Tuesday, September 2, 2008

Lain Kali Denganmu Saja

: temanku, si pembuat peta

Barangkali ia mengira aku hanyalah salah satu dari gadis-gadis itu, yang katanya beramai-ramai menaruh hati padanya.

Barangkali ia mengira aku seorang perempuan seperti yuppies-yuppies di balik panggung band, yang merasa girang jika bisa kenal idolanya.

****

Kita sedikit berdebat siang itu.
Tidak mungkin, sergahku padamu. Tidak mungkin aku akan jatuh cinta pada temanmu. Meski sejuta orang bilang ia pandai dan punya tampang selangit. Meski ia mengetahui rahasia-rahasia sejarah yang kucari.
Ia mirip Parang Jati, katamu mencoba mengajuk luluh hatiku. Kau tahu, salah satu tokoh di novel Bilangan Fu Ayu Utami itu. Tokoh yang tahu banyak soal kearifan lokal. Tokoh yang punya dua belas jari itu.
Baiklah, kataku. Aku memang jatuh cinta pada tokoh itu. Tapi tak akan mungkin pada temanmu.
Sementara itu, rencana perjalanan kita rundingkan. Baduy Dalam, Baduy Dalam! Tunggu kami akan datang! Melacak jejak Sunda Wiwitan. Dan tapak karuhun* Batara Cikal yang turun ke bumi.
Lojor heunteu beunang dipotong, pendek heunteu beunang disambung.*
Ah! Ayo kita cari Arca Domas itu! Siapa tahu kita beruntung diberitahu puun. Ya ya. Kanekes menanti, bukan begitu temanku?
Lalu engkau masih saja menggodaku soal jatuh cinta itu. Seperti apa sih temanmu itu? Tanyaku mulai ingin tahu. Engkau bilang, ia suka segala hal tentang sejarah. "Dan aku suka segala yang riil," ujarmu.
"Aku suka dua-duanya," sahutku. "Wah tim yang komplit!"
Oh ya. Lalu beberapa menit kemudian rencana menyenangkan itu berubah. Aku memberimu kepastian tidak akan ikut ke Baduy Dalam. Dan yang pasti, aku tidak akan mungkin jatuh cinta pada temanmu. Karena percakapan satu menitku dengan temanmu itu di kotak mengobrol instan. Sudah kupastikan itu.
Ah, jangan kau ambil hati, katamu padaku di telepon. Ia sebenarnya baik hati. Ia menyenangkan diajak bepergian. Ia memang suka berpura-pura angkuh, terutama di depan perempuan.
Oh ya? Bukankah itu aneh sekali? Mungkin ia mengira setiap perempuan yang mengajaknya berkenalan hanya tertarik karena ia selangit. Kalau demikian ia salah. Aku ingin berkenalan dengannya karena kau bilang kita mungkin akan bertualang bersama. Katamu pula ia seprofesi denganku. Tak ada yang lebih menyenangkan dari menambah kolega.
Sayang sekali teman, tampaknya kita tak bisa seiring ke Baduy Dalam.
"Aku nggak mau seperjalanan dengan orang yang jaim," kataku padamu. "Biar kurancang perjalananku sendiri. Aku mau ke Sangiran saja."
Sangiran. Tempat mata rantai manusia berjalan tegak ditemukan. Tepi Bengawan Solo yang gersang dan pernah menjadi cikal kehidupan. Tak ada Parang Jati versimu di sana. Hanya fosil-fosil dan tulang belulang tua yang menggenapi sejarah awal.
Maaf teman, tentu menyenangkan mengukur jejak sejarah bersamamu. Menggambar peta, barangkali dengan versimu. GPS, topografi itu. Baduy Dalam masih menunggu. Lain kali. Hanya denganmu.
________________
*tapak karuhun: jejak leluhur
*Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung: arti harfiahnya, panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Ini adalah konsep kepatuhan suku Baduy yang tidak boleh mengubah adat leluhur dalam semua aspek kehidupan mereka.
* Foto diatas adalah lumbung padi (leuit) orang Baduy. Diambil dari http://loneknight.multiply.com. Thanks buat Anthony Bachtiar ^_^

17 comments:

empe said...

buset... dendam lo selangittt!!!

wakakakakaka

mana orangnya?! hadepin dulu ke gw!

wkakaka!

gila, gw dijadiin tempat sampah dendam kusumat lo.. :nohope:

Enno said...

@empe: dendam? enggak ah... gondok sih iya ;)

apa? lo mrs dijadiin tempat sampah? bknnya itu gunanya adek? huehehe... tabah ya dek! ^^

ipam nugroho said...

biasa dalam kehidupan..beda pendapat, ntar juga baikan eh..ngomong2 udh nyampe sangiran belum ya?

Enno said...

hehe ke sangirannya abis lebaran, pa... ^^

Anonymous said...

[Mungkin ia mengira setiap perempuan yang mengajaknya berkenalan hanya tertarik karena ia selangit. Kalau demikian ia salah.

"Aku nggak mau seperjalanan dengan orang yang jaim," kataku padamu.]

Eh, ternyata kamu berbakat juga ya buat fiksi. imajinasi dan prasangka itu, kata jorge luis borges, dua jalan termudah untuk bisa menulis prosa.

zen

Anonymous said...

bgmn kalo lain kali denganku?
Aku juga pembuat peta, juga penyuka GPS.. :)

Enno said...

@zen: yeah ternyata saya bukan yuppies

@anangyb: boleeeh... mas anang mau mengusulkan kemana?

Meita Win said...

hohoho....ternyata oh ternyata...
nanti jangan lupa cerita soal sangiran yah! :)

zen said...

emang siapa yg bilang kau adalah yuppies? ada gitu? jika pun ada yg pernah bilang dan berpikir kau itu yuppies, pastilah itu bukan saya, mungkin fiksi-fiksi di kepalamu sendiri yg bilang gitu.

ah, sudahlah. purbasangka memang bikin repot. disiplin sbg jurnalis pun, kadang, gak menyelematkan seseorang bisa lolos dari belitan sterotipe.

zen

Anonymous said...

hehe, senangnya ya..
tapi kalo pengen peta bukannya yang ahli si dora the explorer tuh mbak?
uppps

*kabuuur*

Anonymous said...

hahaha... mb enno kalo bikin tulisan selalu berkualitas... lain halnya dengan sayah.. :-D

Anonymous said...

hehehe.. kalem..kalem...tenang...tenang...

bagaimana kalau kutemani saja ke Sangiran? :) (nanti aku cari tahu dulu jalan ke sana deh..:D)

take care mbak...

ifa said...

iya niyh, lain halnya juga dengan sayah... hyahahaha =D

d3nfx said...

aku baru tau kalo situ orang baduy asli loh...

d3nfx said...

hai kenalan donk

ghazy said...

enno udah pernah main ke kalimantan timur belum? cukup banyak yag bisa dikupas lo....

Enno said...

@ghazy: belum tuh, kalo ke kalbar udah :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...