Ketika saya ingin pergi, maka saya akan mengemasi tas dengan pakaian secukupnya, dan pergi.
Terkadang sendiri. Terkadang, mengajak seorang teman yang terpikir saat itu juga.
Hanya sekedar bertualang sejenak ketika jenuh mulai menggerogoti jiwa dan raga.
Saya memang impulsif.
Terkadang sendiri. Terkadang, mengajak seorang teman yang terpikir saat itu juga.
Hanya sekedar bertualang sejenak ketika jenuh mulai menggerogoti jiwa dan raga.
Saya memang impulsif.
Dan di sinilah saya sekarang. Menulis blog tengah malam di sebuah homestay di Bandung yang disiram gerimis setiap siang menjelang sore.
Di kamar sebelah, ada seorang teman yang saya culik tanpa pikir panjang. Dengan pertimbangan bahwa dia yang paling available waktunya kalau ajakannya mendadak begini.
Benarlah dia bisa. Dan bersedia traveling pakai cara saya. Get lost journey.
Di kamar sebelah, ada seorang teman yang saya culik tanpa pikir panjang. Dengan pertimbangan bahwa dia yang paling available waktunya kalau ajakannya mendadak begini.
Benarlah dia bisa. Dan bersedia traveling pakai cara saya. Get lost journey.
Ketika saya post beberapa foto trip Bandung saya di Instagram, hasil ekplorasi sepanjang siang, beberapa teman kirim chat japri untuk memprotes keras karena tak diajak. Beberapa malah sedikit lebay dan bilang ke saya, kalau saya perginya sok rahasia-rahasiaan.
Saya ketawa hambar.
Saya ketawa hambar.
Wajibkah saya lapor kalau mau pergi ke setiap orang yang saya kenal? Wajibkah saya menawari mereka semua ikut?
Wajibkah saya kasih pengumuman ke seluruh dunia kalau saya mau pergi?
Wajibkah saya kasih pengumuman ke seluruh dunia kalau saya mau pergi?
Well, saya kasih tahu...
Hidup saya tidak terikat pada siapa-siapa. Pada seseorang, pada grup, pada perkumpulan, pada sebuah jaringan, bahkan sekelompok orang, bahkan pada organisasi.
Saya hanya terikat pada Tuhan. Pada keluarga dan pekerjaan. Lain tidak.
Hidup saya tidak terikat pada siapa-siapa. Pada seseorang, pada grup, pada perkumpulan, pada sebuah jaringan, bahkan sekelompok orang, bahkan pada organisasi.
Saya hanya terikat pada Tuhan. Pada keluarga dan pekerjaan. Lain tidak.
Kalau saya pergi tidak ajak-ajak, atau tidak pengumuman dulu, ya terimalah sebagai mana adanya.
Saya ini ya cuma mau pergi tanpa mikir, dan menyambar siapa pun yang teringat dan paling sempat waktunya.
Saya ini ya cuma mau pergi tanpa mikir, dan menyambar siapa pun yang teringat dan paling sempat waktunya.
Saya selalu bilang, saya ini aslinya manusia soliter. Kebutuhan saya untuk menyendiri lebih banyak dari orang lain. Sejak masih kecil dan selamanya, saya orang yang seperti itu.
Jadi...
Di sinilah saya. Tengah malam tergeletak di sebuah kamar homestay dan mengeluhkan kenapa orang-orang senang sekali bikin saya jengkel. Hehehe.
Sudahlah. Mungkin ini cuma saya yang lagi suka mengomel. Mood saya masih agak gloomy, meskipun sejak journey dimulai mulai terobati.
Di sinilah saya. Tengah malam tergeletak di sebuah kamar homestay dan mengeluhkan kenapa orang-orang senang sekali bikin saya jengkel. Hehehe.
Sudahlah. Mungkin ini cuma saya yang lagi suka mengomel. Mood saya masih agak gloomy, meskipun sejak journey dimulai mulai terobati.
Hari ini awal journey dimulai dengan tersesatnya saya ke terminal Ledeng, yang asing dan kecil... di tengah hujan deras. Lalu setelah balik lagi dengan Damri rute yang sama akhirnya bisa juga ketemu teman saya di meeting point kami, di Paris van Java Mall.
Lalu sorenya ada petualangan menunggu bus city tour Bandung yang bernama Bandros itu, di depan Taman Lansia (diturunkan di sana sama sopir taksinya).
Bus dan antrian yang biasanya berjubel tak tampak, barangkali bus tidak beroperasi karena hujan yang kian menderas. Saya dan teman saya, Morgan, melipir ke sebuah kafe terdekat bernama Pasar Cisangkuy.
Lalu menyadari bahwa kafe itu interiornya keren dan ternyata makanan dan minuman yang kami pesan tidak mengecewakan rasanya.
Bus dan antrian yang biasanya berjubel tak tampak, barangkali bus tidak beroperasi karena hujan yang kian menderas. Saya dan teman saya, Morgan, melipir ke sebuah kafe terdekat bernama Pasar Cisangkuy.
Lalu menyadari bahwa kafe itu interiornya keren dan ternyata makanan dan minuman yang kami pesan tidak mengecewakan rasanya.
Jelang magrib, kami jalan kaki tanpa arah mencari taksi, tahu-tahu lewat Gedung Sate dan Sabuga. Taksi ketemu, mengantar kami ke Cihampelas Walk karena masih terlalu dini pulang ke homestay.
Menemukan lagi kafe lucu bernama Tea House dan kami minum teh poci hangat dan Singkong Thailand. Pulangnya jalan kaki ke homestay yang (ternyata lumayan jauh) dipandu Google Map, melalui jalan-jalan perumahan yang basah dan gelap. Hahaha.
Menemukan lagi kafe lucu bernama Tea House dan kami minum teh poci hangat dan Singkong Thailand. Pulangnya jalan kaki ke homestay yang (ternyata lumayan jauh) dipandu Google Map, melalui jalan-jalan perumahan yang basah dan gelap. Hahaha.
Get Lost Journey Mission 1 - accomplished!
See you on next mission tomorrow!
- Enno -
(Ditulis tengah malam tanggal 18 Nov 2014, diedit jam 04.39 tanggal 19 Nov 2014)
2 comments:
Kak biasanya cari homstay dari mana? Sebelum brkt atau pas disana?
Saya biasanya cari sebelum berangkat< biar pergi dalam keadaan lebih nyantai. Bisa booking secara online. banyak kok di internet.
booking.com, tiket.com, pegipegi.com, wego.com, dll.
Post a Comment