelas orang Medan. Dan tiga hari saat deadline, saya mendampingi Arief, desainer majalah kami, yang juga orang Medan. Adik angkat saya, Sitorus itu, juga orang Medan. Dan pacar saya? Meskipun dia selalu berbahasa Inggris, ayahnya kan orang Medan. Apa saya ketularan ya? :)

By the way, melihat Zaki main air, sesungguhnya saya ingin sekali menceburkan diri ke kolam itu. Mumpung sepi. Tak ada tamu hotel di kolam renang selain kami. Rasanya jadi seperti di halaman belakang rumah sendiri.

Tapi saya sedang gemuk. Nggak sudi memperlihatkan diri di depan ibu-ibu batak doyan berkomentar itu. Haha. Belakangan ini saja Kiki selalu memanggil saya 'Endut.'

Berat badan yang bertambah, meskipun cuma tiga kilo, agak sedikit menyebalkan buat saya. Baju-baju saya jadi mulai terasa ketat dan tidak nyaman. Akhirnya belakangan saya berganti gaya busana, dengan blus-blus dari kaos katun yang longgar, yang untungnya sedang tren. Berat badan yang bertambah juga membikin saya risih dan membikin saya ingin mencolok mata cowok-cowok.

"Kok tadi bule-bule di ruang makan pada ngeliatin gue sih, Mbak?" Tanya saya pada Kiki. "Sampe gue risih. Tiap lewat meja gue, ada aja yang ngeliatin. Sampai mereka itu berdiri bengong sambil bawa piring. Memangnya gue seeksotis itu ya?"
"Siapa yang bilang lu eksotis? Mereka tuh ngeliatin lu karena lu montok." Kiki menunjuk dada saya.
"Hah! Yang bener lu!"
"Ya iyalah. Memangnya lu nggak nyadar?"
"Ah, brengsek! Kurang ajar!" Saya langsung jengkel dan menyesal setengah mati kenapa tadi pagi saya tidak memakai blus longgar andalan saya.

Kiki malah terbahak dengan wajah puas.

Wah, pacar saya pasti manyun nih. Saya mendadak berlogat Medan, dia pasti senang. Tapi kalau saya dilirik-lirik bule genit, mana dia rela.

Tenang babe, saya sekarang pakai baju longgar terus ;)

6 comments:

Elsa said...

hati hati kalo pake baju longgar...
ntar kelonggaran dikirain pake baju hamil. hehehehehe....

Anonymous said...

hahaha..mungkin emang bener ya kata pepatah,,
"jangan salahkan mata memandang.."

hihihi... *pergi,sebelum dilempar sandal*

Enno said...

@elsa: iya, terpikir juga oleh daku akan hal itu hahaha lebay.... :D

@kita: jangan salahkan mata memandang? enggak salah juga kalo eike jadi pengen nyolok kan? hehe

hari Lazuardi said...

serem banged ya tentang mencolok mata cowok cowok itu, padahal yang menjadi magnet di seantero jagat perlaki-lakian salah satunya adalah baju ketat dan yang berwujud montok sumontok :)

Poppus said...

he? kalo lu gemuk, gw apa dooong! hahahahaha. Eh gw juga suka diliatin bule da. Mereka naksir sama kulit gw kali yaaa. Gak usah susah-susah tanning pun sudah tan hahahahaha. Lu juga gitu kali no

Enno said...

paan pop! gue malah sering dipanggil 'enci' tau hehehe...
kan udah gue bilang, bule2 itu ngelabain bagian atas neeh! huhuhu

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...