Monday, July 28, 2008

The Last Dance

Kupersembahkan tarian itu untukmu. Untuk hujan yang menunggang awan di atas bukit-bukit kerontang. Yang kristalnya menyelinap menjadi sungai, menderas di perut bumi. Yang embunnya membungkus pagi di ladang-ladang ketela dan ubi.

Kamulah yang lelah menghela segala kehidupan yang menanti dalam dahaga tak henti. Karena air lari sembunyi dalam kesunyian abadi. Kamu tak lagi membasahi kotaku yang lelah berharap. Tanah merekah lara dalam pot-pot mawar merah di beranda. Para pemanggil hujan bahkan lupa pada mantera.

Aku menari untukmu. Untuk hujan yang sembunyi di awan-awan dan mulai terlupakan. Mendung mendadak sirna terusir matahari. Langit menjadi saksi segala yang tumbuh dan tidak ditumbuhkan.
Hujan berangsur menjadi lagu yang asing. Lalu tarian kuusaikan.

7 comments:

Shanty Indraswari said...

hmm..nice writing :) sorry, gak bisa isi shoutbox, error, gak tau napa..
salam kenal juga yah :)

Anonymous said...

aaaahhh....jd ingin main ujan2an.. :)

Enno said...

pericahaya: thx... orang bandung sudi berkunjung :)

theloebizz: jangan fin, ntar masuk angin :p

Anonymous said...

Deuh.. meni bagus en puitis :-D

Enno said...

eh teh aida, kumaha kabar si utun? fotonya diaplod di blog atuuh :)

Putri Wanasita said...

jadi tarian itu untukku? hihihi makacih sis. Emuuachhhh...

Enno said...

iya buatmu put, ambiiil... :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...