Saya perkenalkan keduanya satu sama lain. Begitulah. Tantri keheranan melihat tingkah laku Annesya yang ajaib, Annesya sendiri, seperti yang saya kenali selama beberapa hari main dengannya, cuek dengan penilaian orang lain.
.......................
Well. Journey saya di bulan Maret 2014 dimulai dari pernikahan Rona Siregar di kota kelahirannya, Lumajang, Jawa Timur. Saya dan Rona bertemu di sini, di dunia maya. Dia pembaca blog saya, lalu saling sapa di fesbuk, lalu bertemu, dan akhirnya berteman di dunia nyata.
Ketika mengatakan akan menikah, saya ngotot mau datang. Sepertinya teman-temannya yang lain juga begitu. Akhirnya, pernikahan yang rencananya sederhana berubah menjadi pesta di gedung. Hahaha. Ia mengundang teman-teman bloggernya yang sudah pernah kopi darat. Saya dan Wuri.
Lalu, saya tanya, bolehkah Annesya diundang juga? Mahluk satu ini suka mengusili kami dengan gaya menggalaunya yang 'enggak banget.' Dia juga suka mengaku-aku saudara kembar Rona, karena tanggal lahir mereka sama (tahunnya jelas beda). Akhirnya, kami bertiga sepakat bertemu di Terminal Bungurasih, untuk sama-sama berangkat ke Lumajang.
Wuri bertolak dari Jogja, dengan bus malam. Saya naik kereta ke Surabaya dan tiba sehari sebelumnya lalu menginap semalam di rumah sepupu saya. Annesya juga akan bergabung dengan kami di terminal itu.
Di ruang tunggu Terminal Bungurasih, dengan segera saya bisa menemukan Wuri, yang sedang duduk. Kami sudah bukan lagi teman dunia maya. Sering banget saya ke Jogja dan menginap di rumah orangtuanya, hehehe,
Annesya rupanya sudah ada di sana pula, tetapi kami tidak hapal dia yang mana. Dia cuma bilang pakai baju pink menyala. Tapi di antara penumpang di kursi-kursi itu tidak ada warna pink menyala. Lalu saya memperhatikan seorang cewek kurus dengan sweater belang-belang pink dan putih. Wajahnya ditutupi masker kain seperti pengendara motor.
"Nes, kamu itu mesti yang pake tutup muka, kan?" Saya kirim BBM.
"Iyooo. Kamu yang mana, Mbak?"
Saya melambaikan tangan kepada si cewek bertopeng. Dia bergegas menghampiri dan membuka maskernya. Jelaslah wajahnya yang selama ini nampang di blognya dan cover belakang novel-novelnya.
"Eaaaa! Kamu kenapa pake masker kayak teroris!"
"Mukaku jerawataaan!"
Alasan aneh! :))
Seperti saran Rona, kami naik bus patas jurusan Jember dan turun di terminal Minak Koncar, Lumajang.
Rona sudah menyiapkan kamar penginapan buat kami di hotel paling bagus di kota itu, Hotel Gajahmada. Kami naik angkot dan diturunkan persis di depan hotel. Rona sekeluarga sudah ada di hotel itu, karena mereka juga menginap di sana. Kami mulai ribut ketawa-ketawa dan saling ledek. Akad nikah Rona sudah berlangsung sehari sebelumnya. Jadi kami bertemu juga dengan suaminya.
Suaminya Rona sepertinya agak heran melihat kami sangat riuh dan pecicilan. Hahaha... maaf ya Mas. Beginilah kami :p
Ada satu teman baru dalam kelompok teman luar kota Rona, selain kami. Namanya Rience. Dia sahabat almarhum Mimi, adik Rona yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Rience sepertinya sudah dianggap adik oleh Rona, maka ia pun datang dari Jakarta. Pembagian kamar kami akhirnya: saya sekamar dengan Wuri, Annesya dan Rience masing-masing satu kamar.
Tetapi prakteknya, dua orang itu ngumpul di kamar saya dan Wuri setelah kami berempat makan malam di luar. Cerita macam-macam, terutama Annesya yang 'pecicilan' dan punya banyak cerita konyol. Begitu dia tahu profesi Rience adalah psikolog, dia langsung ribut konsultasi. Katanya, dia khawatir dia itu gila. Hahaha.
"Nggak usah repot konsultasi. Kamu memang gila kok," sergah Wuri, yang sedang nggak terlalu banyak ngomong, tapi sekali bersuara humor sarkasnya makjleb.
"Iya, udah pasrah aja deh..." Saya nimbrung sambil leyeh-leyeh nonton tv di atas tempat tidur. Annesya yang paling muda dalam kelompok kami harus rela dibully. Hahaha.
Kamar kami sangat ramai malam itu. Kami ketawa terpingkal-pingkal, plus Annesya yang kalau cerita pasti pakai bumbu dramatis dan teriakan ala Tarzan. Fyuh!
Besoknya, di hari pesta pernikahan itu, kami keluar dari hotel dengan dandanan rapi.
Saya yang tadinya nggak rencana pakai make up, didandani Annesya dengan dempulnya tipis-tipis. Hahaha.
