Sampai hari ini masih menjauh dari manusia, kecuali orang-orang yang berkepentingan atas beberapa urusan, dan beberapa teman mengobrol random sehari-hari.
Ini adalah bagian kedua dari curhatan panjang saya.
.......................................
06.04 WIB
Dear kamu, Tukang Ngadu...
Semoga kamu puas ya sudah mengadukan omongan saya kepada si X. Semoga kamu mendapatkan award dari si X atas keloyalan kamu kepada dirinya. Dan congratulation juga bahwa kamu mendapatkan segerbong perasaan hina dari saya kepada kamu.
Seharusnya kamu tahu, bahwa apa yang saya katakan kepada kamu waktu itu, tidak bermaksud memojokkan teman kita si X itu. Saya hanya mengatakan prinsip pribadi saya, yang berseberangan dengan prinsip pribadi si X. Apakah prinsip saya itu merugikan si X? Dalam konteks kasus ini, saya rasa tidak.
Prinsip saya adalah milik saya, dan apa yang sedang atau akan dilakukan si X merupakan haknya.
Jika kami kemudian berseberangan, bagi saya SANGAT TIDAK MASALAH jika saya mengalah agar tidak terjadi tabrakan kepentingan. Dan itu sudah saya sampaikan dengan jelas kepada kamu, kalau-kalau kamu mendadak belagak pikun atau kena amnesia.
Seharusnya, sebagai orang dewasa, kamu bisa menyaring mulut dan otakmu. Seharusnya kamu tahu, mana yang perlu untuk disampaikan, mana yang tidak.
Ketika saya bicara kepada kamu, saat itu saya mempercayai kamu secara penuh. Tidak pernah terbetik dalam otak saya bahwa kamu akan mengadu, dengan alasan apa pun. Seingat saya, saya bahkan mengatakan kepada kamu agar tidak menyampaikannya kepada si X.
Hal itu, karena saya sadar, meskipun saya tidak membicarakan keburukan siapa pun (hanya tentang prinsip saya), kemungkinan orang yang berpikiran picik akan salah paham terhadap saya.
Dan itu akhirnya terjadi. Well, good job, fella!
Oh tentunya saya tidak bakal menerima alasan apa pun seandainya kamu mencari pembenaran atas apa yang sudah kamu lakukan. Tidak ada sedikit pun unsur kebaikan dan kemaslahatan dalam kasus ini.
Kamu sudah menghancurkan image saya di mata seorang teman, dan membuat sikapnya kepada saya berubah. Meskipun seumur hidup saya tidak peduli dengan image saya di mata orang lain, tetapi kali ini hal itu telah merusak silaturahmi antara saya dengan orang lain. Membuat pertemanan saya dengan seseorang yang tadinya baik-baik saja menjadi dingin dan tidak nyaman.
Maaf aja, itu perbuatan yang parah banget buat saya, dan terus terang saya memaki-makimu dalam hati.
Meskipun demikian, saya tidak sepenuhnya menyalahkanmu. Kamu begitu mungkin memang sudah sifatmu.
Saya lebih marah kepada diri sendiri karena betapa tololnya saya sudah begitu naif terhadap kamu.
Saya salah karena keliru menilai orang. Keliru menaruh kepercayaan kepada orang.
Sebenarnya, kalau dipikir-pikir lagi, itulah mengapa saya ini orang yang sangat pilih-pilih dalam berteman. Kenapa saya lebih sering terlihat kemana-mana sendirian atau cukup berdua.
Lalu ketika sekarang, kejadiannya seperti ini...
Yah, saya sungguh tolol.
Jadi, mari kita balik lagi ke kamu, wahai Tukang Ngadu....
Nasehat saya buat kamu.
Jadi orang jangan terlalu suka bicara deh. Jangan terlalu banyak ngomong. Kadang-kadang, kita nggak bisa mengendalikan apa yang keluar dari mulut kita. Hal-hal yang tidak penting yang terlontar begitu saja bisa mencelakakan kamu atau orang lain.
Satu lagi, jangan suka memusingkan anggapan orang terhadap kamu. Nggak usah ingin dianggap positif oleh orang lain, karena hal seperti itu nggak bisa dipaksakan. Nggak usah insecure, lalu sok-sok mengadu biar dianggap setia. Kalau kamu memang aslinya menyenangkan, orang lain juga akan mengapresiasi. Kalau kamu memang menyebalkan, kamu nggak akan bisa apa-apa. Kedokmu akan terbuka suatu hari.
Di masa mendatang, ingatlah satu hal.
Jangan bersikap palsu di depan saya. Cepat atau lambat saya akan tahu, meskipun tidak ada yang memberitahu.
I can see right through your bullshit act.
I can see your true colors.
I observed you.
.........................................
PS: banyak teman blogger mengeluh karena nggak bisa post komentar di beberapa postingan ini. Maaf ya. Saya tahu kok, banyak yang ingin menghibur dan menyemangati. Terima kasih sebelumnya.
Tapi kali ini saya cuma ingin 'didengarkan' saja. Dan terima kasih juga sudah 'mendengarkan.'
*kiss kiss*
pict from here |