Dia berceramah tentang perabotan lenong yang katanya saya harus punya sambil tangannya bergerak-gerak di muka saya.
Lalu. "Nah udah. Tuh liat kaca!"
Jeng jeng! Huwooow! Muka saya jadi kece hihihi... Ternyata si Ratu Galau ini pinter make up! Yah, nggak heran sih. Dia pernah kerja di sebuah bank di Jakarta, yang mana tentunya dibekali kursus make up dan harus bermake up setiap hari.
Empat bidadari dari empat kota berbeda ini akhirnya mencari becak untuk pergi ke gedung balai kota tempat resepsi. Lucunya, waktu kami menanyakan ongkos ke balai kota, nggak ada satu pun yang ngerti dialek bapak penarik becaknya. Orang Jawa tulen (Wuri dan Anes) aja melongo, apalagi yang separuh Sunda kayak saya dan anak Jakarta keturunan Minang yakni Rience. Wakakak.
Untunglah ada seorang ibu lewat, dia melihat kebingungan kami lalu menerjemahkan dialek Lumajang itu. Yang artinya ternyata: terserah anda saja.
Eaaaa! Hahahahaha.
Kata Wuri, "Di Jogja, bahasanya nggak gituuu..."
Balas Anes, "Aku ngerti arti kata per kata, tapi nggak ngerti kalo digabungin jadi kayak gitu."
Eaaaa! Hahahahaha.
Kata Wuri, "Di Jogja, bahasanya nggak gituuu..."
Balas Anes, "Aku ngerti arti kata per kata, tapi nggak ngerti kalo digabungin jadi kayak gitu."
Hihihi. Yasudahlah. Setiap daerah memang punya ciri khas dialek masing-masing. Yang saya ketahui belakangan, dialek Lumajang terpengaruh bahasa Madura, karena raja Lumajang berasal dari pulau penghasil garam itu :)
Hari itu adalah hari terakhir kami bersama-sama. Rience dan Annesya langsung naik bus jurusan Surabaya seusai dari resepsi. Wuri dan saya punya tujuan yang sama, ke Jember. Tapi Wuri berangkat duluan, sementara saya masih ingin menginap semalam lagi di Lumajang untuk keliling kota dan menyerap atmosfirnya.
Malamnya, Rona yang tahu saya sendirian di hotel, menjemput dan mengajak nongkrong di coffee shop dengan suami dan teman-temannya. Saya senang, karena sejak datang saya tak terlalu banyak ngobrol dengan Rona yang sibuk urus ini itu menjelang resepsi.
Saya kangeeeen! :))
Tengah malam, gerombolan kami bubar. Saya diantar lagi ke hotel. Bersiap untuk petualangan esoknya ke Jember.
Asyiknya lagi, salah satu teman Rona, namanya Mas Ari, bersedia mengantar saya ke tempat bus yang langsung menuju Ambulu. Karena tujuan saya ke Jember adalah mengunjungi Pantai Tanjung Papuma, di Kecamatan Ambulu. Mas Ari juga janji akan mengantar saya dulu ke petilasan keraton Lumajang kuno.
Lumajang kuno! Wow! Saya langsung semangat kalau akan mengunjungi situs purbakala. Hehehe.
Padahal sebelumnya bete banget lho, soalnya di awal perjalanan, hape andalan saya si Mimin error. Selalu saja restart kalau akan dipakai. Padahal, saya mengandalkan kameranya, selain kamera saya si Oly itu. Huhuhu....
...................................
Terlepas dari hape rusak yang bikin bete dan jadinya saya susah selfie (hehehe), journey saya kali ini adalah journey yang paling menyenangkan. It fills me with colors.
Saya bersenang-senang dan bertualang ke tempat-tempat yang keren.
Saya juga mendapati bahwa kalau kamu berusaha berbuat baik pada orang lain, orang lain pun akan berbuat baik padamu. Dalam journey ini, alhamdulilllah saya bertemu dengan orang-orang baik yang menolong saya dan memudahkan petualangan saya. Ada Mas Ari, yang mengantar-antar saya selama di Lumajang. Ada mas ojek di Jember yang entah siapa namanya, menjadi semacam bodyguard saya selama mengantar saya ke pantai Papuma dari berangkat sampai pulang.
Saya juga bertemu teman-teman yang menyenangkan. Annesya yang ajaib dan gokil, Wuri-salah satu partner mblusukan saya yang memang sedang saya kangeni, Rience yang pembawaannya kalem keibuan (apakah karena ia psikolog anak? Hihi), Rona dan Mbak Ucik yang hangat, dan Tantri-partner mblusukan jenis solo traveler semodel saya.
Cerita selengkapnya akan mengalir setelah ini ya. Semoga aja saya punya mood untuk cerita sampai habis.
Hehehe.
Adios!
Hari itu adalah hari terakhir kami bersama-sama. Rience dan Annesya langsung naik bus jurusan Surabaya seusai dari resepsi. Wuri dan saya punya tujuan yang sama, ke Jember. Tapi Wuri berangkat duluan, sementara saya masih ingin menginap semalam lagi di Lumajang untuk keliling kota dan menyerap atmosfirnya.
Malamnya, Rona yang tahu saya sendirian di hotel, menjemput dan mengajak nongkrong di coffee shop dengan suami dan teman-temannya. Saya senang, karena sejak datang saya tak terlalu banyak ngobrol dengan Rona yang sibuk urus ini itu menjelang resepsi.
Saya kangeeeen! :))
Tengah malam, gerombolan kami bubar. Saya diantar lagi ke hotel. Bersiap untuk petualangan esoknya ke Jember.
Asyiknya lagi, salah satu teman Rona, namanya Mas Ari, bersedia mengantar saya ke tempat bus yang langsung menuju Ambulu. Karena tujuan saya ke Jember adalah mengunjungi Pantai Tanjung Papuma, di Kecamatan Ambulu. Mas Ari juga janji akan mengantar saya dulu ke petilasan keraton Lumajang kuno.
Lumajang kuno! Wow! Saya langsung semangat kalau akan mengunjungi situs purbakala. Hehehe.
Padahal sebelumnya bete banget lho, soalnya di awal perjalanan, hape andalan saya si Mimin error. Selalu saja restart kalau akan dipakai. Padahal, saya mengandalkan kameranya, selain kamera saya si Oly itu. Huhuhu....
...................................
Terlepas dari hape rusak yang bikin bete dan jadinya saya susah selfie (hehehe), journey saya kali ini adalah journey yang paling menyenangkan. It fills me with colors.
Saya bersenang-senang dan bertualang ke tempat-tempat yang keren.
Saya juga mendapati bahwa kalau kamu berusaha berbuat baik pada orang lain, orang lain pun akan berbuat baik padamu. Dalam journey ini, alhamdulilllah saya bertemu dengan orang-orang baik yang menolong saya dan memudahkan petualangan saya. Ada Mas Ari, yang mengantar-antar saya selama di Lumajang. Ada mas ojek di Jember yang entah siapa namanya, menjadi semacam bodyguard saya selama mengantar saya ke pantai Papuma dari berangkat sampai pulang.
Saya juga bertemu teman-teman yang menyenangkan. Annesya yang ajaib dan gokil, Wuri-salah satu partner mblusukan saya yang memang sedang saya kangeni, Rience yang pembawaannya kalem keibuan (apakah karena ia psikolog anak? Hihi), Rona dan Mbak Ucik yang hangat, dan Tantri-partner mblusukan jenis solo traveler semodel saya.
Cerita selengkapnya akan mengalir setelah ini ya. Semoga aja saya punya mood untuk cerita sampai habis.
Hehehe.
Rience, Wuri, Annesya & me, bertongsis ria! :D |
Adios!
10 comments:
seneng ya no kalo ketemu temen2 baru yang baik2... :)
ah aku seaneh itu ya... -__-" #pura2mati
senang rasanya teman di dunia maya kemudian menjadi teman juga di dunia nyata :)
hahahaha...asline aku pengen gabung kalian :p
makasih banyak udah mau dateng jauh-jauh ke lumajang, kota tempat aku dibesarkan (lahire nang kota batik, No :p). maaf yak, ndak sempet ngobrol banyak...ga sempet nganter kemana-mana :(
kapan-kapan kalo aku n aank udah ga hunimun, tak main-main ke garut :D
btw, annesya ga aneh...asli...wong aku yo koyok dekne...podooooo :))
Kyaaa lanjutannya mana, mbak? >_<
Hehe. Aku salah satu orang yang bisa 'ngerasa' ikut liburan cuma dari baca postingan mbak Enno. Hihihi.
"Beri Mbak Enno mood baik yang banyak, ya Alloh." *komat-kamit baca doa* :D
@arman: iya maaan... baik2 dan gokil2 juga! ^^
@annesya: gak aneh... tapi aneh banget! *sodorin.kaca* :))
@rid: iya... pastinya :)
@Rona: jiaaah sesama org gila saling belaaa..sama ajalah kita semua. Wong anes jg ngatain aku gila! Iya kapan ke Garut? Kita ke Garut Selatan yuk! Saiki aku wes pahaaam! Haha
@madeehana: hehe aamiin... bentar ya.. ini sedang mblusukan lagi. Thx lho udah sering ngikutin tulisan randomku :p
huwaaaa..aku iri pingin bergabung dan kenalan sama cewek-cewek seru di sini..
huwaaaa..aku iri pingin bergabung dan kenalan sama cewek-cewek seru di sini..
kyaaa.... iri...sangat iri... tapi bukan iri yang ingin mbak Enno nggak ngerasain hal yang seperti ini...
hem... iri semacam, aku juga ingin merasakan hal yang seperti ini... rasanya sangat lama saya tidak memiliki banyak teman cewek yang bisa diajak "gila"... senang sekali saya membaca postingan mbak Enno yang ini setelah postingan sebelumnya agak2 galau... hehehe ^_^
@Ndk: hahaha kamu kan lagi asyik lempar jumroh kemaren :p
@suci: yg sebelum.ini bukan galau lho. Itu mangkel. Bedakan! Hahaha
Post a Comment